Twenty Five

524 55 7
                                    

Selamat Membaca
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Gracio yang sedang mengompres luka yang berada pada ujung bibirnya sehabis dipukul oleh sang ayah dikejutkan dengan seseorang yang tiba tiba saja membuka pintu kamarnya

Dia menatap orang tersebut, lalu kembali menatap wajahnya yang qda dipantulan cermin.

"Sini biar mama kompresin" Ucap seseorang tersebut yang lain dan tidak bukan adalah Aretha

Namun Gracio hanya diam tanpa menghiraukan tawaran Aretha, menganggap seakan akan Aretha tidak ada disampingnya.

Karena tak kunjung mendapat jawaban apapun dari Gracio, Aretha pun langsung mengambil alih kain kompres tersebut dari tangan Gracio. Dan dengan lembut mulai menempelkannya pada ujung bibir Gracio yang masih mengeluarkan darah dan terlihat seperti akan membengkak.

"Cio marah sama mama?" Gracio lagi lagi tak menjawab, membuat Aretha hanya menghela napasnya

Aretha tahu anak tunggalnya ini sedang marah kepadanya, lihat saja. Wajahnya yang ia tekuk dengan alis yang sepertinya sebentar lagi akan menyatu. Persis seperti wajah Gracio sepuluh tahun yang lalu, merajuk akibat tak dibelikan mainan mobil remot yang terbaru pada saat itu.

Aretha tersenyum simpul, dia tahu bagaimana caranya membuat Gracio membuka mulutnya sekarang.

"Mama bukannya nggak belain adek" Senyum Aretha tambah lebar saat melihat Gracio yang memutarkan bola matanya malas."Tapi mama emang gak bisa berbuat apa apa tadi, mama nggak nyalahin adek tapi mama juga nggak membenarkan ad-" Ucapan Aretha terhenti saat Gracio membuka mulutnya

"Stop call me adek" Aretha terkekeh pelan mendengar nada protes dari Gracio

Ya, dari dulu Gracio sangat sangat tidak suka jika dipanggil dengan sebutan adek ataupun dedek. Saat kecil dulu, Aretha sering memanggilnya adek dan Gracio pun akan berteriak saat itu juga. "Mama Cio bukan adek!, Cio gak punya kakak, mama jangan panggil Cio adek!!!" Lucu sekali jika kembali mengingat saat dia menangis karena Giorgino yang meledeknya dengan sebutan "Adek".

"Oke mama gak akan panggil adek, tapi dengerin mama dulu" Aretha dapat melihat wajah malas Gracio dari pantulan cermin dihadapannya sekarang

"Dari tadi aku udah dengerin mama" Sahutnya dengan nada yang sedikit ketus

"Ya lanjut, mama gak nyalahin Cio dan gak juga membenarkan Cio. Papa kelepasan nak, dia begitu karena dia sayang sama Cio-"

"Kalau sayang mah gak mungkin mukul ma"

"Jangan motong kalau mama lagi ngomong" Peringat Aretha, membuat Gracio menunduk takut

"Maaf"

"Ini yang pertama kalinya kan papa angkat tangannya didepan Cio?" Tanya Aretha dan diangguki oleh Gracio. "Itu artinya level kesabaran papa udah full, dia gak bisa tahan lagi. Udah cukup dia sabar sama Cio atas semua perilaku Cio, jangan karena ini Cio jadi benci sama papa. Harusnya kamu introspeksi diri kamu sendiri, kenapa papa sampe bisa angkat tangannya didepan kamu. Kalau Cio gak berantem kayak yang ada divideo yang mama liat, papa gak mungkin sampe tega mukul anaknya sendiri"

"Tapi Cio gak mungkin diem aja mah, saat temen temen Cio dikeroyok sama mereka" Aretha mengangguk kecil saat akhirnya alasannya terkuak

The Leader Of GravagosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang