"Gak! Gak mungkin! Aku Gak mungkin Hamil!"
"Ndok ... Apa Umi ndak salah denger? Kamu hamil?" teriak umi sambil mendobrak pintu kamar mandi.
Mata gadis pengurus pondok pesantren itu berlinang saat pintu dibuka paksa oleh Umi ... istri dari Kiai pemilik pesantren Darul Fattah yang tidak sengaja mendengar gerutuannya di dalam.
"A ... aa, umi ...," tubuh gadis itu mendadak tegang ketakutan, suaranya gemetar samar sembari memegang alas tes berwarna biru putih di tangannya.
"Astaghfirullah ... temui abi dan umi di saung sekarang!" wanita paruh baya dengan hijab gamis berwarna merah maroon itu pergi sambil mengelus dadanya.
Sedangkan gadis polos yang dipercayakan Kiai dua tahun silam untuk mengurus pondok, masih gemetar sembari menangis tidak sanggup lagi berjalan seakan kakinya kaku.
Mau tidak mau meski amat sangat takut, dia tetap memberanikan diri menemui Kiai. Seluruh tubuhnya dingin, gemetar tidak karuan.
Di pagi hari itu, dia berdiri menghadap Umi dan Abi yang selama ini telah berbaik hati padanya yang hanya yatim piatu tidak ada sana saudara di kota ini.
Berkali-kali dari bibirnya mengucap kata maaf, lalu menangis kembali.
Hingga akhirnya terdengar Kiai hanya mengucap sepatah kata.
"Maaf ... Abi nggak bisa."
Hanya itu yang keluar dari dalam mulut Kiai, tidak ada pertanyaan dirinya kenapa atau mempertanyakan tentang kejadian yang sebenarnya.
Gadis itu terhuyung, menangis, memohon sambil memegang kaki Kiai ....
Kiai yang seolah tanpa iba itu malah beranjak dari duduk mengajak istrinya pergi, meninggalkan gadis yang dua tahun lalu mereka tuntun untuk masuk ke dalam pesantren ini penuh dengan kebahagiaan.
Gadis itu menyerah, tangisannya tinggal isakan mengiring kepergian Kiai hingga langkahnya menghilang.
_____________________
Dirinya menuntun tas besar meninggalkan pesantren yang penuh dengan semua kenangan ... ia jalan sangat pelan, sesekali menoleh kebelakang. Sembari menahan rasa malu dipertontonkan oleh para santri.
____________
10 Bulan kemudian
____________
Gadis itu kembali lagi membawa kardus berukuran sedang di tangannya. Kepalanya mengedar menoleh ke belakang, ke kiri dan ke kanan ... memastikan tidak ada siapa pun yang melihatnya.
Dengan pelan ia meletakkan kardus itu,
lalu memandangnya selama beberapa detik, kemudian ia berlari cepat sembari mengusap air matanya."Maaf ... Nak, Maaf! Dirimu lebih bahagia disana dari pada bersama ibu."
______________
Breaking News Hari Ini!!!
Di halaman pondok pesantren Darul Fattah dipenuhi warga dan juga wartawan.Prolog saja dulu ♡♡♡
Sudah Vote belum? Kalau belum Vote yahh!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta Zulaikha
Teen FictionZulaikha Syauqia Dhiba dibesarkan oleh salah satu seorang pengurus pondok pesantren tempat dimana dia dibuang. Dirinya hidup dikelilingi kebahagiaan, meski setiap harinya ia selalu berdoa agar bisa dipertemukan pada kedua orang tua kandungnya. dia...