Chapter 20

4.2K 146 15
                                    

"Kenapa dengan wajahmu?" Tanya seseorang melirik Do Han dengan alis terangkat.

Saat ini Do Han kebagian shift pagi di cafe ia yang fokus bekerja seketika menoleh menatap rekan kerjanya ia lalu membalas.

"Wajahku? kenapa?" Sahutnya masih fokus dengan tugasnya.

"Bibirmu itu" tunjuk sang rekan dengan mata memicing. "Kalau kau ingin tersenyum lakukan jangan memasang ekspresi aneh begitu"

"Apa terlihat jelas?" Sahut Do Han menggaruk belakang kepalanya canggung.

"Menurutmu?" Tanya rekannya balik.

Mendengar itu Do Han lantas tak bisa tak memerah malu mengingat kemarin soal pengakuannya yang tiba-tiba itu membuat detak jantungnya berdebar dua kali lebih cepat saat menyatakan perasaannya pada Saehyun.

Ekspresi terkejut Saehyun masih terekam jelas di ingatannya jujur saja ia hilang kendali tepat ketika ia melihat Saehyun dengan pria itu sedikitnya membuatnya cemburu dan cemas.

Cemburu akan hubungan pria itu dengan Saehyun serta cemas jika sewaktu-waktu Kim Saehyun menghindarinya usai pengakuan itu ia tak bisa menutupi rasa khawatirnya meski ada rasa bahagia di dadanya.

Perasaan membuncah ini-mengingat reaksi Saehyun yang tak terlihat terganggu waktu itu membuatnya semakin berharap ya bisa saja ia punya kesempatan bukan?

Ia bahkan mati-matian menahan kedutan disudut bibirnya kala mengingat Saehyun yang memberinya izin mencium saat itu belum lagi dengan usapan sayang yang diberikan di wajahnya.

Sungguh ia ingin berteriak seperti remaja jatuh cinta ia ingin memeluk siapa saja menyuarakan pada semuanya sembari tersenyum gembira saking bahagianya.

Walau demikian ada rasa gelisah menggelayut di hati,tapi ia segera menepis pemikiran buruk itu kepala benar yang harus ia lakukan sekarang menunggu; memberi Saehyun waktu atas balasannya.

Bolehkah aku berharap Saehyun?

Di kampus

Saehyun kini berada di ruang klub sedang berdiskusi dengan teman sesama klubnya.

Bukan hal yang penting juga dibilang diskusi sebenarnya tidak karena Yujin beserta temannya sibuk beradu argumen buku mana yang harus di sumbangkan menilai banyaknya buku-buku yang sudah tersimpan lama di tempat itu.

Seperti saat ini Yujin berdebat bahwa buku yang sudah berdebu atau lama tidak dibaca sumbangkan saja sedangkan si kaca mata protes karena masih ada diantara buku² berdebu itu yang belum ia baca alhasil Saehyun menengahi mereka berdua.

"Begini saja bagaimana jika kita pisahkan mana buku yang akan disumbangkan dan yang belum dibaca?" Usul Saehyun.

"Dan teruntuk Yujin-ssi mungkin saja ada buku yang belum dibaca jadi akan lebih baik kita pilah saja dulu?" Tawar Saehyun menatap gadis itu.

"Benar juga kenapa sampai memperdebatkan ini ya?" Sahut Yujin.

"Lagipula kau yang mulai" sela si kaca mata mendengus yang ditatap balik Yujin dengan wajah masam.

"Terima kasih Saehyun" senyum gadis itu.

"Sama-sama" balas Saehyun.

"Oh iya" seru si kaca mata menghentikan pekerjaannya. "Saehyun-ssi ngomong² ada orang mencarimu"

"Ya? Siapa?" Sahut Saehyun.

"Kalau tidak salah namanya Lee Junghyun" beritahu pria itu.

"Benarkah kalau begitu abaikan saja-"

I Became The Lousy Side Antagonist [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang