Chapter 3: the Light

59 7 12
                                    

Chapter ketiga, akan mulai terlihat permasalahan pertama. Tapi ini masih awal dan jangan ada yang komen pake imotikon nangis.

Happy Reading.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Pada jaman dahulu sekali disebuah planet Hijau. Ada banyak monster menyerang dan memakan penduduk asli planet. Para penduduk planet yang lemah tidak berdaya saat para monster menyerang dan memakan keluarga mereka satu persatu. Sampai akhirnya, seorang raksasa cahaya datang dari langit dan mengalahkan semua monster itu.

Raksasa cahaya itu menyelamatkan para penduduk planet dan menjadi dewa di planet itu. Namun sang raksasa cahaya harus pergi, dan sebelum dia pergi. Raksasa cahaya menitipkan cahayanya kepada salah satu penduduk yang terpilih, untuk mengemban tugas sebagai pelindung planet.

Raksasa cahaya itu pun pergi meninggalkan planet hijau berserta penduduknya, meninggalkan sebuah batu bercahaya yang digunakan oleh yang terpilih untuk melindungi planet nya.

Itulah cerita lama yang menjadi sejarah bagi penduduk planet hijau. Tiap 20 tahun sekali, akan ada ritual yang dilakukan penduduk planet hijau untuk memilih pelindung planet mereka yang berikutnya. Mereka yang akan menjadi pelindung, akan dipilih langsung oleh batu bercahaya yang ditinggalkan sang raksasa cahaya.

Dan hari ini, adalah hari dimana penduduk planet hijau itu berkumpul untuk mengetahui siapa pelindung mereka yang selanjutnya.

.
.
.
.

Seorang petinggi sedang membacakan doa-doa disebuah altar tinggi yang terbuat dari batu. Ditengah altar batu itu, terdapat patung sang raksasa cahaya yang pernah menyelamatkan planet mereka.

Sang petinggi berlutut dihadapan patung raksasa cahaya sambil membaca doa-doa, para penduduk yang lain dibelakangnya juga ikut berlutut mengikuti sang petinggi.

"Ohh... Wahai dewa yang agung... Kami berada disini, membawakan mu mereka yang akan dipilih... Tolong tunjukkan kami jalanmu~"

"Tolong tunjukkan kami jalanmu!!"

Terlihat dibelakang sang petinggi para pemuda yang menjadi calon pelindung yang dipilih langsung dari masing-masing ras yang ada di planet itu. Setelah membacakan doa-doa, sang petinggi bangun diikuti dengan penduduk lain yang juga ikut bangun setelah pembacaan doa selesai.

"Kalian maju lah satu persatu, dan biarkan sang cahaya yang memilih kalian"

Pemuda itu bangkit dan menunggu gilirannya untuk maju. Pemuda dengan Surai hitam dengan pupil mata berwarna perak, mendekati sang petinggi dan berusaha memegang batuan bercahaya. Namun tiba-tiba saja, cahaya yang begitu menyilaukan mata muncul dari batu yang di pegang oleh pemuda dengan Surai hitam itu.

Cahaya yang sangat terang sampai-sampai bisa membuat siapapun buta jika melihatnya secara langsung. Tidak hanya cahaya yang muncul, tapi tubuh si pemuda tiba-tiba saja terpelanting jauh. Seakan ada yang menolaknya menjauh dari batuan itu.

"Sepertinya dia sudah ditolak oleh sang cahaya. Kalau begitu, yang selanjutnya!"

Pemuda lain mulai maju satu persatu, namun hasilnya sama saja. Mereka terpelanting menjauh dari batuan bercahaya. Sang petinggi sempat, terkejut mengetahui jika semua calonnya tidak ada yang terpilih sebagai pelindung. Akan tetapi sang pelindung cuma bisa menghela nafas.

"Sepertinya tahun ini akan berakhir sama seperti tahun yang sebelumnya. Sang cahaya, tidak akan lagi melindungi planet ini"

Mendengar kabar itu, para penduduk mulai merasa cemas. Karena ini bukan kali pertama para calon pelindung ditolak oleh cahaya, karena di tahun sebenarnya hal ini juga terjadi. Bisa saja tahun ini, planet yang mereka tinggali akan hampa tanpa adanya pelindung yang melindungi mereka.

Ultraman Peridot: the Cowardly JewelryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang