"Taehwan," panggil ibunya melihat Taehwan kecil bermain dengan seekor anjing di perkarangan rumah.
"Ibu kesini," ucap Taehwan kecil tersenyum lebar seraya melambaikan tangan.
"Sedang apa?" Tanya sang ibu menghampiri.
"Bangun rumah pasir, lihat bagus bukan?" Sahut sang anak tertawa pun dibalas sang ibu cepat. "Benar sangat bagus anak ibu hebat."
"Hehe iya dong," sahutnya menyengir lucu.
"Tapi Taehwan-ah kenapa kau tidak menolong ibu?"
Menoleh menatap sang ibu Taehwan yang semula memasang senyum ceria seketika membulatkan netranya dengan wajah seputih kertas, ia mendapati disana sang ibu menatapnya dengan kepala bersimbah darah.
"I-ibu?" Ujarnya gemetar.
"Taehwan-ah kenapa kau tidak membantu ibu..."
"Tidak aku—"
Ia mematung tak jauh dimana ibunya berada ayahnya tengah berdiri diatas tangga membiarkan ibunya terkapar menyedihkan.
Taehwan kembali bersuara. "Ayah... ibu kenapa?" Namun nihil ayahnya tidak menyahut. "Ugh ayah jawab," ucap Taehwan kecil mulai sesegukan. "Ayah bantu ibu ba-bawa ibu ke rumah sakit ka-kalau tidak ibu bisa—"
"Bisa mati? Begitu," potong sang ayah menuruni anak tangga satu per satu melangkah pasti ia berujar tak peduli.
"Biar saja itu hukuman untuknya karena tidak mematuhiku," Ucap pria itu dingin. "Dan teruntuk kau jika kau tidak ingin bernasib sama seperti ibumu patuhi aku," bisik pria itu pelan meneruskan.
"Kau dengar Jo Taehwan."
Usai berkata pria itu kemudian pergi.
Di lain hari pada musim hujan langit begitu kelabu saat itu,Taehwan yang berdiam diri di kamar didatangi seorang bocah sepantarannya.
"Hei ayo bermain," ajak bocah itu menarik tangan Taehwan.
"Kau siapa?" Tanya Taehwan selepas kematian ibunya ia lebih banyak diam dan jarang keluar kamar Jo Taehwan menutup dirinya dari dunia luar.
"Hm seorang teman," jawab bocah itu polos." Kata ayahmu jika aku bosan aku bisa mengajakmu bermain," tukas bocah itu memberitahu.
"Ayahku?"
"Iya memang siapa lagi,sudahlah ayo main."
Meraih tangan Taehwan dalam satu tarikan bocah itu menyeretnya keluar.
Pasrah kemana bocah itu membawanya Taehwan diam tanpa protes akan tetapi ketika mereka berbelok bocah itu menghentikan langkahnya didekat tangga.
Ia spontan menoleh ke arah Taehwan dengan mata berbinar. "Hei bagaimana kita adu kecepatan? siapa yang cepat turun dari tangga dia pemenangnya," ajak bocah itu semangat.
"Tidak," tolak Taehwan kecil tanpa pikir panjang.
"Eh kenapa?" Kaget bocah itu. "Ayolah sekali saja ya aku bosan tahu," rajuk bocah itu.
"Tidak mau," geleng Taehwan.
"Ayolah bermain denganku hm? Kalau kau tidak mau aku paksa," ancam bocah itu memegang tangan Taehwan erat bocah itu kemudian menyeretnya paksa.
Sementara itu Taehwan yang menyadari aksi bocah itu mencoba menghindar adegan tarik menarik terjadi Taehwan dengan pendiriannya menggeleng mencoba melepaskan tautan bocah itu.
"Tidak mau," teriak Taehwan.
"Ish kenapa kau keras kepala sih ayo main."
"Ku bilang tidak."

KAMU SEDANG MEMBACA
I Became The Lousy Side Antagonist [END]
RomansaBUKAN NOVEL TERJEMAHAN CERITANYA PINDAH KESINI AKUN SEBELAH NGGAK DIPAKAI LAGI!! Kim Saejoon hanya seorang dokter yang ingin pulang kerumahnya selepas menyelesaikan pekerjaan tapi ditengah-tengah perjalanan truk besar melintas dalam kecepatan diatas...