Tiga

448 104 29
                                    

Judith tak bisa berkata ia puas akhirnya bisa bertemu bertatap muka langsung dengan calon suaminya.

Bagaimanapun ia mengharapkan pria yang dewasa, baik, bertanggung jawab, dan mencintai dirinya untuk jadi teman seumur hidup dalam ikatan pernikahan.

Tetapi yang ia temui saat ini, cowok gondrong yang rambutnya diikat, memiliki tindik di telinganya, dan dari penampilan sepertinya ia menolak mengakui jika seharusnya ia saat ini setidaknya sudah punya gelar Sarjana, karena style nya masih anak kuliahan banget. Lah ketemu Judith yang memakai pakaian resmi di restoran mewah pula ini tuh serasa kebanting.

Namun Judith sangat menyadari jika itu yang diinginkan Malikh. Pria itu menginginkan dirinya mencetuskan kalimat membatalkan pernikahan.

Arsen dengan terus terang berkata dan meminta jika ia sangat membutuhkan Judith untuk menyelamatkan putranya satu-satunya.

Tak tanggung-tanggung, pria itu juga menemuinya secara pribadi beberapa hari sebelum pertemuan ini, dia tahu sekali pernikahan bukanlah hal main-main, tetapi ia berani bertaruh jika Judith berhasil merubah Malikh jadi pria manusiawi lagi, maka Judith akan jadi wanita paling bahagia karena Malikh sebenarnya baik.

Benar-benar bukan hal gampang guys menerima pria ini. Ia merokok dengan seenaknya di hadapan Judith sampai-sampai pelayan restoran menegur dan menyarankan agar mereka pindah ke ruang smoking area.

"Katakan Papa ku menjanjikan apa jika kamu mau jadi istriku?" Tanya Malikh.

Judith berusaha menahan emosinya mendengar tuduhan Malikh. "Aku setuju menikah dengan kamu demi baktiku kepada kedua orang tua ku." Jawab Judith.

Mereka berdua dijadwalkan untuk makan malam di restoran saat ini.

Malikh tersenyum meremehkan. "Kalau begitu aku ganti kalimatnya. Papa ku janjikan apa ke orang tua kamu? Berapa sih orang tua mu membandrol harga kamu?" Ucapnya.

Judith tak bisa menahan dirinya. Ia ambil air mineral dalam gelas ia siramkan ke wajah Malikh.

"Aku menikah demi baktiku kepada kedua orangtuaku. Jangan pernah kamu bicara hal-hal yang kamu akan sesali!" Ucap Judith.

Ia pergi meninggalkan Malikh tetapi dengan cepat Malikh meraih lengannya dan menahannya.

Tanpa terduga, ia mengambil gelasnya yang berisi air mineral lalu menuangkan tepat di atas kepala Judith membuat gadis itu terkejut bukan main.

"Kalau kamu siap menjalani pernikahan neraka, ayo lanjutkan. Aku akan ikuti permainan murahan kamu dan Papa ku." Ucapnya memberikan senyuman iblis.

Judith mengetatkan rahangnya kesal. Mereka jadi tontonan yang menarik di restoran tersebut. Beberapa bahkan menertawakan mereka tetapi Malikh tampak tak peduli.

Judith menepis tangan Malikh lalu meninggalkan pria itu.

---

Baru pertama bertemu, tetapi Judith sudah mengeluarkan air mata. Kesalnya luar biasa. Marah, ditambah sakit hati. Haruskah ia lanjutkan rencana pernikahan mereka? Pernikahan seperti apa yang mau ia bina dengan lelaki brengsek seperti Malikh?

Teringat betapa tengil nya gaya Malikh. Ia sangat-sangat tidak sopan dan merendahkan kedua orang tua Judith. Meskipun keluarganya tidak sekaya keluarga Malikh, tetapi mereka juga hidup mapan kok.

Ia seorang dosen di Universitas swasta dengan jurusan bisnis dan managemen. Di samping itu perusahaan jajanan dan makanan ringan milik Bapaknya juga sudah ia yang kelola dan semakin berkembang pesat di era penjualan online seperti sekarang ini.

Tetapi Ibunya dan Bapaknya sangat ingin ia menikah dengan pria tengil tersebut.

Tin...

Suara klakson sepeda motor mengejutkan dirinya yang masih termenung di balik kemudi mobil di parkiran.

Tampak seorang pengendara sepeda motor berjaket hitam berhenti tepat di depan mobilnya. Judith tak bisa menebak siapa, karena ia membonceng seorang wanita yang memakai hotpants.

Saat pria itu membuka helm, ia tersenyum kepada Judith sambil memberikan jari tengah.

Judith kesal bukan main. Ingin sekali ia tabrak Malikh namun pria itu sudah berlalu dengan motornya.

"Astaga... Haruskah aku menjalani nya? Nggak. Ini masa depan ku. Aku akan bilang sama Ibu dan Bapak dengan tegas kalau aku menolak menikah dengan Malikh. Aku janji akan menikah secepatnya tapi tidak dengan Malikh." Ucapnya bermonolog.

Ia lalu mengemudi menuju rumahnya.

---

"Assalamualaikum." Sapa Judith karena sepertinya ia kedatangan tamu di rumah.

Ada sebuah mobil di parkiran rumahnya sampai-sampai mobilnya harus di parkir di luar.

"Waalaikum salam." Jawab dari rumah.

Kaki Judith seketika terpaku. Ada Malikh di rumahnya. Pria itu berkemeja dan celananya bukan lagi jeans koyak-koyak.

"Kamu dari mana aja. Calon suami kamu udah nungguin di restoran tetapi kamu nggak datang katanya, jadinya dia nyusulin ke rumah." Ucap Dewi.

Kening Judith mengerut. Ia mencoba memahami situasi. Maksudnya apa coba? Judith memiringkan kepala sambil menoleh kepada Malikh.

Pria itu tersenyum cengengesan membuat Judit makin kesal.

"Saya mengerti Bu kenapa Judith nggak datang ke restoran tempat kami janjian. Ya nggak mungkinlah rasanya kalau perempuan secantik Judith mau menerima saya sebagai pendamping hidup. Kuliah aja saya nggak selesai-selesai. Saya paham kok kalau akan ditolak." Kata Malikh dengan wajah yang dibuat semenyedihkan mungkin.

Kening Judith semakin keriting mendengar perkataan Malikh.

"Judith... Kamu nggak boleh begitu ke calon suami. Ibu kan sudah bilang berkenalan dan berhubungan yang baik agar nanti setelah menikah akur." Tegur Dewi.

Judit menatap ke Malikh lagi. Dia memberikan Judith jari tengahnya tanpa di lihat oleh kedua orangtuanya.

"Maaf Bu, Pak. Judith masuk dulu. Capek. Mau ganti pakaian juga. Tadi Judith ke restoran kok, tapi mungkin salah alamat dan ketemunya sama orang sinting. Judith bahkan di siram air putih sama dia. Tapi nggak apa-apa, sekalian buang sial sih sama orang gitu." Jawab Judith lalu masuk ke dalam kamarnya.

Malikh berang tentu saja. Jika bisa ia ingin memberikan Judith pelajaran tetapi ia harus menahan diri. Ia harus bersikap baik, ia harus membalas Judith. Belum pernah harga dirinya diinjak-injak seperti tadi oleh siapapun sebelumnya apalagi oleh seorang perempuan.

"Maaf Pak... Bu... Saya tahu ini nggak sopan, tetapi boleh saya bicara berdua dengan Judith?"

Kedua orangtua Judith saling menatap.

"Boleh nak. Itu kamarnya yang ada tulisan Gemini nya." Ucap Dewi.

Dengan sopan Malikh berjalan menuju ke kamar Judith.

Formalitas ia ketuk pintu padahal ia ingin sekali mendobrak pintu kamar Judith tersebut.

Judith membuka pintu dan terkejut melihat Malikh berdiri di depan pintu.

"Ayo segera menikah, aku ingin membuat hidupmu sengsara secepatnya dan aku akan mendapatkan warisanku." Ucapnya berbicara pelan. Lalu ia pergi meninggalkan kamar Judith.

Astaga... Kepala Judith mau pecah seketika. Ini lebih menyebalkan dibandingkan dengan mahasiswa paling tengil sekalipun.

Ia harus bilang jika ia ingin membatalkan pernikahan.

"Bu..." Judith segera menghampiri kedua orangtuanya ke ruang tamu, namun...

"Saya mohon Bu. Ijinkan saya menjadi suami Judith. Restui saya Pak." Kata Malikh berlutut di depan kedua orangtuanya.

Judith semakin tak bisa berkata-kata. Astaga...

---

TBC

Hai... Selamat Baca semua... Ini bukan cerita PHP ya tapi segera launching agakntertunda karena kondisi Ibu saya sdh kurg fit faktor cuaca dn usia, ditambah ABG Ipar pasien GGK juga kmren sakit di rawat ICU JD bolak balik RS menguras tenaga, pikiran dan emosi.

Puji Tuhan Ibu udh sehat dan beraktivitas seperti biasa, tapi Abang Ipar sehat dalam versinya Tuhan, meninggal Sabtu kemarin tgl 7 Oktober 2023.

Secepatnya aku update lagi ya.... Jangan lupa Vote dn Comen kalian...

Malikh & JudithTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang