5. Siapa Iblis Misterius Itu?!

99 21 8
                                        

Kabar buruk itu seketika membentuk ketegangan suasana, menjalar ke setiap sudut ruangan seolah waktu terhenti. Kejutan dan rasa syok membuat lidah mereka kelu, tak mampu berkata apa pun.

Tekad yang baru saja tumbuh kembali lenyap seketika, dihempaskan oleh kenyataan pahit bahwa pertolongan yang mereka harapkan telah lenyap begitu saja, meskipun belum ada penjelasan lanjut dari pengantar pesan.

Luviana yang tadinya berdiri penuh tekad, merasa seluruh harapannya runtuh. Dengan suara yang nyaris hilang, dia mencoba bertanya, meski hatinya sudah tahu jawabannya.

"A-apa maksudmu?"

Kesatria itu menundukkan kepalanya lebih dalam, tubuhnya bergetar hebat di balik zirah perak yang dikenakan.

"Mohon maaf, Tuan Putri. Saya tidak menemukan adanya bekas luka di tubuh mereka, seolah... mereka mati terkena kutukan. Selain itu, sa-saya juga tidak menemukan adanya bekas pertempuran. Sungguh ... saya tidak tahu apa yang terjadi!"

Mendengar itu, Luviana terkulai lemas, jatuh terduduk di lantai. Matanya terlihat kosong, seakan seluruh tenaga dalam tubuhnya tersedot habis. Kabar itu, seperti mimpi buruk yang menghantamnya tanpa peringatan.

Para bangsawan di sekitarnya mulai berdebat, saling menuduh dan mempertanyakan kebenaran dari laporan tersebut. Beberapa bahkan mengacungkan pedang ke arah kedua kesatria pembawa pesan, memaksa mereka untuk berkata jujur.

Kabar buruk tersebut memang terdengar tidak masuk akal. Siapa pun tidak akan ada yang bisa menerima, saat mendengar bahwa 2500 prajurit—bala bantuan yang mereka harapkan—lenyap begitu saja tanpa ada perlawanan, bahkan tanpa adanya kerusakan.

Amarah dan keputusasaan semakin memenuhi ruangan. Harapan yang tadinya ada kini sirna tanpa jejak, menyisakan kepedihan dan rasa takut. Bagi Luviana, Kerajaan Brigham tampak sudah berada di ambang kehancuran.

Namun, di tengah kekacauan yang menyelimuti tenda itu, tiba-tiba terdengar suara yang sangat lembut, namun dingin dan menusuk.

"Fufu~ Bagaimana kalau ... aku yang mengatasinya?"

Seluruh mata serentak tertuju ke sumber suara tersebut. Suara itu terdengar begitu halus dan sangat khas, tawa kecilnya terdengar bagai melodi gelap yang memesona. Sepasang bola mata merah dengan tatapan taham tertuju pada seisi ruangan. Dia melangkah dengan anggun dengan gaun hitamnya ke dalam tenda yang sederhana.

"Itu pun, jika kalian tidak peduli terhadap harga diri."

Tidak ada ekspresi yang menghiasi wajah wanita itu. Rambut peraknya melambai seiring hembusan angin, dan sepasang sepatu kaca hitam mewahnya menciptakan irama merdu di setiap langkahnya menuju Luviana, yang terduduk lemas tanpa daya.

Di sekelilingnya, para bangsawan dan kesatria memegang senjata mereka dengan rasa curiga dan waspada. Mereka menatap wanita cantik yang tiba tanpa undangan itu dengan ketidakpercayaan. Satu per satu dari mereka melontarkan pertanyaan identitas sosok itu sambil menodongkan senjata.

Saat wanita itu berdiri di hadapan Luviana, seorang kesatria tiba-tiba mengayunkan pedangnya ke leher wanita tersebut. Namun, dengan gerakan kilat, wanita itu berhasil menangkis serangan itu, hanya dengan kuku kelingkingnya tanpa bergeming.

Seolah tak acuh dengan serangan mendadak itu, wanita misterius tersebut tetap menatap mata Luviana yang terduduk kaku. Sementara itu, Luviana yang merasa dilahap rasa takut, berusaha membuka suara dengan gemetar.

"Si-siapa kamu? A-apa yang kamu inginkan?"

Wanita misterius itu mendekatkan wajahnya, menatap langsung bola mata Luviana. Di balik wajah dinginnya, ada sedikit reaksi heran saat mengamati Luviana lebih dalam.

World Destruction I : Initium ViaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang