4. Harga yang Harus Dibayar

788 20 0
                                    

Setelah pembahasan panjang selesai, Lustia yang masih ditemani Zexia segera pergi menuju ruangan tahta Ratu Iblis. Sementara keempat anggota IV Annienta, mereka telah berangkat menuju sebuah planet asing untuk melaksanakan tugas baru mereka.

Keempat pilar tersebut dipecah menjadi dua kelompok dengan destinasi yang berbeda. Nameless dan Violatte, mereka ditempatkan pada sebuah planet yang bernama Netarule.

Dari penjelasan singkat yang diberikan Lustia, Planet Netarule adalah tempat di mana sebagain besar penduduknya menyembah salah satu Dewi Calestia. Planet itu memiliki empat spesies berbeda yang hidup di dalamnya. Lustia menaruh harapan pada Nameless dan Violatt, untuk dapat menemukan petunjuk lebih dalam tentang salah satu Dewi Calestia yang menjadi sosok "Tuhan" penduduk di sana.

Sementara Diablo dan Cally, mereka ditugaskan berpasangan ke sebuah planet yang berjarak paling jauh dari dunia mereka. Planet tersebut bernama Klovi I, yang terletak di galaksi berbeda dari dunia iblis saat ini.

Perjalanan Diablo dan Cally kali ini menjadi sejarah baru bagi IV Annienta, di mana mereka kali ini melintasi dunia asing yang jauh di sebuah galaksi yang berbeda. Selama ini, seluruh anggota IV Annienta hanya berkelana di dalam galaksi mereka saja.

Lustia memerintahkan kedua pilar iblis tersebut untuk mengamati kehidupan yang berjalan di galaksi yang berbeda. Dia meyakini adanya hal menarik dalam perbedaan galaksi ini. Baik itu dari segi hukum yang menjadi tatatanan di sana, maupun perbedaan peradaban yang signifikan. Selain itu, Potensi untuk menemukan artefak kuno, sumber daya yang langka, dan pengetahuan baru tentang sihir dan teknologi sangatlah besar.

Tak hanya itu, Lustia juga percaya bahwa di sana mungkin saja ada makhluk-makhluk dengan kekuatan luar biasa yang dapat menjadi sekutu atau ancaman tergantung pada pendekatan mereka.

Saat ini, di tengah koridor yang panjang, lukisan-lukisan sakral yang menceritakan perjalanan dunia iblis terpampang rapih di setiap sisi lorong Lustia dan Zexia lewati. Meski memiliki kesan menyeramkan, namun keindahan dan kebersihan bagian lorong yang gelap tetap terjaga.

"Berkat Diablo pembahasan ini jadi cepat," celetuk Zexia memecah keheningan dengan ekspresi datarnya.

"Khfufu~ ya begitulah. Niatku memang ingin membicarakan soal kemenangan kemarin. Metafora yang diberikan Diablo sangat membantuku untuk menjelaskannya," jawab Lustia tanpa menoleh pada Zexia.

Suasana kembali hening, hanya terdengar suara langkah kaki yang merdu dari sepatu kaca mereka yang mewah. Bola mata biru Zexia memandang rambut putih Lustia yang berada di hadapannya tanpa sebuah kata.

Hingga beberapa langkah kemudian, mereka telah tiba di depan pintu megah yang di jaga oleh dua kesatria iblis. Pintu itu berukuran cukup besar dan kokoh, warna hitamnya begitu mengkilap dengan beberapa corak keemasan.

Ketika Lustia dan Zexia tiba, dua kesatria iblis itu membuka pintu sambil menunduk memberikan hormat. Cahaya terang dari dalam ruangan perlahan menyinari mereka seiring pintu tersebut terbuka. Meski pintu megah tersebut telah dibuka dengan lebar, Lustia tak segera melangkah masuk, hanya berdiam diri dengan tatapan kosong.

"Hei ... Zexia," panggil Lustia tiba-tiba dengan suara pelan. Nada yang dia keluarkan terdengar begitu berat seolah sedang meragukan sesuatu.

Di belakangnya, Zexia hanya memiringkan kepala sebagai respons, tanpa membuka suara.

"Kalau seandainya asumsiku benar, apa yang harus kita lakukan?" lanjut Lustia. Untuk pertama kalinya, Zexia merasakan sesuatu yang berbeda dari raut wajah Lustia.

"Apa maksudmu?" balas Zexia tanpa ekspresi, nadanya pun begitu datar.

Kemudian, tatapan kosong Lustia tertuju pada singgasana mewah yang ada di dalam ruangan, seperti sedang memikirkan suatu hal. Wajahnya yang datar, semakin menonjolkan bahwa pikirannya tengah terombang-ambing dengan asumsi yang dia jelaskan sebelumnya.

World Destruction I : Initium ViaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang