Bab 9 : Kesombongan yang Sepadan

245 50 4
                                    

Halo semua...

Jangan lupa vote sebelum baca

Happy reading

***


***






 “Vano gila banget! Sat set thas thes! Tiba-tiba semua udah beres.”

Raihan berkomentar saat berjalan dari lapangan basket menuju parkiran. Tidak sendirian, ada Rina, Eja, dan Asa bersama dengannya.

“Gue juga awalnya ragu. Tapi ternyata, Vano mampu juga,” timpal Eja. “Meski terkesan arogan, Vano lumayan bisa megang kendali. Semua argumennya masuk akal dan benar-benar di luar nalar.”

“Vano seperti memang terlahir sebagai seorang pemimpin. Lihat saja tim basket.” Rina, Asa, dan Eja mengikuti arah pandang Raihan.

Di samping lapangan, terlihat beberapa anak basket sedang berkumpul. Tampaknya mereka habis latihan dan sengaja menunggu Marvin, Vano, dan Haikal. “Meski kapten mereka Marvin, tapi kendali tetap ada di tangan Vano. Marvin sebagai ketua sangat bijaksana dan memberi kesempatan anggotanya yang lain untuk bisa mengekspresikan diri. Marvin memang sibuk banget sebagai perwakilan anak TSM yang ikut lomba kaya Asa. Dari yang gue denger, saat Marvin nggak ada, si Vano yang gantiin posisi kapten.”

“Tapi Vano juga salah satu anak berprestasi. Dia juga sering menjadi wakil TP. Buktinya sekarang dia bisa magang di TeFa.”

“Kegiatannya banyak banget, njir,” komentar Raihan sambil meneruskan perjalanan ke tempat parkir. “Meskipun sibuk, Vano masih ranking satu di TP.”

“Vano arogan dan sombong itu emang wajar nggak sih? Secara, memang ada yang patut dia sombongin.” Eja tampak mencari dukungan dari sahabat-sahabatnya. Namun, semuanya bungkam. Bahkan Raihan yang tadi memuji Vano pun, tak memberikan tanggapan. Jika sudah seperti ini, Eja harus tahu diri untuk tidak memperpanjang obrolan tentang Vano.

Sisa perjalanan dari lapangan basket ke tempat parkir hanya keheningan yang menemani. Sekolah sudah sepi di jam segini. Hanya beberapa anak yang masih sibuk dengan klub atau TeFa, termasuk anggota proyek tahunan yang memang baru selesai rapat.

“Gaes, gue duluan, ya. Udah dijemput,” ucap Eja setelah sampai di dekat gerbang sekolah. Ayahnya memang sudah standby di atas motor matic sambil melambaikan tangan.

“Oh, oke, Ja. See you tomorrow.” Rina mengucapkan kata perpisahannya kepada Eja. Setelah memberikan pelukan perpisahan kepada Rina, Eja bergegas menghampiri ayahnya.

“Na, Sa, gue duluan, ya. Emak udah nelpon, nih, suruh buruan pulang.”

“Duluan aja Rai,” jawab Rina. “Nggak usah ngebut.”

SMK (Suka saMa Kamu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang