Lucas Problem - Cemburu

100 11 14
                                    

That Should Be Me — Justin Bieber

🖤

Caitlin tersenyum saat menelusuri pemandangan. Sejujurnya ia menginginkan pergi bersama Lucas. Hanya saja, lelaki itu sibuk dengan peternakan, membuat Caitlin meminta Chase menemaninya hari ini.

"Kau bahagia?" Chase menatap Caitlin di sisinya. Tangan menggenggam setir, ia menyukai senyum Caitlin.

Gadis ini tersenyum, mengangguk dan berkata kalau ia bosan berada di rumah. "Kenapa tidak meminta Lucas untuk membawamu pergi?" Chase menggerutkan kening.

Bukankah itu kesempatan yang tak boleh Lucas sia-siakan. Si bodoh itu! Chase menggeram tertahan, bukankah lelaki itu mencintai Caitlin? Bagaimana bisa mengabaikan gadis yang ia cintai.

"Paman sibuk, aku tak enak hati memintanya," sahut Caitlin. Ia masih tersenyum, tapi matanya mengisyaratkan kekecewaan.

Chase mengusap puncak kepala Caitlin, berkata kalau ia bisa memintanya kapan saja. Wanita itu menggangguk, memeluk lengan Chase.

"Hei! Kau tak boleh melakukan ini!" Chase bersuara, nadanya sedikit tertahan. Payudara wanita itu mengenai lengannya.

Caitlin mengerutkan dahi, lalu melepas pelukan di lengan Chase. "Maaf," kata Caitlin dan Chase mengembuskan napas.

Caitlin menatap jendela, kedua tangan ia tumpuk di paha. Ucapan Chase barusan membuatnya sedikit takut, padahal ia bahagia mendengar perkataan lelaki itu.

Tak berselangan lama, Chase dan Caitlin sudah sampai. Peternakan kuda milik lelaki yang berdiri di sampingnya. "Ini punyamu?" Caitlin tersenyum, menatap sekeliling.

Chase mengangguk lalu mengajak Caitlin memasuki kandang. Ia pernah melihat kuda, hanya saja belum pernah sedekat ini. Kesibukanya tak membuat ia leluasa melakukan apapun.

Masuk ke bagian dalam kandang kuda, desainnya tampak seperti kandang-kandang kuda yang ia lihat di salah satu acara televisi.

Kandang kuda terbagi menjadi dua sisi yang dipisahkan dengan sebuah lorong luas.

Bagian dalamnya didominasi dengan material kayu dan bata, memberikan kesan tradisional.

Senyum Caitlin tak pernah pudar, setelah mengamati semua, ia melewati tiap lorong, mencoba menghitungnya, delapan belas kuda.

Gadis ini menatap ke belakang, di mana Chase berada. Lelaki itu tersenyum lalu menghampiri, bertanya tentang perasaan Caitlin.

"Baru pertama kali aku melihatnya," sahut Caitlin sambil mengusap salah satu kuda di depannya. Chase mengangguk, ikut mengusapi tubuh kuda.

"Mau kuajari berkuda?" Chase mengulurkan tangan, Caitlin mengerutkan kening.

"Tenang saja, aku jago dalam berkuda." Chase sudah menarik lengan Caitlin, membawanya keluar, ke area pacuan kuda.

Caitlin ragu saat melihat salah satu kuda yang sedikit berontak di depannya. Ia menarik genggaman tangan Chase, bersembunyi di balik punggung lelaki.

"A–aku takut," ucap Caitlin pelan. Chase berbalik, kembali menarik lengan Caitlin, berbicara dengan salah satu temannya.

"Ayo!" Chase memberikan rompi, pelindung lutut, helm, dan sarung tangan. Caitlin menggeleng, ia percaya Chase, hanya saja ragu dengan dirinya.

"It's okay." Chase kembali bersuara, ia sudah memakai semua perlengkapan, menunggu Caitlin melakukan hal yang sama.

Addicted To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang