Lima

396 97 6
                                    

"Aku sudah turuti apa mau Papa. Sekarang aku mau fasilitas ku dikembalikan." Ucap Malikh.

"Kamu nggak mau makan dulu, Likh?" Suara lembut seorang wanita yang duduk di sebelah Papa nya membuat ia mual ingin muntah.

"Duduk dulu. Kita makan malam." Ucap Arsen.

"Aku nggak akan pernah duduk semeja dengan pelacur mu ini, Pa."

Arsen mendesah melihat putranya. Anak ini tidak tahu apa-apa dan selalu larut dengan pemikirannya sendiri. Keluhnya dalam hati.

"Tinggalkan kami, dia mau bicara denganku." Ucap Arsen pada Kirana.

Kirana menatap Malikh lalu mengundurkan diri dari meja makan meninggalkan Ayah dan anak tersebut berbincang. Namun ia tak sejauh itu, ia menjaga jarak dengarnya agar bisa tahu apa yang dibicarakan kedua orang tersebut.

"Besok kamu akan menikah. Papa mau kamu rapikan penampilan kamu. Perempuan baik-baik mana yang akan senang menikah dengan lelaki berantakan seperti kamu." Ucap Arsen.

"Papa nggak usah mengkuliahi aku deh."

"Kamu sudah 27 tahun tapi masih merengek minta fasilitas dari orang tua mu. Artinya Papa masih pantas mengkuliahi kamu." Ucap Arsen membuat Malikh habis kata-kata. Ia tak bisa membalas ucapan Ayahnya karena benar adanya.

"Jadi, Papa mau habiskan uang Papa sama pelacur itu?"

"Terserah kamu bicara apa. Pelacur itu, Ibu kamu sekarang."

"Ibu ku cuma satu, dia sudah meninggal. Papa nggak jijik menikahi wanita yang pernah jadi pacar anak Papa sendiri?"

"Dia mungkin pernah jadi pacar mu tapi dia menyerahkan seluruh dirinya pada Papa, jadi Papa tidak tahu harus jijik dimana?"

Kembali Malikh tak berkutik. Ia memang selalu menjaga Kirana selama berpacaran. Baik menjaga hati, terutama hubungan fisik karena menurutnya Kirana itu gadis polos yang akan ia jaga sampai sah. Tapi ternyata, setelah lima tahun berpacaran, ia akhirnya mendapatkan Kirana adalah sugar baby Papa nya.

"Papa sudah daftarkan kamu kuliah di Kampus tempat istri mu bekerja. Jangan membuat masalah. Ini tahun terakhir kamu, setelah kamu lima kali pindah universitas dan terus gagal menyelesaikan sarjana mu. Papa juga sudah membeli sebuah rumah untuk kalian berdua. Kartu kredit kamu Papa tahan. Kartu debit kamu sudah Papa isi saldonya tetapi terbatas. Tapi Papa sudah siapkan dana cadangan yang hanya bisa diakses Judith istri mu."

"Tunggu, Pa, maksudnya kalau aku kehabisan uang aku minta ke dia gitu?"

"Tentu saja. Kamu belum bisa menafkahi dia, mau tidak mau Papa harus keluarkan biaya hidup kalian dan keuangan nya Judith yang pegang."

"Jadi Papa membanjiri dia dengan uang dan fasilitas? Pantas dia mau menikah dengan ku." Ucap Malikh sinis.

"Dia tidak begitu. Kamu jangan salah paham ke dia. Dia gadis yang benar-benar baik, bahkan kamu terlalu beruntung mendapatkan dia."

"Papa mau merendahkan aku sampe ke dasar jurang mana lagi sih Pa? Papa terlalu memuji Judith."

"Malikh, jika kamu kasar pada istri mu, dan jika kamu melakukan kesalahan, dengan segera semua fasilitas kamu akan Papa blokir dan kamu tahu semua hak waris kamu, akan Papa berikan kepada siapa bukan?"

Malikh menatap Papa nya tajam. Ia lalu meninggalkan ruang makan dengan kasar menuju apartemennya. Besok ia akan menikah. Ia benar-benar akan menikah. Judith tidak melakukan pembatalan pernikahan.

---

Wajah cantik nan ayu setelah di-make up, serta tubuh langsing yang terbalut dalam kebaya putih gading dan bawahan batik serta hiasan kepala berupa kerudung membuat Deandra Judith Sechan terlihat begitu cantik bagaikan bidadari.

Malikh & JudithTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang