-
-
-"Terimakasih atas pesta teh nya hari ini, Yang Mulia Putri. Kami izin pamit." Pamit salah satu lady yang hendak meninggalkan pesta.
Sudah beberapa jam berlalu. Pesta itu telah selesai. Beberapa lady meminta pamit untuk pulang, tetapi ada juga lady yang masih sibuk bergosip disana. Gosip apa kira-kira yang mereka bicarakan ya..?
Kini, Helena berdiri dari kursinya. Ia berjalan mendekati Callista yang sedang duduk di dampingi dua dayang nya. Satu dayang berada di sebelah kanan dan satunya lagi berada di sebelah kiri.
"Yang mulia, sepertinya saya juga harus pulang," ucap Helena, yang sudah berdiri di depan Callista.
Callista tampak menampilkan wajah lesunya. Namun, mau bagaimana lagi, pesta sudah selesai dia juga tak bisa menahan Helena tanpa alasan.
"Emm, bisakah kita bertukar surat nanti?" tanya Callista dengan polosnya.
"Tentu."
"Jika aku mengirim undangan pribadi untukmu, apa kau datang?"
"Mengapa tidak?"
Mata Callista kini berbinar binar. Dia yang tadi duduk, segera berdiri dan menghampiri Helena yang berada di depannya. Dia mendekatkan bibirnya pada salah satu telinga Helena. "Baiklah, kalau begitu. Jika aku mengirim undangan, kau harus datang, ya? undangan pribadi dariku," bisiknya.
Helena mengangguk. "Tentu saja saya akan datang." Senyum pun terulas dari keduanya. "Sekarang, saya pamit undur diri," pamit Helena lagi.
Setelah selesai berpamitan dan memberi salam, Helena pun beranjak pergi. Dia berjalan keluar dari taman megah milik Callista. Taman yang sangat megah dan indah, juga sangat besar.
Ini pertama kalinya aku mengunjungi perkumpulan sosial setelah aku masuk ke dunia ini. Batin Helena.
Kereta kuda miliknya sudah nampak di depannya.
Satu kesatria sudah menunggu di depan kereta kuda, dengan tangan yang diulurkan.Saat Helena hendak mengulurkan tangannya pada kesatria untuk naik, tiba-tiba sebuah panggilan datang, berasal dari belakang nya.
"Nona Helena?" tanya orang itu. Suaranya terdengar serak dan berat, mungkin itu adalah seorang pria.
Helena pun berbalik. Dia sangat terkejut dengan seseorang yang telah memanggilnya barusan. Ternyata benar dugaannya! seorang pria. Satu detik, dua detik, tiga detik suasana menjadi hening seketika.
Kini, hanya terdengar suara angin. Kedua mata mereka pun bertatapan. Namun, bibir mereka tidak ada yang mengeluarkan kata-kata. Kedua bibir mereka mengatup.
Damn, sampai akhirnya Helena sadar dari lamunannya.
Dia segera membungkukkan badannya, dan memberi salam. "Salam Yang Mulia Putra Mahkota. Maafkan saya telat memberi salam. Tadi, saya terkejut dan sempat melamun, saya siap mendapat hukuman apapun."
Carriston kemudian berdehem. "Ehem." Suasana menjadi hening kembali setelah Helena selesai memberi salam.
"Bisakah aku mengantar sampai kediamanmu?" tanya Carriston tanpa basa basi.
Helena menaikkan salah satu alisnya. "Ya?"
Helena menatap wajah Carriston dengan sangat antusias. Carriston yang merasa di tatap pun segera memalingkan pandangannya ke arah lain. Kemana saja, asalkan jangan sampai bertemu dengan mata Helena lagi. "Tidak. Jangan salah paham. Adikku yang memintannya, kau tidak akan menolaknya, kan?"
"Adikmu?" Helena diam sejenak. "Dia tidak mengatakannya tadi, anda akan mengantar saya," lanjut Helena lagi.
Carriston pun diam. Tidak ada jawaban lagi. Helena pun mengerutkan dahinya, melihat tingkah aneh Carriston saat ini. "Jika tidak ada lagi, maka saya akan—"
"Tunggu, kau bilang kau akan menerima hukuman apapun karna telat memberi salam tadi?" tanya Carriston. Belum sempat Helena berbicara, ucapannya sudah dipotong oleh pertanyaan Carriston.
"Ya?" beo Helena. Dia tampak memudarkan kerutan dahinya. Ia tak percaya, apakah dia akan benar benar diberi hukuman hanya karna telat memberi salam?
"Itu hukumannya. Kau akan diantar langsung olehku. Tentu saja dengan kereta kuda kekaisaran." Ucap Cariston dengan sedikit menekankan kata-kata hukuman. "Jika kau menolaknya, hukumannya akan semakin besar."
Helena tak menjawab. Bibirnya mengatup rapat. Dia benar-benar tidak tahu apa yang sebenarnya sedang dipikirkan oleh pria yang ada di hadapannya ini.
Apa otaknya sudah kongslet?
Helena menghembuskan nafasnya kasar. "Baiklah."
Senyum tipis terulas pada bibir Carriston. Namun sangat sebentar, sampai Helena dan beberapa kesatria yang berada di situ tidak menyadarinya.
"Tunggu disini, aku akan segera mengambil kereta kudanya." Ucap Carriston. Kemudian dia beranjak pergi meninggalkan Helena yang masih kebingungan dengan perilaku tiba-tibanya ini.
"Suatu kehormatan bagi saya," ujarnya pada Carriston. Setelah Carriston pergi dan punggungnya sudah tak nampak, dia pun memberi perintah pada kesatria nya untuk pulang sendiri terlebih dahulu, tanpa dirinya. "Pulanglah, katakan pada Ayah dan Ibu aku akan pulang dengan Yang Mulia,"
Para kesatria pun mengangguk dan segera melaksanakan perintahnya. Mereka segera pergi membawa kereta kuda untuk pulang ke kediaman Helena lebih dulu.
Helena menatap kepergian kereta kudanya. Tak lama kemudian kereta kuda baru datang menghampirinya. Itu adalah kereta kuda kekaisaran yang akan mengantarnya pulang.
Carriston yang sudah duduk di dalam segera turun. Dia mengulurkan tangannya pada Helena, berniat membantu Helena naik sepertinya yang di lakukan kesatria pada umumnya.
Helena pun menerima uluran tangannya. Sekilas mata mereka bertemu. Namun, Helena lebih dulu memalingkan pandangannya dan fokus menaiki kereta.
Setelah naik, dia segera duduk pada salah satu sisi kursi.
"Anda tidak akan naik?" tanyanya pada Carriston yang masih dibawah.
Carriston tak menjawab. Dia pun segera bergegas menaiki kereta kudanya. Mereka duduk berhadapan. Tak lama kemudian, kereta kuda bergerak setelah diberi perintah oleh Carriston.
Di dalam kereta Carriston terus menerus menatap Helena.
Helena yang merasa di tatap pun pura-pura tak peduli. Matanya menatap jendela kereta, ia melihat beberapa burung yang sangat indah berterbangan.
Sesekali dia melirik ke arah Carriston. Tampaknya Carriston sudah tak menatap dirinya lagi. Dia tengah menatap jendela yang sama, yang tengah di tatap Helena.
Dia ini sebenarnya kenapa? Tidak mungkin, kan, dia jatuh cinta pada pandangan pertama denganku. batin Helena dengan sangat pede nya.
"Kau suka burung?" tanya Carriston tiba-tiba.
Helena menoleh sebentar ke arah Carriston, namun segera menatap kembali ke arah jendela. "Sedikit. Aku mempunyai teman yang menyukai burung, terkadang dia membawanya ke rumahku. Aku jadi ikut menyukainya," ucap Helena, tanpa sadar senyum terulas dari bibirnya. "Em, maaf. Aku jadi malah.."
"Tidak papa." potong Carriston dengan cepat.
Setelah itu, tidak ada perbincangan diantara keduanya lagi. Suasana menjadi hening, hanya terdengar suara langkah kuda.
KAMU SEDANG MEMBACA
I want to be the main character
FantasiHaloo! ini adalah karya pertama saiaa, maafkaeun jika masih banyak yang salah dalam pengucapan ataupun ketikannya:^ Nikmati aja alurnya ya hehehw! Vote kalau kalian suka cerita ini, lopyuu(●♡∀♡) --- Rere, merupakan anak yang tumbuh tanpa kasih...