Seperti yang dikatakan Kamal sebelumnya, kini ia sudah bersiap untuk mengajarkan teknik-teknik dasar beladiri kepada Haraga. Meskipun Kamal sendiri bukanlah seorang yang ahli, tetapi dalam pertarungan di jalanan, kemampuan muay thai-nya cukup bisa diandalkan untuk melindungi diri sendiri.
Setelah memeriksa samsak yang sudah terpasang dengan baik, Kamal pun pergi meninggalkan rooftop dan kembali ke kamar untuk memanggil Haraga. Tak lupa, ia juga mengambil dua pasang hand wrap yang nantinya akan digunakan sebagai pelindung tangan.
"Ga, ayo ke atas. Latihan, nih, hari pertama!"
Ajakan Kamal awalnya hanya membuat Haraga mengernyit heran, hal itu pun membuat dirinya berdecak kesal, "ayo, Anjir. Katanya mau belajar gelut."
Haraga yang tadi sedang merebahkan diri seraya bermain ponsel itu, langsung beranjak bangun dan melangkah dengan semangat untuk mengikuti Kamal yang sudah lebih dulu naik ke lantai tiga kostan.
Mata Haraga berbinar ketika dilihatnya sebuah samsak yang menggantung pada sepasang tiang besi penopang di pojok rooftop. Tempat yang ia kira hanya untuk menjemur pakaian itu, ternyata adalah rahasia terbentuknya otok perut milik Kamal selama ini.
Hand wrap dengan panjang 4,5 meter yang tadi Kamal bawa, kini ia berikan kepada Haraga. Dengan bahan yang elastis, lembut, dan non-abrasif, Kamal harap benda tersebut bisa menjaga tangan Haraga agar tidak memar saat latihan.
Meskipun tak tahu cara memakainya, Haraga tetap menerima hand wrap tersebut dengan semringah. Ia tahu kain yang kini dipegangnya adalah sebuah pelindung tangan yang biasa dipakai para petarung MMA.
"Udah, sekarang peregangan dulu. Biar otot-otot lo yang krempeng itu gak tegang," ledek Kamal yang langsung dijawab oleh tatap sinis Haraga.
Mereka pun mulai melakukan pemanasan. Kamal mengarahkan gerakan apa saja yang harus Haraga lakukan, dengan dibantu hitungan 8×2 pada setiap tahapannya. Hingga akhirnya seluruh rangkaian peregangan tersebut selesai, terlihat jelas perbedaan antara mereka berdua. Kamal yang langsung merasa makin bugar dan bersemangat, sedangkan Haraga sudah merasa pengap akibat keletihan.
"Lemah banget, sih, lo. Noh, minum dulu!" Kamal menunjuk dua botol minuman air mineral yang sudah ia siapkan ketika memasang samsak tadi, membuat Haraga segera menggapai benda tersebut.
Cukup lama Haraga beristirahat, setelah merasa tenaganya pulih, ia pun kembali menghampiri Kamal seraya membawa sepasang hand wrap-nya.
Dengan rasa penasarannya, Haraga mulai membuka ikatan pada gulungan hand wrap tersebut, ia pun turut mengikuti cara yang dilakukan Kamal saat ini, "Kenapa gue harus pake ini, Bang? Kan cuma latihan dasarnya doang," celetuknya.
Kamal yang gemas karena Haraga sama sekali tak bisa menggunakan hand wrap itu, langsung mengambilnya dari tangan sang empu. Kemudian memakaikannya pada Haraga, sambil menjawab pertanyaan tadi, "Denger, ya, Ga. Tangan kita itu terdiri dari 27 tulang kecil, dan dengan sepasang hand wrap ini, bakalan ngelindungin itu semua. Termasuk jaringan-jaringan halus yang mengelilingin tulang-tulang lo dari cedera pas latihan nanti. Ya, emang sih baru latihan pertama. Cuma anggap aja kalau hand wrap ini juga, jadi investasi buat keselamatan lo sendiri."
Sebelah tangan Haraga kini telah dilapisi hand wrap, begitu pun dengan penjelasan Kamal yang membuatnya ber-oh ria.
"Nih, perhatiin satu lagi. Biar ntar bisa makenya sendiri." Kamal kembali mengambil hand wrap terakhir yang Haraga punya, lantas mulai memakaikannya perlahan, "Semuanya dimulai dari bawah ibu jari. Terus sari bawah ibu jari ke sela-sela jari manis ama kelingking, abis itu ke depan telunjuk, ke belakang kelingking lalu kembali dari bawah ibu jari."
![](https://img.wattpad.com/cover/311624954-288-k115179.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
PESAWAT KERTAS : HARAGA
Novela JuvenilTidak boleh ada sedikit pun kecacatan. Apapun yang diperintahkan kakeknya, harus dilakukan secara sempurna. Sekalipun Haraga harus mengorbankan dirinya sendiri. Lantas dari banyaknya hal yang dilewati, apakah pada akhirnya semua ini akan membawa Ha...