Bab 34 : Halusinasi, Benarkah?

162 34 13
                                    

Halo semua...

Jangan lupa vote sebelum baca

Happy reading

***


***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***





"Semalam tidur nyenyak?"

Vano memulai obrolan dengan Rina. Jalanan tidak terlalu ramai sehingga dia bisa sedikit santai.

"Hmm," jawab Rina singkat.

"Hmm itu apa? Nyenyak apa nggak?"

"Urusan lo apa?"

Vano menghela napas panjang. Sungguh, menghadapi Rina memang butuh kesabaran ekstra. Di sekolah, Vano memang terkesan bermusuhan dengan Rina. Namun, di luar itu, Vano masih berusaha merebut perhatian Rina. Di sadar, hubungannya dengan Rina terlalu dingin setelah keputusan kekanakan mereka dulu. Sekarang Vano sadar, kalau saat itu mereka salah, hanya memedulikan ego masing-masing. Vano ingin memperbaiki semuanya. Meski tidak seperti dulu, setidaknya dia dan Rina bisa lebih dekat lagi.

"Na..."

"Hmm...."

"Lo belum makan, kan? Mau mampir ke mi ayam Kang Asep nggak? Udah lama kita nggak ke sana, kan?"

"Pulang," jawab Rina singkat. Mood-nya benar-benar buruk saat ini. Yang ada di pikirannya hanyalah cepat sampai rumah kemudian tidur. "Ngapain sih lo tanya-tanya? Tau gini gue bareng Asa aja tadi."

Vano menghela napas panjang. Lagi. Dia tidak tahu kenapa Rina selalu menganggapnya salah. Apa yang diucapkan salah. Apa yang dilakukan salah. Ah, mungkin Rina memang sudah muak melihat wajah Vano.

Cowok berjaket hitam itu tak lagi mengajak Rina bicara. Sisa perjalanan mereka dihabiskan dalam keheningan. Vano fokus dengan jalanan di hadapannya, sedangkan Rina membuang pandangan ke samping kanan, memerhatikan lalu lalang kendaran.

Vano menghentikan motornya saat lampu lalu lintas berubah warna menjadi merah. Karena memang melajukan motornya dengan pelan, Vano berhenti di sisi kiri jalan, tepat di samping sebuah Mercy hitam.

Pada awalnya, Rina tidak peduli dengan mobil hitam di sampingnya. Namun, saat penumpang di bagian belakang sedikit membuka kaca untuk memberikan uang kepada pengemis, Rina melihat siluet seseorang yang sangat dikenalnya.

"Mama...," gumam lirih. Dia terpaku sejenak hingga tidak sadar lampu lalu lintas sudah berubah warna.

Mobil Mercy itu melaju terlebih dahulu, berbelok berlawanan arah dengannya dan Vano. Rina masih terdiam, hingga akhirnya dia sadar dan memukul bahu Vano dengan keras.

SMK (Suka saMa Kamu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang