Delapan

416 92 7
                                    

Judith menegang seketika tak menduga jika ia akan menarik perhatian seperti ini. Dia cuma ingin tidur tenang malam ini. Ach benar dia sedang datang bulan dan dia sangat sensitif sekarang. Sudah terlanjur.

"Naik ke atas." Kata Malikh.

Judith mengalah. Sebenarnya ia ingin sekali mengusir semua tamu Malikh tapi ia rasa tak baik jika identitas nya diketahui, jadi ia menuruti Malikh sekalian menghindar.

Haduh Judith kenapa coba sampai sok ngelabrak? Sekalian aja panggil ketua RT umumin kalau suami kamu ngadain pesta gak jelas hampir setiap malam di rumah.

Tanpa Judith sangka, Malikh ternyata mengikuti dirinya ke lantai 2 dan menyeretnya masuk kamar gadis itu dan menutup pintu dengan kasar.

"Kamu apaan sih!" Ucap Judith marah.

"Kamu yang apa-apaan? Mau sok-sokan bersikap jadi istri?"

"Aku memang istri kamu!" Umpat Judith.

Ada untungnya musik dibawah sudah kembali diputar setidaknya pertengkaran mereka tak sampai terdengar ke bawah.

Nafas Malikh memburu. Ia kesal bukan main. Ia sedang menghisap payudara Gea dan Judith malah mengganggu. Malikh membuka masker yang dipakai Judith, melempar sembarangan lalu mencium bibir Judith dengan paksa sambil mengunci tubuhnya di balik pintu kamar. Judith menolak pria berstatus suami nya tersebut tetapi Malikh sangat memaksa.

Ia mencium Judith dengan kasar dan paksa meskipun Judith berusaha menolak tetap saja ia kalah dan pasrah. Sialnya saat Judith tak lagi melawan, tanpa di duga Malikh merasakan darahnya berdesir dan adrenalin nya meningkat.

Bibir Judith yang tampak seperti bibir wanita lain pada umumnya terasa sangat ranum dan manis. Menyadari ciumannya melembut Malikh melepaskan Judith yang ia kungkung.

Malikh mengusap bibirnya lalu meludah ke lantai seolah-olah jijik.

"Itu akibatnya karena sudah bersikap sok jadi istri. Lain kali jaga sikapmu. Di mata orang-orang kamu sepupu ku bukan istri!" Ucap Malikh.

Ia lalu keluar dari kamar dan membanting pintu dengan suara kuat.

Isak tangis Judith tak terdengar oleh siapapun, apalagi karena kuatnya suara musik DJ di luar kamarnya.

Tangannya di kepal lalu di remas kuat. Pada dasarnya ia bukan wanita lemah. Hanya ia tak ingin memiliki masalah dalam pernikahan nya, karena ia tak mau Bapak dan Ibu yang sudah mengasuh nya sedih.

Kedua orang tuanya tersebut berharap Judith akan memiliki keluarga yang utuh dan saling mencintai seperti mereka, yang meskipun tak dikaruniai anak kandung namun tetap saling sayang dan cinta.

Astaga...

Haruskah ia tetap menjalani pernikahan aneh ini? Ibunya menjamin Malikh itu sebenarnya anak baik berdasarkan pernyataan almarhum Mama nya. Tapi kenyataannya???

---

Yah... Begini lah kegiatan rutin Judith pagi ini. Melakukan kebersihan, mengutip kaleng minuman dan sisa jajanan Malikh dan teman-teman nya.

Jadi, selama ini, setiap Malikh mengadakan party di rumah mereka, ia hanya akan diam di lantai 2, seolah-olah dia tak ada di rumah itu. Dan selesai party, esoknya ia kebagian kebersihan karena merasa tak enak jika bik Saten mendapati rumah terlalu berantakan.

Judith mendesah mendapat sebuah kado sialan pagi ini. Sepertinya kesabarannya benar-benar diuji. Malikh beneran ngajak ribut.

Judith mengetuk pintu kamar Malikh, lebih tepatnya menggedor.

"Iya. Iya." Ucap Malikh membuka pintu. Ia bertelanjang dada, dengan beberapa bekas cupang di dadanya dan bawahan celana jeans.

"Ini apa?" Ucap Judith. Dia bisa menerima Malikh berpesta, memesan makanan Drive thru yang sisanya berantakan, minuman soda yang dicampur bir, sampah-sampah cemilan, kulit kacang berserakan tapi...

Malikh & JudithTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang