36 : Kebaikan & Balas Budi

28 6 0
                                    

Konon katanya manusia yang gemar menabur kebaikan di bumi, maka yang di langit akan mengasihinya melebihi kasih orang itu sendiri. Namun, sesuatu bukan diukur hanya untuk mendapat balasan belaka. Beberapa hal baik hanya perlu dilakukan dan setelahnya lupakan, seperti halnya jika kamu memberi kepada orang lain, maka jangan pernah ungkit apapun pemberianmu. Biarlah apa yang kamu tuai, dengan sendirinya membalasmu dengan kebaikan yang Tuhan lipat-gandakan.

Ya, setidaknya pola pikir itulah yang Haraga tanamkan dalam dirinya.

Siang itu, Haraga membolos sekolah. Ia memaksa Miang menjemputnya karena ingin melakukan sesuatu yang sudah lama ia rencanakan, yaitu bermain origami bersama Cia. Membawa banyak sekali pesawat kertas yang sudah ia bentuk di rumah, Haraga mengajak Cia untuk membuat sisa origami yang ia miliki menjadi beberapa bentuk lainnya seperti kupu-kupu dan angsa.

"Kak, lihat deh kupu-kupu punya Cia!" seru Cia penuh semangat menunjukkan hasil pekerjaannya.

Seketika raut wajah Haraga kian semringah, ia pun mengambil origami yang telah dilipat oleh Cia. "Cantik banget, Cia hebat deh," pujinya seraya mengusap puncak kepala si empu penuh bangga.

"Iya, ini lebih cantik, tapi kenapa Kakak cuma buat pesawat?" Cia heran, hampir 70% origami yang mereka miliki, semua itu berbentuk pesawat. Padahal jika menyangka Haraga tak bisa melipatnya menjadi bentuk lain, itu mustahil. Karena tadi yang mengajarkan Cia melipat bentuk kupu-kupu dan angsa pun adalah Haraga seorang.

"Karena kakak punya banyak harapan buat diterbangkan, Cia," jawab Haraga.

Jawaban sederhana dari Haraga, setidaknya kini mengobati rasa penasaran gadis kecil itu. Ia jadi teringat bagaimana pertemuan pertama mereka tempo dulu dan Haraga memberinya pesawat kertas yang sampai hari ini pun ia simpan untuk suatu hari ia terbangkan ketika cita-citanya sudah terwujud.

"Oke, kalau gitu Cia bakal lebih semangat lipat angsa dan kupu-kupunya. Supaya nanti, pesawat Kak Raga punya banyak temen buat terbang," kata Cia penuh antusias.

Haraga pun tertawa gelak, bahkan hingga lupa bahwa di sekitarnya ada pasien lain yang berlalu lalang.

♧♧♧

Setelah semua origami selesai dilipat, Haraga meminta bantuan Miang untuk merangkainya menggunakan benang putih berukuran tebal, kemudian menjadikannya seperti tirai. Dengan bersama-sama Haraga dan Cia pun membawa karya seni mereka ke kamar rawat inap Jafier.

Awalnya Cia ketakutan melihat banyak sekali pengawal yang berbadan tinggi dan berotot berjejer di depan pintu kamar tersebut, untungnya ada Ners Alisa yang mendampingi membuat rawa khawatir itu sedikit mereda.

Memasuki kamar, Haraga langsung mengajak Cia mendekat ke arah Jafier yang tertidur kaku di bangsalnya. Setelah diyakinkan oleh Ners Alisa, Cia pun berani menghampiri Haraga dan berdiri di sebelahnya.

"Cia, ini kakeknya Kak Raga," ucap Haraga memperkenalkan Jafier.

Mendengar itu, Cia hanya diam melihat wajah damai Jafier yang sesekali matanya berkedip dan menatap sendu ke arah Haraga.

"Kakek, aku Cia. Salam kenal," ucap Cia sambil mengulurkan tangan.

Haraga melihatnya pun terkekeh, ia segera menarik pelan tangan Jafier untuk membalas uluran tangan Cia. "Maaf, ya, Cia. Kakek belum bisa gerakin tubuhnya dengan benar," kata Haraga penuh sesal.

"Pantes diem aja, Cia kira marah karena Cia masuk ke sini," jawab Cia yang ikut lesu, "maaf ya, Kakek. Nanti kalau udah sembuh, kita kenalan lagi."

Haraga mengusap puncak rambut Cia, ia senang kalau gadis kecil itu dapat memahami situasi kali ini. Meskipun jauh di dalam hati Haraga, ia sendiri sedih karena tak tahu kapan kesembuhan itu dapat Jafier rasakan.

PESAWAT KERTAS : HARAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang