Bab 42 : Bukan Salah Siapa-siapa

178 36 6
                                    

Halo semua....

Hari ini pendinginan dulu, ya. Eja ngelakuin itu semua ada alasannya...

Jangan lupa vote sebelum baca

Happy reading

***



***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***



Jantung Rina berdetak dua kali lebih cepat saat melihat Vano, Haikal, dan ayahnya Eja terduduk lesu di depan IGD. Semua seperti berjalan sangat lambat di sekitarnya. Sungguh, dia benar-benar akan ambruk jika saja Vier tidak menahannya. Saat Vano mengabari keadaan Eja, Rina memaksa kakak dan papanya untuk mengantarnya ke rumah sakit. Dengan kekeraskepalaan dan sedikit ancaman, akhirnya kakak dan papanya mau menuruti keinginannya.

"No...." Rina memanggil Vano saat jarak mereka sudah dekat.

Vano yang peka dengan suara Rina pun, bangkit dari duduknya. "Kan udah gue bilang nggak usah ke sini. Batu banget."

"Gimana Eja?" Rina langsung melontarkan pertanyaannya. Rasa penasaran gadis itu tidak bisa ditutupi lagi.

"Masih diperiksa," jawab Vano. "Kata dokter, dia oke, kok."

"Bohong." Rina berujar dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Matanya menatap noda merah di kemeja putih Vano. "Ini apa?"

Vano segera melepas kemejanya saat Rina menunjuk noda darah di kemejanya yang tidak bisa dikatakan sedikit itu.

"Nggak pa-pa," jawab Vano cepat. "Tadi cuman kena saos dikit pas jajan burger sama Ikal di kantin."

Vano mengutuk kebodohannya. Bisa-bisanya dia lupa kalau masih mengenakan baju yang ada noda darahnya. Noda itu dia dapatkan saat membantu menggotong Eja bersama para tetangga.

"No...."

"Na ... udah, ya ... beneran nggak pa-pa, kok. Lo seharusnya nggak usah ke sini. Ada gue sama Ikal yang bantuin ayahnya Eja."

"Tapi tetep aja, No ...."

"Dek, duduk dulu aja, yuk. Kamu udah lemes, kan?" Vier akhirnya memotong perdebatan antara Vano dan Rina. Dia tahu kalau Vano sudah tidak tahu harus membujuk Rina dengan cara apa lagi.

"Tapi, Kak...."

"Tenang. Ada Papa. Kamu ingat, kan, kalau Papa dokter yang hebat." Vier berusaha menenangkan adiknya. "Tuh lihat. Ayahnya Eja juga nggak panik, kan? Mending kita doakan aja, ya."

Rina mengangguk dan mengikuti perintah sang kakak. Jujur saja, kakinya memang lemas. Kejadian malam ini sungguh membuat tubuh, pikiran, dan perasaannya lelah.

Vier menggenggam tangan sang adik. Dia pun merengkuh tubuh kecil Rina agar sepenuhnya bersandar pada tubuhnya. "Adek tidur aja kalau capek. Nanti Kakak bagunin kalau udah ada kabar dari Eja."

SMK (Suka saMa Kamu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang