Arti dari surah Al-ikhlas

9 2 0
                                    

Pakde Arif mencoba untuk meraih tubuh Zulaikha di pelukan Gus Yusuf, ia panik takut anak dari ponakan Kiai pemilik pondok Darul Fattah itu merasa dilecehkan. Sebab sepengetahuannya selama ini ... Gus Yusuf tidak pernah mau bersentuhan dengan wanita mana pun. Mau itu genting atau tidak.

Namun, alih-alih marah ... Gus Yusuf malah menghentikan Pakde Arif untuk menarik tubuh Zulaikha.

Kepala Gus Yusuf mengangguk sambil terpejam.

"Zulaikha ...," panggilnya sangat pelan sambil mendorong tubuh Zulaikha secara perlahan.

"Sudah baik sekarang?" tanyanya lagi, tidak dipungkiri dirinya agak gemetar sekarang.

"Bude ... boleh ambilkan air sebentar? Pakde Arif tetap disini ya, harus tetap disini selama Yusuf di rumah pakde."

"Baik, Gus ...," jawab pakde sembari membungkukkan tubuhnya.

"Bude ambilkan dulu ...." Bude Fatma keluar dari kamar, sebenarnya saat ini hatinya cemas melihat kedekatan Zulaikha dan Gus Yusuf. Takut jika di antara mereka ada yang menaruh hati.

Zulaikha yang sudah sadar sepenuhnya, langsung menjauh dari Gus Yusuf. "Maaf, Gus ... maaf! Zulaikha kira tadi pakde ...," jawabnya dengan wajah yang menunduk.

Gus Yusuf tersenyum, ia tersipu kali ini. "Zulaikha ... besok hari libur dulu untuk ngurusin pondok biar bude sama pakde saja."

Zulaikha menggeleng enggan, sama seperti biasanya dia tetap diam tidak menjawab.

"Coba untuk menyayangi diri sendiri ya ... kamu juga kalo sakit yang repot juga umi dan abi," ujar laki-laki bertubuh putih bersih itu dengan tersenyum manis ke arah Zulaikha.

"Aku gak capek," jawab Zulaikha singkat.

Gus Yusuf terkekeh mendengar jawaban Zulaikha yang ketus dan singkat seperti itu.

"Terus kalo gak capek kenapa bisa pinsan? Kamu udah ngebuat pakde dan budemu khawatir loh!" jawab Gus Yusuf mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada gadis yang berhasil membuat jiwanya gemetar.

Zulaikha menggeleng tanpa menjawab.

Gus Yusuf menghela napas panjang dengan rasa keberanian yang ia kumpulkan, ia melangkah mendekati Zulaikha.

Sumpah baru kali ini pakde Arif langsung mendelik melihat Gus Yusuf yang secara mendadak berani mendekati Zulaikha, padahal ia terkenal dengan sebutan 'fifty-pace man' yaitu pria lima puluh langkah, sebab Gus Yusuf terkenal sangat menjaga jarak pada santri wanita apa lagi santri wanita yang mengidolakannya bagaikan bias idol K-pop.

"Ada apa?" tanya Gus Yusuf yang saat ini sudah sangat dekat pada Zulaikha.

"Sudah berapa hari tuh, Gus ... cuma mikirin hal yang gak bener!" celetuk Bude Fatma baru datang sambil membawa segelas air putih.

Pakde Arif membulatkan bola matanya pada istrinya, ia ingin menyela ... tetapi enggan pada Gus Yusuf.

"Gak bener?" tanya Gus Yusuf mengerutkan kening. "Maksutnya gimana bude?"

"Ya itu ...," Bude Fatma mendadak canggung saat melihat mata suaminya hampir menceluat keluar. "Zulaikha selalu mempertanyakan kenapa dia dibuang dari dulu hampir setiap hari dan akhir-akhir ini perasaannya semakin sensitif dengan hal itu."

"Bener Zulaikha?" tanya Gus Yusuf.

lagi-lagi gadis itu hanya diam, sekarang bukan hanya kepalanya saja yang pening. Tetapi ... juga jantung Zulaikha terasa ingin meledak dari dalam. Iramanya semakin kencang saat Gus Yusuf mendekatinya.

"Zulaikha ...," ujar Gus Yusuf sembari mengelus kepala Zulaikha. Hal itu membuat Pakde semakin mendelik, Bude Fatma pun tidak kalah terkejut melihat tangan Gus Yusuf berani mengelus kepala Zulaikha.

Padahal Gus Yusuf melakukannya pun secara tidak sengaja, entah kenapa ada perasaan yang lebih pada gadis di hadapannya ini. Entah itu rasa kasihan atau cinta yang baru saja tumbuh Gus Yusuf pun tidak tahu.

"Kenapa harus mikirin hal yang ngebuat kamu ngerasa sakit? IkhlasZulaikha ... ikhlas, kuncinya ikhlas ... jangan biarkan hatimu dikuasai oleh syaiton."

Wajah Zulaikha perlahan menaik menatap Gus Yusuf dengan hati yang menolak perkataannya. "Ikhlas?" tanya Zukaikha bola matanya berlinang. "Bagaimana aku bisa ikhlas jika di surah Al-ikhlas tidak ada satu pun kata ikhlas atau setidaknya cara agar hambanya bisa mengikhlaskan."

Mata Gus Yusuf terpejam beberapa detik tidak kuat melihat tatapan mata Zulaikha yang begitu indah, lalu dia tersenyum kecil.

"Zulaikha ... Ikhlas itu bukan untuk dipamerkan, dia ada disini ...," ujar Gus Yusuf terjeda sambil menunjuk dada sebelah kanannya. "Ikhlas itu tidak terlihat oleh siapa pun kecuali Allah,"

Gadis di hadapannya menggeleng lalu menunduk kembali, "Aku ndak ngerti," ujar Zulaikha pelan.

"Tenangkan hatimu, Zulaikha ...," ujar Gus Yusuf tersenyum sambil reflek mengusap kepala Zulaikha.

Kemudian Gus Yusuf terkejut atas ketidak sengajaannya mengusap kepala Zulaikha. "Astaghfirullah." Gus Yusuf mengusap wajahnya lalu melangkah menyalami Bude dan Pakde Arif.

"Terima kasih, Gus ... terima kasih," ujar kedua orang tua itu secara bersamaan.

"Sama-sama."

Bibir Gus Yusuf sumringah sepanjang jalan. Hati-hatinya berbunga-bunga, perutnya dipenuhi kupu-kupu dan isi kepalanya terus menerus terbayang wajah Zulaikha.

Kepala Gus Yusuf menggeleng gila, ia terkekeh sendiri sadar dirinya sedang jatuh cinta. "Astaghfirullah," ucapnya.

"Saya mencintaimu, Zulaikha ... tapi saya tidak ingin memilikimu dengan cara yang diharamkan Allah. Maka Izinkan saya meminjam namamu di selepas sholat ... saya pasrahkan semua padanya."

Gus Yusuf meraup wajahnya mengaminkan apa yang baru saja dia ucapkan.


Dan tanpa Gus Yusuf sadari ... cinta mereka telah terdengar ke seluruh alam, cinta mereka sudah merekah tidak lagi menguncup hingga ujian sebentar lagi akan datang menguji rasa cinta mereka ... menggugurkan segala bentuk cinta yang merekah itu secara perlahan.

Takdir Cinta ZulaikhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang