Chapter 1: the Green Planet

77 9 34
                                    

Oke, akhirnya ceritanya selesai. Jadi langsung aku up aja daripada nanti lupa.

Ohh! Dan sekalian nanti ada kejutan, dan jangan harap itu adalah kejutan yang bikin kalian senang. Gak semua kejutan kayak gitu.

Dan maaf kalau misalnya nanti pendek. Tambahan, ini cerita flashback sebelum Man ketemu sama Peridot.

Jadi, Happy Reading guys

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Beberapa tahun yang lalu, planet hitam yang didatangi para pasukan Ultra adalah sebuah planet hijau yang bersinar layaknya berlian. Planet yang mirip dengan rumah para Ultra itu, dihuni oleh makhluk yang memiliki penampilan seperti manusia biasa.

Para penduduk lokal dari planet hijau itu, membagi diri mereka menjadi beberapa ras mengikuti warna rambut mereka dan juga kemampuan para penduduknya. Namun walaupun mereka membagi diri menjadi beberapa suku dan ras, para penduduk lokal planet saling bantu membantu satu sama lain.

Membuat keadaan planet menjadi damai dan aman walaupun mereka memiliki perbedaan. Para penduduk planet itu juga memiliki sosok yang mereka sembah. Sebagai warga lokal yang memiliki kepercayaan, seluruh ras dari planet hijau ini menyembah sosok raksasa cahaya yang pernah menyelamatkan mereka dari serangan para monster.

Sosok raksasa cahaya yang menyelamatkan planet itu dan menjadi dewa pagi para penduduk. Raksasa cahaya yang memberikan sedikit cahaya kepada penduduk lokal planet hijau, dan memberikan kedamaian bagi mereka yang percaya keberadaannya.

Diantara semua ras yang ada di planet hijau itu, ada satu ras istimewa yang paling sering mendapatkan cahaya dari sang raksasa cahaya. Ras itu memiliki warna rambut perak yang bersinar saat terkena sinar bulan, dan bola mata hijau yang mirip seperti berlian.

Ras istimewa yang terlahir dari cinta sang dewa, dan mendapatkan berkah untuk menjaga para penduduk planet tetap sehat. Ras satu-satunya yang memiliki keunikan pada darah mereka yang bisa menyembuhkan.

Karena keunikan pada darahnya lah, ras ini sering disebut sebagai tabib dari planet hijau. Namun diantara para penduduk ras Smaragdus, ras yang memiliki keunikan dari darahnya yang bisa menyembuhkan ini. Terdapat satu dari mereka yang memiliki kecacatan sejak lahir.

Bukan karena bagian tubuh mereka yang tidak lengkap, atau karena mereka yang tidak bisa melihat, mendengar atau berbicara. Melainkan karena darahnya yang berbeda dengan ras Smaragdus yang biasanya. Yaitu darah beracun yang bisa melelehkan apa saja.

Perbedaan itu dirasakan oleh satu dari ribuan anak yang terlahir dari ras Smaragdus. Namun sekalipun dia berbeda, seluruh penduduk ras Smaragdus tidak membedakan nya dan memberikan kasih sayang juga perhatian kepada anak ini.

"Selamat pagi, Jade!"

Seorang anak laki-laki yang sedang membawa kotak besar, menoleh kearah pria yang menyapanya. Dengan wajah imutnya, anak itu tersenyum kepada pria yang jauh lebih tua itu.

Jade: "Selamat pagi, paman~!"

Jade, nama anak laki-laki itu. Jade tersenyum sambil membawa kotak-kotak yang berisi hasil buah yang dipanen. Terlihat ada banyak petani yang juga melakukan hal yang sama dengan Jade.

"Selamat pagi, Jade~ apa luka yang kemarin sudah sembuh?"

Jade: "sudah! Berkat bantuan ibu, luka ku sudah sembuh" ^^

"Syukurlah~ aku khawatir jika luka mu masih terbuka, karena... Kau tau sendiri kan darahmu itu..."

Jade: "iya, aku tau. Maaf ya jika aku terlahir berbeda dengan kalian..."

Flourite: "Apa maksudmu?! Itu bukan masalah penting!"

Seorang gadis kecil yang juga bekerja di pertanian bernama Flourite, memegang tangan Jade dengan lembut. Tatapannya terlihat jika gadis itu khawatir dengan keadaan Jade.

Flourite: "Tidak peduli bagaimana pun darahmu, Jade juga sudah berusaha untuk membantu kan?!"

"Itu benar... Jade menggunakan kemampuannya untuk memindah luka untuk membantu yang lain. Itu pasti sulit..."

Seorang pria paruh baya ikut menimpali dengan menatap Jade dengan wajah yang sama dengan Flourite.

"Kenapa lah dewa memberikan cobaan ini kepada anak baik seperti mu?"

"Andai saja kami bisa membantu, kami pasti akan melakukannya"

Para petani, mulai dari wanita dan pria mendekati Jade dengan perasaan khawatir. Jade yang melihat kekhawatiran dari para petani yang juga bekerja bersama dengannya, berusaha untuk menghibur mereka agar berhenti mengkhawatirkan nya.

Jade: "Paman dan Bibi, terima kasih atas kekhawatiran kalian... Tapi sungguh, aku baik-baik saja..."

Flourite: "tapi memang darahmu itu seperti sebuah kutukan, Jade... Aku jadi merasa sedih untukmu..."

Jade: "tidak apa, Flourite. Aku yakin, dewa pasti punya rencana lain yang akan membuat aku bahagia nanti" ^^

"Semoga saja benar, jika tidak... Maka dewa sepertinya benar-benar sedang mengujimu"

"Dewa sangat tega sampai bisa melakukan ini kepada anak baik hati seperti Jade."

Jade: "haha~ aku yakin, dewa tidak akan se tega itu sampai membuat aku terus hidup sengsara. Aku yakin suatu saat nanti... Dewa akan memberikan berkahnya untuk merubah kehidupan ku..."

Jade memberikan senyuman imutnya kepada para petani di sana. Semua petani ikut tersenyum kepada Jade, setelah beberapa menit mereka mengobrol bersama sekaligus istirahat. Para petani dengan Jade dan Flourite, kembali melanjutkan pekerjaan meraka yang sempat tertunda.

.
.
.
.

"Jadi~ kalian menutupi sosok kalian dalam topeng, ya~"

Sosok bayangan hitam, bersembunyi dibalik bayangan pepohonan tak jauh dari pertanian tempat Jade dan petani lain bekerja. Bayangan itu mendengar semua percakapan mereka sejak awal sampai akhir, dan bayangan itu terlihat tersenyum lebar. Seperti seorang yang baru saja menemukan harta Karun berharga.

Efiáltis: "Menarik~ Menarik sekali~"

Sosok yang disebut Efiáltis Seijin itu tersenyum penuh arti sambil menatap Jade yang sedang memanen buah bersama petani yang lain.

Efiáltis: "fufu~ Kita lihat... Bagaimana akhir dari topeng yang dipakai oleh orang-orang disekitar mu~ Ultraman~"

Efiáltis Seijin menghilangkan diri bersama dengan angin yang membawa sosoknya. Jade yang seperti merasakan sesuatu, sempat berhenti beberapa saat sambil menatap kearah hutan.

Flourite: "ada masalah, Jade?"

Jade: "Eh? Oh! Tidak... Tidak apa"

Jade menatap ke hutan yang tidak terlalu jauh dengan pertanian, kepalanya agak miring dengan wajah bingung. Entah kenapa, tapi perasaan Jade saat itu mengatakan kalau ada sesuatu yang bersembunyi di sana tapi sudah menghilang.

"Jade! Bisa bantu aku?!"

Jade: "Ah! Iya!! Aku segera ke sana!!"

Jade menatap sebentar ke arah hutan tadi, dan berbalik untuk membantu. Jade berusaha untuk melupakan apa yang dia pikirkan tadi dan memilih fokus dalam pekerjaannya sekarang.

.
.
.
.
.

Bersambung....

Ultraman Peridot: the Cowardly JewelryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang