Gerbang Astral berbentuk oval seperti cermin tertutup secara perlahan. Violatte dengan ekspresi imutnya, terus melambaikan tangan ke arah gerbang dimensi itu yang kian meredup. Sementara itu, Nameless yang berdiri di dekatnya, dia tersenyum tipis dengan kedua tangan bertemu di depan.
"Hei, Vio," panggil pelan Nameless, ada eskpresi yang berbeda tergambar di wajahnya.
Saat Gerbang Astral telah menghilang sepenuhnya, Violate beranjak ke sisi Nameless, lalu menatapnya dengan ekspresi imut. "Hmm? Kenapa?"
Seolah tak perlu menunggu jawaban dari Nameelss, sepasang bola mata hijau Violatte menyapu bersih pemandangan di sekitarnya. Kepolosan yang awalnya terpancar dari wajahnya mulai memudar, terganti oleh senyuman lebar yang melengkung tajam dan penuh gairah.
"Oh yaa, xixixi," Violatte tertawa kecil dengan ciri khas imutnya. Kemudian, dia kembali menatap tajam seluruh kesatria yang berdiri tegak di sekelilingnya. "Baru aja dateng udah disambut aja sama mereka."
Kedua pilar iblis ini baru saja tiba di bagian Planet Netarule. Namun, baru saja mereka berpijak di tanah asing itu, tanpa diduga terdapat sejumlah kesatria yang menyambut kedatangan mereka, dengan menodongkan berbagai macam senjata yang digenggam erat.
Para kesatria itu memakai zirah perak lengkap dengan senjatanya yang mengkilap. Penyihir dengan tongkatnya dan pemanah dengan busurnya, juga ikut meramaikan di barisan paling belakang. Sejumlah kesatria itu membentuk barisan mengelilingi dua pilar iblis ini tanpa memberikan celah.
Sambutan ini terjadi karena gerbang Astral yang telah disiapkan oleh Lustia, tanpa disengaja terbuka di suatu tempat kesatria manusia itu sedang berkumpul. Kehadiran Violatte dan Nameless yang tiba-tiba, spontan membuat mereka merasa curiga dan waspada.
"Xixixi, tuan rumah yang baik," sindir Violatte dengan tawa imutnya.
Tak lama setelah sindiran Violatte, salah satu kesatria tiba-tiba berteriak. "Siapa kalian?! Dari mana asal kalian?!"
Tidak seperti Violatte yang semakin bergairah untuk bertempur, Nameless justru terlihat tetap tenang, seolah tidak terpengaruh dengan situasi yang sedang dia hadapi. Dia berdiri secara anggun dengan kedua mata tertutup rapat.
Dengan sikap ketenangan yang sama, Nameless sedikit melangkah ke depan sebelum dia memulai percakapan. "Jangan khawatir, kami hanyalah pengembara asing. Tolong ... turunkan senjata kalian."
Permohonan dari Nameless seketika membuat seluruh kesatria saling menatap satu sama lain. Kemudian, mereka semakin mempertegas genggaman senjata mereka. Meski Nameless memohon dengan penuh kelembutan, namun tampaknya, itu malah semakin membuat para kesatria itu semakin curiga dan berwaspada.
"Aku belum pernah melihat ras iblis seperti kalian," gumam salah satu kesatria yang berdiri di barisan paling depan dengan penuh rasa curiga. Dia terus mengamati kedua pilar iblis itu tanpa berpaling.
Sedikit demi sedikit, para kesatria itu mulai menyadari bahwa sosok misterius di hadapan mereka merupakan iblis. Namun, ada satu hal yang membuat mereka merasa ragu: keduanya tampak sangat asing, tidak seperti iblis yang biasanya mereka ketahui.
Meskipun dua iblis asing itu memiliki wujud yang serupa dengan manusia, aura kegelapan yang terpancar dari keduanya tidak dapat sepenuhnya ditutupi. Hal ini yang membuat mereka mencurigai identitas keduanya, walaupun masih ada keraguan.
Menyadari perasaan curiga mereka, Nameless meresponsnya dengan senyuman yang ramah. "Kalau begitu, bisakah kalian berikan kami sedikit informasi tentang dunia ini? Sebagai gantinya ... kami akan menjamin keselamatan kalian di dunia ini, selamanya."
Seandainya mereka mengetahui sosok sejati Nameless, tanpa berpikir berpikir panjang mereka pasti akan menerima pertukaran tersebut. Hanya dengan memberikan informasi yang dua pilar iblis ini inginkan, mereka akan mendapatkan jaminan keselamatan selama hidup di dunia ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
World Destruction I : Initium Viae
FantasyAlam semesta adalah panggung sandiwara dari segala penciptaan. Segala sesuatunya saling terhubung membentuk sebuah harmoni yang seimbang. Namun, seiring berjalannya waktu, realitas terus terjatuh ke dalam simfoni yang salah. Para Dimensional Being...