37 : Sebab Akibat

47 4 0
                                    

Jam istirahat pertama terdengar menggema seluruh penjuru SMA Putera Adiyata. Haraga di bangkunya menghela napas saat Nayaksa dengan sangat heboh menghampirinya membawa dua rantang makanan yang sudah ia janjikan dari semalam. Begitu pun dengan Jeano, ia memeluk tiga botol tumblr berukuran sedang yang katanya berisi es campur.

"Lo berdua lebih ribet daripada ibu-ibu yang nyiapin makan buat anaknya study tour," ujar Haraga meledek.

Akan tetapi, bukannya marah atau membantah, si kembar malah tertawa seraya menyiapkan perlengkapan yang mereka bawa tadi. Haraga pun turut membantu dengan menglap meja menggunakan tisu basah yang ia miliki, setelahnya barulah membuka rantang makanan dan meletakkannya di sana secara perlahan agar isinya tak tumpah atau berantakan.

"Okay, udah siap. Selamat menikmati!" seru Nayaksa antusias.

Tentu saja hal tersebut disambut baik oleh Haraga dan Jeano, mereka pun langsung mengambil sendok dan memakan berbagai makanan yang dihidangkan. Ada dimsum, siomay, bakso goreng, tahu tempe dengan sambal rujak, cireng isi, dan martabak telor. Semua itu adalah hasil karya Nayaksa dari jam empat pagi, ia bahkan sengaja memasang delapan alarm berdekatan agar bisa bangun tepat waktu untuk menyiapkannya.

Apresiasi terbaik, Haraga tak kuasa mengunyah makanan tersebut sampai-sampai ia memejamkan matanya untuk menikmati cita rasa dinsum yang dibuat Nayaksa. Sedangkan Jeano, sudah memakan cireng isi ayam suir sebanyak dua buah. Padahal tiap orang hanya punya jatah satu, tetapi saking enaknya, ia sampai kalap dan tidak sadar.

"Eh, Ga, aku kemarin baru aja beli PS 5. Mau main gak di kostan Bang Kamal? Sekalian nanti masak-masak deh di sana," ajak Nayaksa.

Haraga yang masih mengunyah makanan pun hanya mengangguk semangat, ia senang jika teman-temannya tetap mau pergi ke kostan Kamal walaupun tempo hari selalu dipelototi oleh sang tuan rumah.

"Gue juga bakal bawa beberapa koleksi hoodie gue, ah. Mau nyogok Bang Kamal biar luluh hatinya," kata Jeano mengungkapkan idenya.

"Ih, gay." Celetukan Haraga sontak saja membuatnya mendapatkan pukulan kecil dari sendok yang dipakai Jeano.

"Sembarang lo, gini-gini gue lakik tulen nan perkasa," ungkap Jeano sembari menunjukkan otot-otot tangannya bak seorang binaraga.

Mereka pun sontak tertawa dengan hal itu, sampai-sampai melupakan bagaimana reaksi sekitarnya yang tampak kurang bersahabat. Apalagi di sudut lain di kelas tersebut, ada Yohan, Herdan, dan yang mencoba menahan diri melihat target bully-annya yang terlihat sangat bahagia.

"Sumpah muak banget gue liat si Dungu happy gitu," keluh Herdan memalingkan wajahnya dan kembali mengerjakan soal try out yang sebelumnya tengah ia pelajari.

Diangguki Hugo, ia juga memilih fokus pada ponselnya dan kembali melihat seorang speaker yang tampak sedang memandu jalannya webinar. "Emang pengaruh tuh dua bocah kembar beneran bikin si Dungu jadi makin songong, Anjir."

Yohan mendengar keluhan kedua temannya pun hanya menghela napas, ia membenarkan letak kacamatanya kemudian kembali membaca buku novel self improvement yang ada di laci mejanya. "Biarin aja, ntar kalau ada momen yang pas kayak waktu itu, kita abisin dia sampe gak mampu ke sekolah lagi," gertaknya yang langsung diangguki Herdan dan Hugo.

"Iya, gue gak bakal kasih ampun. Pokoknya kali ini gue beneran bikin patah tuh kaki si Dungu," ucap Herdan mengebu-gebu.

Hugo pun terkekeh, hingga ia menyadari sesuatu, "Eh, Fajar kemana dah? Tumben banget udah tiga hari gak masuk, tapi gak ngasih kabar."

Herdan yang awalnya fokus pada buku try out-nya, mulai mengalihkan atensi karena sama penasarannya dengan Hugo. "Iya juga, gue juga belum liat postingan dia deh keknya selama tiga hari ini."

"Palingan lagi liburan ke luar negeri sampe lupa ngabarin. Tau sendiri tuh anak sultannya bukan main," kata Yohan. Kedua sahabatnya pun tampak mengangguki ucapannya dan kembali melanjutkan kegiatan masing-masing, tanpa mencari tahu lebih lanjut apa yang sebenarnya telah terjadi pada Fajar.

♧♧♧

Tersenyum dalam lamunannya, Haraga duduk di halte pemberhentian untuk menunggu angkutan umum yang akan membawanya ke kostan Kamal. Masih dengan seragam lengkap dan badan yang sedikit berkeringat, ia dengan semangat tak sabar untuk bermain game bersama teman-temannya nanti. Di kedua tangannya tampak dua kantung besar berisi makanan ringan dan cemilan yang sengaja dibeli untuk dinikmati di acara nanti.

Selagi Jeano dan Nayaksa pulang terlebih dahulu untuk mengambil PlayStation dan hoodie yang mereka janjikan, Haraga berencana untuk mampir ke swalayan dulu untuk berbelanja. Kabar buruknya, ia lupa jika menunggu angkutan umum akan memakan cukup banyak waktu dibandingkan meminta jemput Miang.

Baru saja Haraga ingin bersorak kegirangan ketika melihat angkutan umum yang hendak melintas, tiba-tiba ada yang memukul punggungnya begitu keras. Haraga langsung terjatuh, hingga membuat makanan yang dibawanya berserakan ke jalan raya. Saat hendak menoleh, sebuah tongkat kayu langsung menghatam kepalanya, sampai-sampai ia kehilangan kesadaran saat itu juga.


♧♧♧



Missing part :

Satu hari sebelumnya ....

Brak!

Terbatuk-terbatuk hingga tak mampu menopang tubuhnya lagi, Fajar merasakan sakit yang luar biasa saat punggungnya menghantam keras pintu gudang.

Akan tetapi, bukannya kasihan, Yohan justru menendang perut Fajar beberapa kali. Sampai-sampai lelaki itu muntah darah dari mulutnya.

Menoleh ke sekitar, sebuah balok kayu pun Yohan ambil. Kemudian diarahkannya tepat di depan wajah Fajar.

"Pindah sekolah dan jangan pernah muncul di hadapan gue lagi. Siapa pun yang lo kasih tau tentang kejadian kemarin dan kali ini, dia bakal gue abisin. Sekalipun itu orang tua lo," ancam Yohan.

Fajar mendengarnya hanya mampu meringis, ia tak menyangka bahwa mengadukan kejadian yang dialaminya di tempat les justru membuat Yohan marah besar.

Awalnya Yohan bilang akan membantu, karena itulah mengajak bertemu di gedung sekolah tempat biasa mereka membully targetnya untuk merencanakan balas dendam kepada Haraga. Akan tetapi, di luar dugaan. Yohan justru langsung menghajar Fajar habis-habisan hingga berakhir seperti ini.

"Yo, maafin gue. To-tolong, gue gak mau pindah sekolah," mohon Fajar berusaha mencium kaki Yohan.

Namun, Yohan malah menendang wajah Fajar hingga sang empu berguling beberapa kali dan membentur tong sampah bekas.

"Najis gue maafin lo, setelah bikin nama gue jelek, bisa-bisanya lo ngomong gitu." Yohan kembali mendekat ke arah Fajar yang kini sudah sangat tak berdaya, "pokoknya inget omongan gue tadi, karena seperti yang lo tahu, Jar."

Yohan menjeda ucapannya, ia pun sedikit membungkukkan badan dan berbisik pada Fajar. "Gue gak pernah lepasin target gue gitu aja."

Belum sempat Fajar memohon kembali, balok kayu yang sedari tadi dipegang Yohan langsung mendarat sangat kencang di kepalanya. Hal tersebut seketika membuat Fajar kehilangan kesadaran dan menyisakan Yohan yang tertawa karena menikmati permainannya.







To Be Continue

Feedbacks are appreciated, please let me know your reaction when you read this fiction. SO, DON'T FORGET TO VOTMENT!

PESAWAT KERTAS : HARAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang