Dua Puluh Lima

364 87 4
                                    

Malikh berpakaian rapi tidak seperti penampilan biasanya yang jauh dari kata tapi. Bahkan rambutnya yang mulai memanjang sudah dipangkas rapi dan pendek kemarin.

Judith merapikan dasi Malikh sambil mengagumi sosok tampak suaminya tersebut.

"Kamu kelihatan ganteng." Ucap Judith.

"Benarkah? Di mata kamu aku ganteng?"

Judith mengangguk yakin. Hanya orang tak normal yang akan bilang Malikh itu biasa aja, karena pada dasarnya dia memang punya aura memikat.

"Pasti semua orang akan terkagum dan terhipnotis oleh ketampanan kamu. Semangat kamu pasti bisa." Ucap Judith.

Malikh memeluk pinggang Judith lalu mencium bibirnya sekilas.

"Aku cuma butuh pendapat satu orang saja. Kalau kamu sudah bilang bagus artinya bagus." Kata Malikh.

Judith tersenyum. "Gombal." Katanya grogi ditatap Malikh seintens ini. Mereka sudah sah suami istri, mereka juga sudah bersetubuh, tapi tetap saja ditatap Malikh itu rasanya bikin salah tingkah.

Malikh menggelengkan kepalanya. "Nggak gombal Didith sayang..." Ucapnya. Tuh kan... Malikh mulai lagi.

Judith tertunduk merona. Baiklah ia tak boleh kalah, seperti Malikh yang membuat dirinya grogi abis pagi ini, pria ini juga harus mengingat dirinya sepanjang hari agar tak tergoda gadis lain di luar sana, apalagi di kantor pasti akan banyak kaum hawa yang ingin memiliki dirinya.

Judith menatap mata Malikh lekat-lekat. "Jangan menatap seperti itu, jantung ku berdebar kencang sekali jadinya." Kata Malikh.

Judith cuma tersenyum. "Aku harus menatap kamu seperti ini, agar kamu terhipnotis dan nantinya tidak akan menatap perempuan lain."

Malikh terkekeh. Ia melumat bibir Judith mesra dibalas mesra juga oleh Judith selama beberapa menit.

"Baiklah. Aku harus kerja Didith. Jaga diri dan jaga hati, ingat kamu sudah bersuami sekarang." Kata Malikh sok menasehati melepas dekapannya dari pinggang Judith. Ia takut hatinya berubah jadi tak ingin kerja dan bersama Judith terus.

"Jangan lupa jam kuliah bimbingan kamu."

"Iya. Makasih sudah diingatkan."

"Satu lagi."

"Apa?" Tanya Malikh.

"Ehm... Nanti malam aku akan tampil sexy menunggu kamu di rumah." Kata Judith menunduk malu. Malikh tersenyum lebar.

"Aku pastikan semangat kerja hari ini, dan nanti malam juga." Kata Malikh tersenyum. Judith ikut tersenyum malu-malu. Entah apa yang ia pikirkan sampai bicara demikian. Astaga... Malu nya...

Judith mengantar Malikh sampai ke depan pintu apartemen saja lalu ia pun bersiap-siap untuk pergi mengajar ke kampus.

---

Malikh mengikuti rapat direksi pagi ini, dan sesuai hasil keputusan rapat Malikh akan menjadi wakil direktur jabatan yang selama ini dikosongkan dan memang diperuntukkan baginya.

Meskipun kurang setuju, mengingat dan menimbang Malikh selama ini belum menyelesaikan kuliah nya dan dia juga belum ada pengalaman bekerja, beberapa pemilik saham meragukannya.

Tapi Malikh tidak gentar, dia pria paling percaya diri sedunia, bukan karena modal tampang, tetapi juga karena ia selalu percaya diri dengan apa yang ia kerjakan. Mungkin ini juga yang membuat auranya disegani dan dikagumi.

Malikh mempelajari semua laporan Perusahaan yang harus ia ketahui agar bisa bekerja. Ia bekerja keras dan berusaha tetap fokus sambil sesekali menatap fhoto Judith yang ia jadikan wallpaper ponselnya. Setiap akan menyerah dan malas ia tatap fhoto istrinya dan mengingat janji Judith malam ini.

Malikh & JudithTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang