Hati yang Berbicara

3 1 0
                                    

Sesampainya di rumah, Gus Yusuf merasa berdebar-debar. Ia tahu bahwa Umi tidak akan setuju jika ia mendekati Zulaikha lebih dari yang seharusnya. Meskipun hatinya telah terlanjur terpaut pada gadis itu, ia juga menghormati nilai-nilai agama dan batasan-batasan yang telah diajarkan oleh Umi.

Umi duduk di ruang tengah dengan pandangan serius saat Gus Yusuf masuk. Matanya menatap tajam pada cucunya.

"Yusuf, duduklah." Wanita paruh baya yang sudah menunggu kehadiran ponakan tercintanya itu.

Gus Yusuf duduk di hadapan Umi, merasa gugup.

"Apa yang terjadi di pondok Darul Fattah tadi?" tanya umi lembut.

"Umi, Yusuf hanya ingin membantu Zulaikha. Dia mengalami kesulitan dan Yusuf merasa perlu untuk membantunya."

"Yusuf, kamu tahu betapa pentingnya menjaga batasan antara pria dan wanita dalam agama kita. Allah telah menetapkan aturan-aturan ini untuk melindungi kita dari dosa dan fitnah."

Yusuf tertunduk.

"Yusuf paham itu, Umi. Tapi hati Yusuf merasa tergerak untuk membantu Zulaikha."

"Hati yang tergerak adalah hal yang baik, tapi kita juga harus taat pada aturan Allah. Ini adalah ujian bagi kita semua."

"Yusuf berjanji, Umi, tidak akan melanggar batasan-batasan agama. Yusuf hanya ingin membantu Zulaikha dan menjaganya."

"Baik, Yusuf. Semoga Allah memberikan petunjuk kepada kita semua."

Gus Yusuf merasa lega mendengar pemahaman dan dukungan Umi. Namun, ia juga merasa kebingungan dengan perasaannya terhadap Zulaikha.

Beberapa waktu kemudian, takdir membawa mereka bertemu lagi. Kali ini, pertemuan mereka tidak disengaja dan jarak pun selalu ada di antara mereka. Zulaikha dan Gus Yusuf tidak tahu harus berkata apa, karena mereka memendam perasaan yang tak bisa diungkapkan.

Mereka bertemu di salah satu sudut pondok, saling menunduk dan berbicara dalam hati masing-masing. Zulaikha tetap menjadi gadis yang pendiam, tak pernah bicara, hanya menunduk dan berdoa dalam hati.

Gus Yusuf: *Zulaikha, aku ingin kamu tahu betapa sulitnya bagiku menjaga jarak ini.*

Zulaikha: *Saya juga merasakannya, Gus. Ini adalah ujian yang Allah berikan kepada kita.*

Gus Yusuf: *Namun, aku tidak bisa membendung perasaan ini. Aku mencintaimu, Zulaikha.*

Zulaikha: *Dan aku juga merasakan perasaan yang sama, Gus. Tetapi kita harus tetap taat pada agama kita.*

Mereka hanya bisa berbicara dalam hati, memendam perasaan yang terus tumbuh di dalamnya. Percakapan mereka terhenti, tapi mata mereka saling bertemu dengan perasaan yang tak bisa diungkapkan.

Pertemuan mereka selalu berjarak, dan mereka saling menunduk kembali, tetapi hati mereka terus berbicara. Cinta mereka memang ada, namun harus tetap dalam batasan yang diizinkan oleh agama.

kemudian ... mereka meninggalkan tempat pertemuan dengan perasaan yang rumit. Mereka tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tetapi mereka memendam perasaan mereka dengan harapan bahwa Allah akan memberikan petunjuk kepada mereka.

Cinta mereka hanya bisa berbicara dalam hati dan Zulaikha tetap menjadi gadis yang pendiam, menunduk, dan berdoa setiap kali bertemu Gus Yusuf. Dan dalam diam, mereka saling memendam perasaan yang tak bisa diungkapkan, hanya pasrah menunggu petunjuk dari Allah.

Takdir Cinta ZulaikhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang