9 Tahun Silam: Breanna

8 0 0
                                    

Breanna menggosok-gosok dada, bahu dan lengannya dengan kasar, seakan kotoran menjijikkan menempel di permukaan kulitnya. Tubuhnya gemetar karena amarah dan rasa takut yang luar biasa. Mata Breanna basah dan memerah ketika menengok penuh amarah ke arah hotel mewah, tempat ia baru saja melarikan diri, dilepaskan tepatnya. Tangannya terkepal erat hingga kukunya menancap dan melukai telapak tangannya, ia merasa jijik melihat keadaannya sendiri.

Matanya berkali-kali terpejam, tapi peristiwa yang terjadi beberapa menit yang lalu tidak dapat dihapus, seakan menyerap ke seluruh pori-pori tubuhnya. Ingatannya tentang kondisi memalukannya, terlalu sulit untuk diabaikan, begitu pula dengan wajah pria yang menatap dirinya. Bagaimana ia dapat melupakannya kalau ia bahkan terpaksa mengenakan pakaian pria itu? Raut wajah pria itu begitu santai, seakan pemandangan yang terpampang di hadapannya bukanlah hal yang spesial, dan itu menjatuhkan harga diri Breanna. Pria itu jelas telah terbiasa melihat seorang gadis berbaring tanpa sehelai benang pun di ranjangnya, tapi Breanna tidak, terlebih lagi bila gadis itu adalah dirinya sendiri.

"What's going on?" Breanna ingat ia menarik frustasi bedcover yang menutupi tubuhnya secara sembarangan. Pria itu menjengitkan salah satu alisnya, seakan juga telah terbiasa menghadapi reaksi seperti yang Breanna keluarkan. Breanna ingin melemparkan sesuatu ke alis tebal berwarna coklat pria itu. Alis itu jelas sedang mengejeknya. "I'm not that kind of girl." Breanna mengutuk dirinya sendiri karena suaranya bergetar, ia tidak ingin terlihat lemah di hadapan lawannya. Tapi, siapapun akan bergetar dalam situasi seperti ini, siapa pun yang berada dalam kondisi seperti Breanna saat ini.

"Hariku sudah begitu padat, melelahkan, dan membosankan. Aku tidak berniat untuk memulai suatu yang menguras tenagaku untuk hal yang tidak penting. Let's get to the point!" Breanna tidak mampu menahan keterkejutannya, pria asing di hadapannya dapat bicara Bahasa Indonesia dengan baik, walaupun aksen asingnya masih terdengar kental. Lupakan raut wajah malas pria itu yang jelas diciptakan untuk menggoda, lupakan suara husky low voice pria itu yang terdengar menggetarkan. Breanna benar-benar ketakutan sekarang, Ya Tuhan bagaimana ia mengatasi keprofesionalan pria ini.

"Ada orang brengsek yang menjebakku. Aku tidak datang untuk ini. Berapapun yang telah kau keluarkan, aku akan mengembalikannya, bagaimana pun caranya. Tapi tolong lepaskan aku!" Breanna ingat matanya bergerak liar mencari benda yang dapat ia jadikan senjata untuk melawan pria yang tengah duduk santai memandangnya, tapi tidak ada. Ia berada tepat di tengah-tengah ranjang besar, dan gelas adalah benda yang paling dekat dengan dirinya, tapi itu pun perlu ekstra usaha untuk menggapai agar ia bisa melemparkannya ke pria itu, belum lagi lilitan selimut dan bedcover yang membungkus tubuh saat ini. "Sebutkan berapa yang kau bayarkan, aku akan menepati janjiku."

"Apa kau pikir saat ini aku lebih memilih uang daripada...."

"Sebutkan saja atau kita sama-sama akan terjebak dalam masalah."

"Apa aku terlihat membutuhkan perjanjian piutang denganmu, Lass?"

"Lass? Pelayan? Maid?" Breanna berdecak tidak percaya dengan panggilan pria asing itu padanya.

"Ada beberapa arti untuk kata itu, carilah yang terbaik untukmu." Breanna mundur beberapa centi melihat senyum membahayakan pria asing itu. Pria ini jelas sangat lihai dan berbahaya. "And for your information, masalah adalah kudapanku detik demi detik."

"Aku bisa membuat nama baikmu tercoreng skandal."

"Scandal is my last name." Ya Tuhan, senyum acuh tak acuh namun sarat dengan sinyal godaan dari si pria membuat Breanna bergidik. "You know what Lass? I never thought I could be so excited to see you."

Hallo Again! "Stranger"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang