4. LAURA DAN ANYELIR

596 89 1
                                    

Happy reading love🍉
VOTE DULU

Selesai menemani Kael dikamarnya hingga ia terlelap tidur, Laura kembali kekamar untuk istirahat. Ya, kamar Laura. Laura dan Alvian tidur dikamar yang terpisah. Kamar Alvian berada dilantai dua, sementara kamar Kael dan Laura bersebelahan dilantai bawah.

Laura melepas jubah tidurnya lalu naik keatas ranjang. Sembari menunggu kantuk menjemput, ia mengambil iPad dan melihat-lihat shower showcase baru. Tak ada cara lain selain mengganti yang baru. Sayang sekali pendingin bunga lama harus diganti. Mengingat showcase itu yang mengawetkan rezeki untuk mereka hingga berhari-hari. Laura ingat sekali seperti apa mereka (Laura dan almarhum ibunya) harus berhemat demi supaya mama bisa membeli pendingin itu untuk mengawetkan bunga-bunga hidup.

Sebenarnya alasan Laura masih mempertahankan dan berkali-kali memanggil teknisi untuk membenarkan showcase ini karena sebenarnya itu pendingin pertama yang mama beli dengan menggadai cincin nikah. Ya, cincin nikah dari pria yang pada akhirnya juga mengkhianati pernikahan. Cincin itu sangat berarti bagi mama. Hal yang membuat Laura sadar, sedalam itulah cinta mama pada papa. Meskipun kini papa sudah menjadi milik wanita lain.

Laura sudah sering disarankan untuk mengganti showcase, tapi ia tak mau. Masih saja berkeras mempertahankan benda berharga peninggalan sang mama. Toh tak ada yang tahu, setiap kali Laura melihat showcase itu, ia seperti merasa masih ada mama didekatnya.

Tapi daripada harus rugi dan mengecewakan pelanggan karena kualitas bunga didalam pendingin itu kurang baik, sepertinya tak ada cara lain bagi Laura untuk menggantinya.

Laura menyimpan iPad diatas nakas untuk tidur. Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka tanpa diketuk. Keningnya langsung berkerut melihat kedatangan Alvian. Ia masuk dengan seenaknya lalu mengunci pintu kamar seolah ialah pemilik kamar ini. Padahal Laura sengaja tidak menguncinya, takut Kael terjaga tengah malam dan biasanya Kael akan mengajak Laura tidur dengannya dikamar bocah itu.

"Mas?"

"Apa? Belum juga selesai haid?" Sinis Alvian sembari naik keatas ranjang dan membuka piama tidurnya dengan buru-buru.

Pria ini masih saja datang meminta jatahnya sebagai suami.

"Laura lagi nggak pengen." Laura memalingkan wajah saat Alvian mendekat, hendak mencium bibirnya.

"Seminggu lebih saya sabar tungguin kamu selesai haid." Alvian menatap Laura curiga. "Atau, kamu senang ya liat saya tersiksa kaya gini?"

Laura diam. Sejak tadi ia menunduk kini ia mendongak untuk menatap lekat mata pria yang membuatnya pertama kali dalam hidup merasakan cinta. Mengamati mata sayu yang membingkai wajahnya dibolamata itu. Apakah masih ada cinta disana? Cinta yang dulu sempat ia rasakan dari orang yang sama. Laura rasa tidak, tidak lagi.

"Kenapa kamu liatin saya kaya gitu? Udah kepengen sekarang?" Alvian tersenyum mengejek.

Mata Laura menatap Alvian dengan lekat. Lalu mata coklat gelap itu bergerak kearah jemari Alvian dimana tersematkan cincin nikah mereka disana.

Alvian tiba-tiba kaget karena Laura dengan cepat bangkit dari posisinya dan lebih dulu mencium bibirnya. Tanpa merasa malu atau ragu, perempuan itu juga melepaskan gaun tidur satin ditubuhnya. Dan pemandangan itu membuat Alvian tersenyum miring. Mempersiapkan diri untuk tempur menyenangkan mereka malam ini.

*****

Seperti ucapan Alvian kemarin, ia pagi-pagi sebelum berangkat ke kantor lebih dulu mengantar istri dan putranya ke kedai bunga. Di kursi penumbang belakang Kael duduk sambil memeluk aquarium miliknya yang masih dibungkus dengan kotak, lengkap dengan Styrofoam.

"Laura, kamu udah bujuk Kael untuk privatnya juga sama profesional kan?"

Laura menatap Alvian dengan tajam. "Mas? Laura pikir mas udah ngerti ucapan Laura terakhir kali?"

StillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang