Setelah pembicaraan 2 hari yang lalu di Els coffe bersama Zoya, Naura membuka kembali sebuah kotak yang berisi barang-barang yang ia sisipkan dulu.
Hatinya dipenuhi perjuangan hanya untuk membuka sebuah kotak ini, kotak yang membuat dirinya akan kembali ke masa lalu. Masa yang indah, masa yang tidak pernah ingin ia lupakan. Tetapi, harus ia pendam dalam-dalam dari ingatannya.
Brak ....
Tutup kotak itu terbuka, dipenuhi dengan Album foto keluarganya, sahabatnya, bahkan foto bersama Bram pun masih tersimpan di sana. Ia mengambil sim card yang berada tepat di bawah album foto-foto itu.
Dan merapihkan kembali semuanya, menaruh ke tempat rahasia Naura. Ia tidak ingin suaminya mengetahui isi dalam kotak itu.
Saat ini Naura merebahkan tubuhnya ke atas ranjang, menatap sim card itu lalu perlahan mengganti sim card ponselnya.
Naura menatap layar ponselnya dan tiba-tiba ponselnya bergetar tiada henti, ponselnya tidak bisa di sentuh dari celah mana pun. Kini ponsel itu seperti kehilangan fungsinya, ia terus menerus bergetar saja dan di penuhi notif "My Love" satu persatu.
Naura menaruh ponselnya, di bawah bantal dan membiarkan ponselnya dalam beberapa waktu. Ia menunggunya dengan sabar, hingga akhirnya Naura tertidur.
Jam sudah menunjukkan pukul 03.45 WIB itu artinya ia meninggalkan ponselnya selama 4 jam. Naura dengan cepat mengecek ponselnya. Ponsel itu memang sudah berhenti, tetapi rasanya sangat berat untuk di gerakkan.
Tiba-tiba Naura membulatkan matanya, 63.000 notif pesan dari Bram muncul di layar ponsel.
Naura membuka pesan itu, meski sangat jauh dirinya harus memanjat isi pesan Bram. Dengan tenaga jempol yang super kuat, ia terus menggeser ponselnya ke arah bawah. Kemudian setelah beberapa jam Naura memanjat pesan itu, akhirnya Naura tiba di awal pesan Bram.
Naura bergeming, mulutnya seakan tidak mampu untuk berbicara dan air mata yang mulai memenuhi pelupuk bawah mata Naura.
Ingin rasanya saat ini Naura memeluk Bram, bersimpuh di kakinya dan meminta maaf telah mengecewakannya sedalam itu.
Naura tersentuh oleh perlakuan Bram, Bram mengirim pesan yang bisa dipastikan ia mengirim pesan itu setiap hari! Bahkan setiap jam. Isi pesannya pun beragam, ada yang menanyakan kabar Naura, pesan berisi puisi, pesan berisi lagu, pesan berisi kata-kata kerinduan, bahkan pesan berisi kabar darinya.
Hingga pesan itu terhenti di Tanggal 16 Februari 2020, yang berisikan tentang doa dan harapannya.
'Sudah bertahun-tahun lamanya, ntah sampai kapan pesan ini akan tertuju. Aku sangat rindu ... Nau, kerinduan yang ntah bagaimana caranya aku menyampaikan. Dirimu seakan terbang ke langit yang tinggi yang tidak akan lagi aku sanggup menggapainya.
Kembalilah Nau ....
Kerinduan ini sudah sangat mendalam, jangan biarkan aku tersiksa dalam kerinduan yang tidak bertepi.Dan tetaplah di sini, seperti namamu yang selalu terukir di hati sampai kapan pun.
Aku berdoa, semoga dirimu baik-baik saja di mana pun ragamu berada.
Dan aku berharap rasa cintamu padaku akan tetap ada.'My Love, 16 february 2020.'
Naura menetes peluh, hatinya seakan ditusuk duri dan di hempaskan dari atas gedung yang tinggi. "Maafkan aku Bram, maafkan aku," lirih Naura dengan deraian air mata.
Naura tahu, mengapa Bram berhenti mengirim pesan di hari itu. Karena pada tanggal 17 february Naura kembali di temukan pada Bram, meski dalam keadaan yang tidak tepat.
Sekarang Naura merasakan, betapa sesaknya dada Bram saat melihat dirinya telah dinikahi oleh pria lain.
Dengan fikiran yang selalu tertuju pada Bram, detik itu juga Naura bergegas menemui Bram. Seperti biasanya tanpa polesan Make up, kaos putih dan hot pants. Naura melangkah setengah berlari mengarah ke depan.
Ia melajukan mobilnya dengan sangat cepat dan tidak lupa Naura mencari sebaris nama di kontaknya, lalu menelpon Bram.
Tut ....
Tut ....
"Halo Nau, ada apa?" suara Bram dari seberang panggilan itu.
"Bram kamu di mana?" tanya Naura dengan suara yang masih menangis.
"Kamu kenapa, Nau? Aku di apartement, kamu di mana? Aku sekarang kesana ya." Terdengar suara Bram sangat panik.
"Nggak perlu, aku udah mau sampai"
Panggilan itu diputuskan oleh Bram.
Dari kejauhan Bram sudah menunggu Naura di depan Apartementnya, tanpa ragu Naura turun dari balik pintu mobil dan berlari kencang mengarah lurus ke Bram. Kemudian Naura dengan tiba-tiba memeluk Bram erat, menangis tersengal-sengal di bahunya.
"Kamu kenapa ... Nau? Kamu di sakiti Abdi lagi?" bentak Bram.
"Ini bukan tentang suamiku ... Bram, tapi ini tentang kita." Suara Naura parau.
Dengan gerakan tiba-tiba, Bram membopong Naura ke lift. "Kita omongin di kamarku aja ya, aku nggak mau ibu dari anakku kecapean. Apalagi tadi habis lari," ucap Bram.
Sesampainya di kamar, Bram mendudukkan Naura di sofa. Bram masih menatap Naura lembut sembari merapihkan rambut yang berhamburan menutupi wajah cantiknya.
"Oke sekarang kamu boleh cerita ... Nau," ucap Bram menggenggam jemari Naura.
"Aku udah baca semua isi pesan dari kamu dulu Bram, ada sekitar 63 ribuann kan? Aku baca semuanya! Maap Bram maaf atas semuanya." Naura menangis terisak.
"Nau ... Terima kasih, tapi jangan pernah menangis karna itu. Jangan pernah merasa dirimu salah. Sekarang pun aku masih bersyukur pada Tuhan, karna dirimu masih mencintaiku," imbuh Bram sangat pelan.
"Aku memang mencintaimu ... Bram, sungguh. Tapi sekarang keadaannya berbeda, cinta itu tidak lagi sama seperti dulu." Naura menyorot mata Bram dengan tulus.
Bram melempar senyuman ke wajah Naura, "Tidak apa ... Nau, yang terpenting selalu jaga anak kita ya. Inilah bukti cinta kita ... Nau, cinta yang tidak pernah padam sampai kapan pun. Dan aku sadar cinta memang tidak harus bersama," ucap Bram yang mulai perlahan melepaskan genggamannya.
Naura menundukkan kepala, air matanya berderai deras tidak sanggup ia tahan. Hatinya terlalu sesak, Jika waktu bisa di putar dan dirinya mampu untuk menyampingkan perasaan dendam. Kemungkinan terbesar sekarang adalah, dirinya saat ini sudah berbahagia pada cintanya. Cinta yang dulu pernah menjadi satu-satunya di hidup Naura, cinta yang dulu menjadi alasan hidupnya untuk berbahagia.
Tetapi sekarang? Cinta itu seolah bingung untuk memijakkan kakinya kemana ....
Bram mendekati wajah Naura, kini wajahnya dan wajah Naura sangat berdekatan. Air mata yang jatuh dari pelupuk mata indah Naura, ia seka dengan perlahan. Lalu memegang wajah Naura dengan kedua tangannya. Kemudian menempelkan bibirnya pada bibir wanita yang sangat ia cintai itu.
Bram tidak peduli dengan apa yang dilakukan pada Naura itu sebuah kesalahan, ia tidak peduli sekali pun satu dunia mengutuk dirinya.
Yang ia pedulikan saat ini adalah ....
Ia tetap bisa merasakan cinta dari seseorang yang ia cintai seumur hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta Zulaikha
Teen FictionZulaikha Syauqia Dhiba dibesarkan oleh salah satu seorang pengurus pondok pesantren tempat dimana dia dibuang. Dirinya hidup dikelilingi kebahagiaan, meski setiap harinya ia selalu berdoa agar bisa dipertemukan pada kedua orang tua kandungnya. dia...