Bab 2. Planet Netarule

127 25 6
                                        

Gerbang Astral berbentuk oval seperti cermin tertutup secara perlahan. Violatte dengan ekspresi imutnya, terus melambaikan tangan ke arah gerbang dimensi itu yang kian meredup. Di sisinya, Nameless dengan kedua mata terpejam, memandang sekeliling seraya tersenyum.

"Hei, Vio," panggil pelan Nameless, ada keraguan di dalam suaranya.

Saat Gerbang Astral telah menghilang sepenuhnya, Violate beranjak ke sisi Nameless, lalu menatapnya dengan ekspresi imut.

"Hmm? Kenapa?"

Seolah tak perlu menunggu jawaban dari Nameless, sepasang bola mata hijau Violatte menyapu bersih pemandangan di sekitarnya. Kepolosan yang awalnya terpancar dari wajahnya mulai memudar, terganti oleh senyuman lebar yang melengkung tajam dan penuh gairah.

"Oh yaa, xixixi," Violatte tertawa kecil dengan ciri khas imutnya, menatap tajam seluruh kesatria yang berdiri tegak di sekelilingnya. "Baru aja dateng udah disambut aja sama mereka."

Kedua pilar iblis ini baru saja tiba di bagian Planet Netarule. Namun, saat mereka berpijak di tanah asing itu, tanpa diduga terdapat sejumlah kesatria yang menyambut kedatangan mereka, dengan menodongkan berbagai macam senjata yang digenggam erat.

Para kesatria itu memakai zirah perak lengkap dengan senjatanya yang mengkilap. Di barisan belakang, penyihir dan pemanah juga ikut meramaikan, mengangkat persenjataan mereka. Dalam langkah yang cepat, beberapa kesatria segera membentuk barisan, mengelilingi dua pilar iblis tersebut tanpa memberikan celah.

Sambutan ini terjadi karena gerbang Astral yang telah disiapkan oleh Lustia, tanpa disengaja terbuka di suatu tempat kesatria manusia itu sedang berkumpul. Kehadiran Violatte dan Nameless yang tiba-tiba, spontan membuat mereka merasa curiga dan waspada.

"Xixixi, tuan rumah yang baik," sindir Violatte dengan tawa imutnya.

Tak lama setelah sindiran Violatte, salah satu kesatria tiba-tiba berteriak.

"Siapa kalian?! Dari mana asal kalian?!"

Tidak seperti Violatte yang semakin bergairah untuk bertempur, Nameless justru terlihat tetap tenang, seolah tidak terpengaruh dengan situasi yang sedang dia hadapi. Dia berdiri secara anggun dengan kedua mata tertutup rapat.

Dengan sikap ketenangan yang sama, Nameless sedikit melangkah ke depan sebelum dia memulai percakapan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan sikap ketenangan yang sama, Nameless sedikit melangkah ke depan sebelum dia memulai percakapan.

"Jangan khawatir, kami hanyalah pengembara asing. Tolong ... turunkan senjata kalian."

Seluruh kesatria saling menatap satu sama lain. Bukannya menerima permohonan tersebut, mereka malah semakin mempertegas genggaman senjata mereka.

"Aku belum pernah melihat ras iblis seperti kalian," gumam salah satu kesatria yang berdiri di barisan paling depan dengan rasa curiga. Dia terus mengamati kedua pilar iblis itu tanpa berpaling.

Sedikit demi sedikit, para kesatria mulai menyadari bahwa sosok-sosok misterius di hadapan mereka mungkin adalah iblis. Namun, ada satu hal yang membuat mereka ragu: penampilan keduanya terlalu asing, tidak menyerupai iblis seperti yang selama ini mereka kenal.

World Destruction I : Initium ViaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang