1. Awal Pertemuan

760 20 1
                                    


Ponsel Berlin terus berdering. Ia segera memakai AirPods di kedua telinga nya. "Hall..oo?" baru sempat menyapa seorang di balik ponsel itu.

"Heh! Lo dimana? Buruan ke kampus 25 menit lagi dosennya masuk kelas!"
Sela Mia Sahabat dekat nya Berlin.

"Sabar dong. Ini gue lagi dijalan" suara Berlin terdengar sedikit panik.

"Gue tunggu diparkiran sampe 20 menit lo ga deteng juga...say goodbye!" Ejek Mia sambil tertawa lalu menutup perbincangan di telepon.

Anjirr lah! Si Mia pake segala tutup teleponnya.

Di depan sana terlihat lampu lalu lintas yang akan berganti warna.

"PLISS, PLISS. jangan lampu merah dulu..."

Kebetulan sekali setelah mobil di depan Berlin melaju. Lampu lalu lintas menunjukan warna merah.

"Ah elah! kenapa pas bagian gue si tuh lampu warna merah, mana nunggu nya lama banget. Gue terobos aja kali ya, dari pada telat."

Berlin langsung menerobos lalu lintas, tanpa melihat sekeliling. Dari bagian arah kanan terlihat mobil Pajero sport berwarna hitam hampir saja menabrak Berlin.

Sontak pengemudi mobil itu kaget ketika ada seorang yang menerobos lalu lintas oleh karena itu sang pengemudi langsung rem mendadak. Hampir saja, mereka berdua kecelakaan.

"yaampun hampir saja, ngga bisa saya biarin nih orang"

Pengemudi itu mengikuti mobil berlin dan terus menerus mengkelakson. supaya Berlin turun dari mobilnya.

Tinnn - Tinnn - Tinnn

"duh berisik banget si, tuh orang kenapa lagi."

Mobil itu menyalip berlin, lalu membuka kaca mengisyaratkan untuk menyuruh Berlin berhenti.

"Tolong anda ke pinggir sekarang juga!"

Lalu Berlin ikut membuka kaca mobil sebab ia tidak mendengar perkataan pria itu.

"Kenapa pak? Saya ngga denger."

"Saya bilang anda tolong kepinggir dan berhenti dahulu!"

"yaelah bikin gue telat aja ni orang, iya...iyaa sebentar."

Berlin mengikuti arahan lelaki itu untuk berhenti sejenak.
Tanpa menunggu lama berlin langsung turun dari mobilnya.

Begitu pun pengendara mobil hitam itu ikut keluar, lelaki yang bertubuh tinggi, dengan memakai kaos hitam dan celana hitam. Rambutnya terlihat rapih namun sedikit basah.

yaelah ni orang kaya ngga ada kerjaan aja pake segala berentiin gue? batin Berlin sambil memperhatikan seluruh penampilan lelaki itu.

"Kenapa sih pak?! Saya tuh lagi buru- buru jadi tolong lah kerjasama nya."

"Anda itu sudah melanggar lalu lintas, hampir saja saya tidak menabrak kamu."

"yaudah sih pak, lagian juga bapak ngga ada yang luka kan? Mobil nya juga ga lecet kan? Masalah sepele gini aja di perpanjang."

"Masalah sepele kata kamu? Kejadian yang tadi kamu lakukan itu bisa membuat orang lain celaka!"

"yaudah gue minta maaf. udah kan clear?"

Ini perempuan membuat saya benar- benar emosi. bantin sang laki-laki itu

"ikut saya sekarang juga ke kantor polisi! Kamu kena tilang atas dasar pelanggaran lalu lintas."

"Dih!! Lo siapa? asal tilang gue gitu aja. emangnya lo polisi?!"

Tanpa basa basi lelaki itu langsung mengeluarkan identitas kartu tanda Anggota Kepolisian. Terlihat jelas bahwa nama lelaki itu adalah Bimantara Mavendra.

"oh...jadi bapak polisi?" ucap berlin dengan nada tenang.

"tidak usah banyak tanya anda! Sekarang ikut saya ke kantor polisi untuk di tindak lanjut, supaya kamu paham dengan aturan."

"eh sebentar dulu, bapak pasti lagi butuh duit kan oleh karena itu bapak tilang saya? tenang pak..." sambil membuka dompet dan langsung memberikan uang kepada Bima.

"maksud anda apa?!" bentak Bima, yang langsung menurunkan tangan Berlin.

"oh, kurang ya? Oke gue tambah lagi."

"Saya tidak serendah itu, yang bisa anda sogok dengan uang. Ikut saya sekarang juga." Bima langsung menarik tangan Berlin menuju mobilnya.

"ehh bentarr...mobil guee gimana!" sambil mengambil barang-barang penting yang ada di dalam mobil Berlin.

"gampang, saya akan mengabari teman saya untuk segera datang kesini untuk menjaga mobil anda. yang terpenting sekarang anda harus bertanggung jawab terlebih dahulu."

hadehh pasrah aja deh gue hari ini pasti udah telat juga.

BIMANTARA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang