Bagian 1

21 11 55
                                    

Karina memandang atap kantin sekolah. Menyipit begitu melihat ada titik lubang di seng tersebut. "Hm ... kalo dilebarin lobangnya bisa kehujanan pas hujan," komentarnya.

Karina bukan kurang kerjaan mengomentari seng yang sudah berkarat, tapi ia hanya sedang dilanda bosan. Pesanannya yang sudah memakan waktu sepuluh menit tidak kunjung menampakkan diri.

"Tapi siapa yang mau lebarin lobangnya?"

Sepertinya bosannya sudah di tahap yang mengkhawatirkan.

"Lapar ...."

Tatapannya beralih dari atap kantin ke meja tempatnya duduk. Kosong. Dia memejamkan mata. Lalu membukanya lagi. Dan kumpulan gorengan di satu piring menjadi pemandangan yang begitu indah.

Mendongak, Karina menemukan sosok pemuda sok ganteng yang sedang tersenyum ke arahnya.

"Mau?"

"Mau, kalo dikasih gratis."

Hardian tertawa pelan. Seperti biasa, tidak ada jaimnya sedikit pun, pikirnya. Dia mendorong piring gorengan lebih dekat ke Karina. "Nih."

"Makasih. Boleh dihabiskan?"

"Boleh. Tapi—"

"Ya udah nggak usah jadi."

Tidak bermaksud menolak rejeki. Tapi manusia sejenis Hardian ini sangat tidak bisa dipercaya jika sudah mengatakan kata 'tapi'.

Hardian kembali tertawa melihat tingkah Karina. Tangannya terulur mengusak rambut gadis itu. "Gue bercanda. Makan aja."

"Oke."

Karina langsung memakan gorengannya. Hardian memperhatikan cara makan Karina yang terlihat santai tapi cepat. Senyumnya terbit. Hanya disaat-saat seperti ini saja dia bisa dengan bebas memandangi Karina tanpa penolakan dari gadis itu.

"Kalo lagi nggak lapar, pasti sekarang gue udah kena semprot heh."

Merasa diperhatikan, Karina melirik Hardian. Lalu menyodorkan gorengan yang sudah dia gigit. "Kalo mau bilang."

Hardian menggigit bibir bagian dalam. Kepalanya maju, menggigit bagian gigitan Karina di gorengan yang disodorkan.

Karina mendengus melihat ketersengajaan itu. Tapi dia tidak peduli juga. Dia langsung memasukkan sisa gorengan ke dalam mulutnya. Mengunyah sampai habis.

"Enak."

"Bekas gue?"

"Iya."

Sialan. Niatnya ingin menggoda tapi justru dia yang tergoda.

"Lo tau, Na. Lo itu bahaya banget."

Karina hanya mengangkat alisnya sebelah sebagai respon. Dia sedang sibuk meneguk saliva karena pesanannya sudah datang. Mie goreng pedas.

Hah. Hardian hanya bisa menghela napas. Karina memang sangat sulit diajak bicara begitu gadis itu sudah berhadapan dengan makanan.

°
TBC

Karina Galak Milik HardianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang