11

141 35 29
                                    

Setelah berdiskusi dan meminta pendapat masing-masing akhirnya beberapa dari mereka memutuskan untuk mengikuti rencana awal mereka yakni meninggalkan kota ini.


"Sebelum benar-benar berangkat, sekali lagi gw tanya. Lo gak mau ikut kita?" Tanya Nayeon sembari memperbaiki ikatan sepatunya. Jauh dari lubuk hatinya, ia sangat mengharapkan jawaban 'ya' dari pertanyaannya.

Sekarang gadis itu sudah siap untuk memulai perjalanannya. Sudah tak ada lagi pakaian pekerja paruh waktu yang ia pakai. Ia sudah mengenakan pakaian layaknya anggota geng motor. Intinya terimahkasih kepada Tzuyu yang sempat mengambil beberapa sandang di markas geng motor tempat mereka memperoleh beberapa senjata.
Jeongyeon mengambil sebuah katana serta sebuah sangkur yang kini ia berikan kepada Dahyun, Tzuyu yang mengambil Crossbow atas saran Jeongyeon karena Tzuyu memiliki pembawaan yang tenang sehingga cocok dengan senjata tersebut dan Jihyo tetap dengan telescopoc stick nya.

"Gak,kalian pergi aja" Jawab Sana acuh tak acuh. Jawaban yang sebenarnya tak mau Nayeon dengar.

Nayeon hendak kembali membuka suara namun langsung dihentikan oleh Chaeyoung.



"Udah kak Nay, dia gak mau. Kita berangkat sekarang aja" ucap Chaeyoung yang nampak sudah sangat siap dengan sangkur di pinggang kirinya. Ia sama sekali tak terpengaruh dengan ketidakikut sertaan rekan barunya itu. Baginya, itu pilihan mereka.
Lagipula keluar dari sini juga belum tentu selamat, intinya berusaha lah dahulu. Begitulah pola pikir gadis artistik itu.

Nayeon menghembuskan nafasnya kasar lalu mengangguk dan mengikuti langkah Chaeyoung.

"kami akan berangkat, semoga kita bisa bertemu lagi" pamit Jihyo

"Baiklah, kita berpisah disini, selamat tinggal" Ucap Jeongyeon lalu melangkah terlebih dahulu meninggalkan perpustakaan kota dan diikuti oleh Jihyo,Chaeyoung,Mina,Tzuyu,Dahyun dan Nayeon.







Sana menolak usulan mereka untuk meninggalkan kota dan memilih untuk tetap bertahan disini. Momo yang sudah bersahabat dengan Sana juga memilih untuk tinggal. Ia tak mungkin menginggalkan Sana seorang diri.

'Setidaknya dia tak akan mati seorang diri' bagitulah jawaban Momo saat ditanya alasan ia memilih menemani Sana disini.







"Kenapa kak?" tanya Tzuyu sembari berbisik saat melihat Jeongyeon menghentikan langkahnya.

"kalau gak salah, didepan itu area pacuan kuda deh" balas Jeongyeon.

"bangsat!" umpat Chaeyoung.
Mereka semua tak bisa seimbang jika melawan puluhan ekor kuda. Meskipun mereka memiliki beberapa persenjataan namun tetap saja mereka bahkan tak bisa mengimbangi.

"Gimana nih?" Tanya Dahyun.

"Ini satu-satunya jalan meninggalkan kota ini, jadi mau gk mau kita harus lewat sini" Ucap Jeongyeon pasrah. Ia cukup mengenal tempat-tempat di daerah sini.
Pekerjaan nya sebagai seorang photografer mengharuskannya untuk mengikuti tempat kemauan client nya dan tempat pacuan kuda itu sudah pernah ia datangi untuk memotret.

"Kita hanya perlu memastikan berapa kisaran kuda yang terinfeksi di area itu dan apakah ia berpotensi untuk keluar area atau tidak" Instruksi Nayeon.

"Yang benar aja kak!!,Sekarang kita hanya perlu lewat disini tanpa menarik perhatian, gk usah pake ngitungin kuda segala" ucap Chaeyoung yang menolak pendapat Nayeon.

R A B I E STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang