Bab 13 : De Javu

219 43 2
                                    

Halo semua...

Jangan lupa vote sebelum baca

Happy reading

***






***

Hari ini nggak ada rapat.
Gue sama tim basket ada latihan.

Ingin rasanya Rina mencakar wajah Vano yang sialnya sangat ganteng itu. Pesan yang dikirim sejak tadi pagi baru dibalas saat istirahat siang. Sudah gitu, balasannya membuat emosi Rina naik sampai ubun-ubun.

Gue tau jadwal latihan tim basket.
Nggak usah cari alasan.

Rina membalas pesan Vano dengan emosi yang ditumpahkan ke dalam setiap kata-katanya.

Jangan mangkir!
Lo sebagai ketua seharusnya lebih tau kebutuhan proyek ini.
Mau gue laporin Pak Adi?

Rina tidak akan menahannya lagi. Cewek itu tidak peduli akan dilabeli si tukang ngadu. Tapi, terkadang memang perlu mengancam seperti ini. Rina sudah sangat hafal sifat keras kepalanya Vano. Jika tidak seperti ini, proyek tahunan yang selalu menjadi kebanggaan klub teater akan gagal. Menyerahkan proyek sebesar ini kepada cowok egois itu saja, sudah merupakan penyesalan terbesar di hidup Rina. Jangan sampai proyek ini gagal. Jika sampai itu terjadi, Rina akan menanggung malu seumur hidup karena menjadi bahan olokan.

Maksa banget lo.

Rina mencebikkan bibir saat membaca balasan Vano. Jemarinya kembali mengetikkan balasan.

Bodo amat.
Pokoknya gue mau lo bikin pengumuman di grup
Titik. Nggak pakai koma.

Rina meletakkan ponselnya di meja dengan sedikit kesal. Vano tidak pernah berubah. Egois dan selalu sesukanya sendiri tanpa mengerti perasaan orang lain. Tidak peka. Terkadang pula suka mencari pembenaran atas semua kesalahan yang dilakukan.

Rina menghela napas panjang, kemudian mengembuskannya perlahan. Dia harus kembali mendinginkan kepala untuk kembali menelaah skrip. Pikirannya harus fokus. Jangan sampai kelakuan menyebalkan Vano berhasil membuatnya terpengaruh dan mengacaukan pikiran.

Saat netra Rina sudah mulai fokus menatap lembar skrip di tangannya, suara obrolan beberapa teman sekelasnya yang kebetulan duduk di belakang membuat pikiran dan batin Rina kembali terusik. Fokusnya tiba-tiba buyar saat nama Vano disebutkan oleh mereka.

“Lo beneran ngasih surat ke Vano?”

“Nekat banget…. Terus gimana? Ditolak? Atau… diterima?”

Rina menahan napas. Tangannya mengepal dan tubuhnya menegang seolah penasaran dengan jawabannya.

“Yah…kita semua tau gimana sifat Vano.” Suara cewek yang berani memberi surat tadi kembali terdengar, membuat Rina tambah penasaran. “Dia nerima surat gue, terus bilang makasih sambil senyum gitu. Mata sipitnya bikin jantung gue dag dig dug. Kaki gue tremor parah.”

SMK (Suka saMa Kamu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang