Chapter 12
Jangan Mati. Jangan Pergi.
Serangkaian doa itu berputar-putar seperti kabut abu-abu yang masuk ke dalam celah hitam di mana Fourth mencari-cari tempat perlindungan dari rasa sakit yang berdenyut-denyut di kepalanya.
Pertama doa itu menghampirinya dalam bentuk suara anak kecil, polos, manis, memohon. Kemudian suara itu pergi. Dan kembali, suara itu datang dengan warna suara yang lebih dalam, menderita.
Jangan mati.
Seolah-olah ia punya pilihan. Seolah-olah ia bisa memutuskan.
Ia merasakan pegangan erat di tangannya, kelembapan dan nafas hangat yang berhembus di sekitar jemarinya, mulut lembut yang ditempelkan di kulitnya.
Perlahan ia membuka matanya dan melihat kamar dengan cahaya yang remang-remang. Sebuah kamar tidur. Tapi bukan kamar tidurnya, kamar tidur yang pernah ia datangi hanya satu kali. Kamar tidur Gemini. Bahkan cahaya remang-remang itu membuat kepalanya sakit. Ia tidak berani menggerakkan kepalanya karena takut akan membuat sakitnya semakin bertambah.
Ia melirik sedikit ke samping dan disanalah Gemini berada, menggenggam tangannya. Cambangnya terlihat gelap dan lebat. Rambutnya berdiri dengan sudut yang aneh seolah-olah rambut itu tadinya basah dan dibiarkan kering tanpa ada yang peduli untuk menyisir atau merapikannya. Gemini tidak pernah terlihat begitu tidak rapi. Matanya merah dan bengkak, dan apa ini?
Dengan hati-hati, Fourth mengulurkan tangan dan menyentuh bulu mata Gemini. "Kau menitikkan air mata?"
Gemini memberi Fourth senyuman paling manis yang pernah ia lihat. "Kau sudah sadar." Ujar Gemini dengan suara parau, suaranya penuh dengan emosi yang Fourth tidak berani mengartikannya. Gemini mengecup tangan Fourth. "Syukurlah, kau sudah sadar."
"Apa...yang terjadi?"
"kau jatuh terguling dari motor, menghindari dari tabrakan beruntun di jalan. Tiga hari yang lalu, tunggu disini."
Seolah-olah Fourth punya pilihan lain saja. Ia melihat Gemini berjalan melintasi kamar. Ia tidak pernah melihat baju yang begitu kusut. Apakah para pelayan tidak melakukan pekerjaan mereka?
Gemini membuka pintu dan berbisik, "Bank, Fourth telah sadar, panggil dokter."
Ia menutup pintu dengan perlahan, kembali ke kursinya, mengulurkan tangan untuk meraih tangan Fourth, dan kemudian seperti berubah pikiran dan malah memegang kursi. "Apakah kau haus?"
Fourth mengangguk, menyesali gerakannya itu segera setelah ia melakukan itu. Gemini menuangkan air ke dalam sebuah gelas dan mengambil sebuah sedotan . Dengan hati-hati ia mendekatkan gelas itu dan membiarkan Fourth minum perlahan melalui sedotan. Fourth tidak pernah merasakan hal lain yang lebih menyenangkan daripada rasa dingin air itu ketika melewati tenggorokannya yang kering.
"Jangan banyak-banyak dulu." Ujar Gemini mengingatkan dengan lembut. Gemini meletakkan gelas itu kemudian menatap Fourth seolah-olah ia memiliki banyak hal yang ingin disampaikan tapi tidak bisa memikirkan satu katapun saat ini.
"Aku melihat koper di kamarmu. Kau sedang berkemas-kemas untuk pergi?"
Kemudian semuanya pun berjejal masuk ke dalam pikiran Fourth. Kopernya. Seluruh hidupnya dikemas di dalam koper itu. Kekecewaan. Kebutuhan untuk pergi. Keinginan untuk tinggal. Bagaimana ia bisa meninggalkan anak-anak? Apa yang akan mereka pikirkan?
Ia selalu bisa berpikir dengan lebih baik di atas motor, jadi ia pergi naik motor untuk beragumen dengan dirinya sendiri. Pergi-Tinggal? Menerima Gemini di tempat tidurnya, mengetahui bahwa Gemini mencintai yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Completed] Love Me Tender | Gemini & Fourth
FanfictionTitle: Love Me Tender Cast: Gemini Norawit & Fourth Nattawat Language: Bahasa Indonesia Rate : 15+ Lenght: Chaptered SIPNOSIS Gemini Norawit Titicharoenrak, seorang pengusaha tampan dari Bangkok yang jatuh miskin, berniat menikahi seorang pemuda ka...