Nampaknya, dari ketujuh gadis yang masih merasa akward itu, Mina lah yang pertama kali sadar sehingga ia memulai pembicaraan untuk menghilangkan rasa akward akibat pertanyaan Jeongyeon dan jawaban tak terduga dari Sana serta respon kelewat santai Momo.
"Ummm San, lo tau sesuatu gak terkait lokasi vaksinnya?" Tanya Mina yang membuat mereka semua memusatkan atensinya pada Sana. Namun mereka semua menghela nafas saat mendapat respon gelengan dari gadis itu.
"Gak ada sedikitpun?" tanya Mina kembali. Nampaknya ia sangat tak puas dengan informasi yang diterimanya.Sana nampak terdiam sembari mengingat hal yang sekiranya dapat menjadi petunjuk untuk langkah yang hendak mereka ambil.
"Dihari yang sama setelah gw dihukum, saat gw hendak kerumah Momo, di dekat kunci mobil....... ada semacam kupon atau karcis gitu yang udah gk utuh. Satu-satunya hal yang gw baca hanya nama dan kata 'kota'. Dan nama yang tertera disitu adalah nama bokap gw". Ucap Sana yang telah berhasil mengingat sebuah detail yang mungkin akan berguna.
"Aah, Jad....."
"Bentar, apa hubungannya sih ini? Yang kita butuhin sekarang itu minimal bertahan hidup atau lebih bagus lagi jika kita pergi dari sini dan dapat bantuan dari para penyelamat yang ditugaskan buat nyari kita". Ucap Momo yang telah memotong perkataan Jihyo, hingga membuat mereka semua terdiam saat menyadari aura-aura tak sedap disekitar tempat Jihyo berada.
Momo yang menyadari kesalahannya itupun hanya bisa meringis sembari memberikan kode SOS kepada Jeongyeon yang nampak sibuk membaca sebuah buku yang entah sejak kapan ia peroleh dan Dahyun yang menyandarkan kepalanya pada bahu Tzuyu seolah-olah ia sedang terlelap. Sedangkan Tzuyu sendiri tampak meringis dengan Mina yang memeriksa lengannya. Momo kembali mendengus, tentu saja ia menyadari bahwa semua kegiatan tersebut adalah sandiwara semata guna menolak uluran tangannya alias menolak membantunya."hehehe, maaf Ji. Gak lagi deh sumpah" Ucap Momo sembari menggaruk kepala bagian belakangnya yang tak gatal.
"Lanjutin Ji,,,,hehehe"
"Jadi tempat yang dimaksud ada 6 kemungkinan" Ucap Jihyo yang masih menimbulkan tanda tanya di kepala rekan-rekannya. Melihat tidak adanya tangggapan, Jihyo pun berinisiatif menjelaskan maksud perkataan yang sebelumnya ia utarakan.
"Jadi gini, Sana bilang ada kata 'kota', jadi kemungkinan besar ada di antara taman kota, perpustakaan kota, museum kota, kebun binatang kota, rumah sakit kota dan balai kota." Jelas Jihyo yang mulai membuat mereka mengerti.
"Jadi, langkah selanjutnya kita harus mempersempit ke 6 tempat itu." Simpul Nayeon.
"Yaps. Dan menurut kalian yang mana tempat paling memungkinkan untuk menyembunyikan vaksin dari wabah ini?" Tanya Chaeyoung.
"Untuk perpustakaan gw rasa enggak deh. Gw udah menjelajahi keseluruhan ruangan ini dan hanya dapat beberapa snack dan minuman yang kemungkinan disembunyikan oleh pengunjung" Ucap Momo.
"Jadi sekarang tersisa 5 tempat." Simpul Jihyo."Menurut kalian, taman kota berpotensi gk?" Tanya Mina.
"Gw rasa enggak" Jawab Jeongyeon yakin.
"Alasan?" tanya Chaeyoung memastikan. Ia tentu saja tak bisa menerima opini itu tanpa alasan yang jelas.
"Gw ada ditaman kota ketika ini semua terjadi pertama kali, dan gw rasa gak ada yang mencurigakan disana." Jawab Jeongyeon yang masih belum memuaskan bagi Chaeyoung.
"Orang yang panik cenderung tak memperhatikan apapun"
"fyi, gw bukan mau membanggakan diri. Tapi gw tipe orang yang observer, dan hampir tak pernah melewatkan apapun" Balas Jeongyeon lagi. Pembahasan kali ini nampak alot dan membutuhkan penengah.
"Okay, sejujurnya gw juga ngerasa vaksinnya bukan ditaman" Ucap Dahyun mencoba untuk memberikan pendapatnya.
"Alasan? Lo punya indra keenam?" Tanya Chaeyoung dengan nada sarkas yang membuat Dahyun memutar mata jengah. Ia masih tak habis pikir, sosok Son Chaeyoung masih tak mau kalah apabila berdebat saat bahkan disituasi tak menguntungkan seperti ini.
"Udah, gk usah berantem. Kita eliminasi taman kota, yang setuju boleh angkat tangan!" ucap Mina menengahi. Sontak delapan dari mereka pun menganggkat tangan pertanda setuju sembari saling melirik terkait hasil vote dan kembali memusatkan perhatian pada satu-satunya orang yang tak menganggat tangannya.
"Okay, sisa 4" ucap Chaeyoung tanpa mempedulikan tatapan-tatapan yang mengarah padanya.
"Gw rasa kandidat terkuat adalah Rumah sakit kota dan Balai kota. Secara, rumah sakit kan emang sejatinya tempat hal semacam itu dan untuk balai kota kan bokap lo orang besar dan kemungkinan beliau punya banyak waktu di balai kota" lanjut Chaeyoung yang disetujui oleh mereka.
"Jadi?" tanya Jihyo yang membuat mereka cukup frustasi.
"kita bahkan tak memiliki petunjuk apapun, ralat punya satu doang 'kota'. Astaga satu kota itu luas banget" keluh Dahyun.Pertanyaan jihyo nampak belum memiliki jawaban. Tak ada satupun diantara mereka yang percaya diri dengan tebakan mereka. Karena secara kasar, jika salah mengambil langkah maka kehidupan mereka semua terancam akan selesai.
Disaat hampir semua dari mereka sedang berfikir keras, si bungsu nampak mempertimbangkan hendak mengatakan sesuatu.
"Coba kalian pikir dengan tenang, tempatkan posisi kalian sebagai si pelaku" ucap Tzuyu setelah mempertimbangkan apa yang sedari tadi ia pikirkan. Tzuyu berucap dengan serius sembari memberi kode dengan kutip dengan tangan ketika pas mengucapkan kata 'pelaku'.
"gotcha!" Jeongyeon berseru sembari menjetikkan jarinya saat mengerti maksud dari Tzuyu.
"Gw bakal milih kebun binatang" ucap Jeongyeon menggebu-gebu.
"Alasan?" tanya Tzuyu pada Jeongyeon.
"Virus Rabies terlebih dahulu akan menginfeksi hewan, dan kebun binatang tempatnya berkumpulnya banyak hewan" jawab Jeongyeon lalu mengajak Tzuyu untuk bertos ria. Tzuyu pun dengan senang hati menyambutnya. Ia juga senang akhirnya ada yang mengerti dan sependapat dengan pikirannya.
"Tapi kan, Kebun binatang memiliki keamanan yang bagus dengan kata lain, hewan-hewan yang terinfeksi pun akan tetap berada dalam kandangnya" ucap Momo yang merasa ganjil.
"Kak Mo, menurut lo kenapa kita harus waspada dengan area pacuan kuda yang kita lewati tempo hari?" Tanya Dahyun yang tampaknya telah mengerti dan mencoba untuk membuat Momo mengerti juga.
"iish, Kak Momo gk ikut tempo hari geblekkk!!" ucap Tzuyu pada Dahyun.
"eh iya yah. Oke gini. Di area pacuan kuda kemarin, banyak kuda-kuda terinfeksi yang berkeliaran dan itu membahayakan. Nah kita tau sendiri kan kalau kuda-kuda di sana ditempatin di kandang tapi mereka berhasil keluar dari sana. Sama aja, meskipun mereka hewan didalam kebun binatang itu di kandangin tapi kalau udah terinfeksi yahhh, apa aja bisa terjadi. Dan mungkin mereka milih kebun binatang karena alasan tersebut" jelas Dahyun panjang lebar.
"Bisa dilihat kan, yang mana otak-otak calon penjahat" ledek Chaeyoung yang langsung mendapat tatapan tajam dari Jeongyeon, Dahyun dan juga Tzuyu.
"Menurut kalian gimana? Atau ada pendapat yang lain?" Tanya Jihyo pada rekannya yang sedari tadi terdiam. Nampaknya Jihyo pun setuju dengan apa yang dikemukakan oleh Jeongyeon dan juga Dahyun.
"hmm, masuk akal" jawab Nayeon.
maaf nih baru nongol.
BTW author mau nanya, Mimisan 5 kali seminggu masih wajar gak sih?
soalnya authot gitu. nanya mbak Google udah kayak mau mati aja.Author juga diwanti-wanti biar gk mikir terlali keras. jadilah beberapa waktu terakhir ini cuma ngabisin waktu scroll tiktok.
oh ya, reader. see you in the next chapter.
VOMENT.
KAMU SEDANG MEMBACA
R A B I E S
FantasyRabies merupakan penyakit paling mematikan di dunia dengan tingkat kematian 99,9 %. Namun Rabies saat ini bukanlah rabies biasa,rabies ini berbeda.Hewan ataupun manusia sudah dipastikan tak bernyawa setelah kurang dari dua menit setelah terinfeksi...