03

5 2 0
                                    

-
-
-

Saat ini, Helena tengah berbaring di kasur kamarnya. Di sampingnya, sudah terdapat tabib istana yang tadi Lili panggil. Tabib sedang memeriksa tubuh Helena mulai dari kening, tangan, leher, perut dia mengecek semuanya.

Helena sama sekali tidak peduli apa yang akan tabib ini lakukan. Toh, hanya memeriksa tubuhnya saja, pikir Helena. "Nona, apa anda memiliki sebuah trauma?" ujar tabib tersebut. Mendengar hal itu, membuat Helena sangat terkejut. Matanya kini membulat dengan sempurna.

Helena tidak menjawab sepatah katapun perkataan dari tabib. Dia bingung harus menjawab apa. Apakah harus jujur? dia trauma dengan piring? tidak, itu pasti beresiko. Jika ditanya alasan trauma dengan piring, apa yang akan Helena jawab nantinya.

"Duchess bilang, Nona baru saja menimpa suatu insiden, kemarin. Saya tidak tahu insiden apa itu, namun saya berpikir insiden itu ada kaitannya dengan ke—traumaan anda terhadap piring, benar?" tanya tabib tersebut.

"Hah?" beo Helena kebingungan. Bukannya menjawab yang pasti, dia malah terlihat kebingungan. Seperti, insiden apa yang terjadi kemarin? apakah ada di novel? sepertinya tidak. Karna sebelum Duchess meninggal, adegan Helena tidak di tampilkan banyak.

"Uhm, maksud saya.. insiden itu—" Helena sengaja menggantungkan ucapannya.

"Baik. Tidak usah diteruskan jika Nona tidak mau." Tabib tersebut segera membereskan beberapa barang-barangnya. "Sepertinya anda mengalami trauma terhadap piring, ya. Saya akan menyatakannya kepada Duchess," ujar tabib tersebut.  Setelah memberi hormat, ia segera beranjak pergi dari kamar Helena.

Sedangkan Helena, dia sedang mengigit kuku ibu jarinya. Dia sangat bingung. Apakah Duchess lebih baik tahu atau tidak? jika ini berkaitan dengan insiden kemarin tentu saja akan sangat baik, tetapi jika tidak... apakah Helena akan di curigai?

❃❃❃

Setelah selesai mandi, dibantu dua pelayan yang tidak lain adalah Noel dan Lili. Helena segera beranjak menuju ke cermin ke sayangannya. Rasanya, ia sangat mencintai wajah cantiknya sendiri.

Lili dan Noel membantu menyisiri rambut Helena yang sangat panjang. Rambut Helena, kini terurai dengan sangat indah. Helena berpikir sejenak, bagaimana dia bisa menghentikan kematian Duchess Anne yang tak lain adalah ibunya, sekaligus menjadi karakter utama dalam tokoh ini.

Dalam novel, karakter utamanya adalah Lauren De Margen serta Carriston Fa Ogriet. Lauren sebenarnya hanya seorang gadis desa biasa... sebelum bertemu Carriston, yang merupakan Putra Mahkota. Dikisahkan, Carriston jatuh cinta pada pandangan pertama saat bertemu dengan Lauren. Berkali-kali dia mencoba menikah dengan Lauren, tapi selalu ditolak oleh keluarganya. Tentu saja, bagaimana bisa seorang Putra Mahkota menikahi Gadis biasa. Perbedaan latar belakang yang sangat besar, membuat banyak hambatan dalam kisah cinta mereka.

Kerajaan Ogriet merupakan kerajaan yang sangat makmur. Tapi, semua ke makmuran tersebut hancur ketika terjadi pemberontakan yang di pimpin oleh Duke Rion, atau Ayah dari Helena. Helena yang menentang pembrotankan itu pun di bunuh dengan sadis oleh Ayahnya sendiri.

"Hanya itu yang baru kebaca, baru sampai setengah cerita. Aku belum sampai ending, apa yang terjadi selanjutnya, ya?" gumam Helena pada dirinya sendiri.

"Nona, apa anda habis membaca sebuah cerita? dari kemarin, saya rasa anda terus berbicara ending ceritanya," tanya Lili dengan polosnya

Helena yang mendengar itu sangat malu. Rupanya, dari kemarin ia bergumam terdengar oleh beberapa pelayan. "Ehem," Helena berdehem sebelum menjawab pertanyaan Lili. Tangannya mengulur ke belakang. Lili yang paham pun segera memberikan beberapa manik manik untuk di pakai di kepala indah Helena.

"Aku baru saja membaca cerita, sampai setengah. Lalu, bukunya menghilang," jawab Helena, tentu saja dia berbohong.

"Oh, benarkah? dimana buku itu hilang, mau saya carikan?" tanya Lili antusias.

"Tidak. Buku itu sudah menghilang untuk selamanya," tolak Helena. Tentu saja, novel itu tak mungkin ada disini, novel itu hanya ada di kehidupan sebelumnya. Belum sempat Lili menjawab, Helena menambahkan ucapannya lagi. "Lili, bagaimana jika kau bantu aku. Bantu aku untuk menjadi tokoh utama dalam dunia ini."

Lili memiringkan kepalanya, dia tampak bingung dengan ucapan yang baru saja Helena katakan. "Apa maksud Nona?"

"Nona, apa ini. Kalian hanya berbicara berdua saja, saya tidak diajak," ujar Noel, dia merasa kesal karna tidak diajak bicara, mungkin? tentu saja Noel akan bersikap kekanak-kanakan disini, karna diantara para pelayan, Noel lah pelayan yang termuda.

Lili yang mendengar itu pun segera menarik lengan Noel. "Noel, itu tidak sopan," ujarnya.

"Lupakan yang tadi. Aku ingin bertanya sesuatu... soal insiden kemarin, insiden apa itu? entah kenapa, aku tidak terlalu ingat. Bisa kalian jelaskan?" pinta Helena.

Helena tampak memainkan jari jemarinya yang lentik, sambil menunggu jawaban yang diberikan kedua pelayannya. Tetapi suasana menjadi hening. Tidak ada yang menjawab pertanyaan Helena.

Brakkkk

Helena menggebrakan meja riasnya. Sontak kedua pelayan itu terkejut. Mereka segera menunduk ketakutan. "Maaf, jika mengagetkan. Bisa jawab pertanyaan ku, sekarang?" ujar Helena.

Lili maju sekitar dua langkah mendekati Helena. "Nona, tolong jangan katakan kepada Nyonya Anne.." Lili terdiam sejenak. Kepalanya menunduk tak berani menatap wajah Helena. Ya, tentu saja, pelayan mana yang berani melakukan kontak mata dengan majikannya sendiri? hanya pelayan kurang ajar yang berani melakukan itu. Helena yang tengah berdiri berhadapan dengan Lili hanya menatapnya dengan wajah penasaran. Salah satu alisnya naik. Tidak lama kemudian dia menjawab permintaan Lili, "tidak akan. Katakan."

"Jadi, kemarin... Ada beberapa penjahat yang masuk ke kamar Nona. Terdengar suara ricuh pecahan kaca yang di duga piring bekas buah-buahan dari kamar Nona. Tidak ada yang mengetahui apa yang terjadi di dalam kamar." Lili berhenti sejenak. Badannya gemetar, Helena dapat melihatnya dengan jelas, terpampang jelas wajah ketakutan darinya. "Duchess sengaja memberi obat penghilang ingatan pada Nona. Jadi, Nona tidak ingat kejadian itu.. maafkan saya Nona... maafkan saya tidak bisa menjaga anda dengan benar...." lanjut Lili.

Jadi, kini aku mengerti. "Aku" maupun "Helena" pasti kita sama-sama mempunyai trauma tersendiri tentang kaca yang pecah, kan?  batin Helena.

Helena tampak mendekati Lili. Kedua tangannya berhasil meraih tangan Lili yang sedari gemetar. "Tidak apa. Terimakasih... terimakasih sudah mengatakannya."

Kemudian, Helena mengelus sebentar pundak Lili sebelum ia pergi meninggalkan kamarnya. Lili masih terpaku tak percaya apa yang barusan terjadi. Begitu juga dengan Noel, dia tak percaya Helena akan menjadi setenang itu.

I want to be the main characterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang