-----sad banget gabisa up poto:(------
Pakde Arif membuka pintu dengan kasar secara tiba-tiba, sontak hal itu membuat Zulaikha dan Bude Fatma terkejut menatap pakde secara bersamaan.
Tangannya menarik Bude Fatma kasar, lalu pergi menutup pintu kamar Zulaikha dengan keras.
Jlegar!!!
Pakde terlihat sangat marah, wajahnya merah padam menahan emosi.
Zulaikha bergegas bangun mencari keberadaan dimana pakde Arif membawa istrinya.
Kemudian tak lama terdengar suara ricuh dari arah kamar utama, Zulaikha mencoba mendekat ... tetapi ketakutannya lebih besar dari pada rasa penasarannya. Dia lebih memilih untuk pergi dibanding harus terlibat dalam masalah mereka, sambil berdoa semoga Bude Fatma baik-baik saja.
Namun, saat kaki Zulaikha baru melangkah kecil. Terdengar dari dalam pakde menyebut namanya.
Akhirnya Zulaikha balik lagi mendekat pada pintu kamar, merekatkan telinganya lebih dekat mencoba mendengar lebih jelas apa yang mereka katakan? Mengapa ada namanya di tengah-tengah amarah mereka?
"Kecilkan suaramu!" teriak Bude Fatma.
"Kenapa? Kau takut jika Zulaikha tau dia sebenarnya anak hasil pemerkosaan? Anak yang ndak pernah dianggep dan anak yang menjadi malapetaka untuk ibunya sendiri?"
Degh!!!
Zulaikha menangis kembali, ia tidak habis pikir lelaki yang dianggap sebagai ayah kandungnya sendiri malah tega mengatakan hal itu tentangnya.
"CUKUP!" suara Bude Fatma yang tidak kalah lantang melawan suaminya. Padahal selama ini Bude Fatma terkenal sebagai wanita lemah lembut tidak sama sekali berani melawan apa lagi menghardik suaminya sendiri.
"Ini kan yang kamu mau? Sudah kubilang dari dulu, Cukup Fatma! Cukup! Dia bukan anak sahabatmu yang jalang itu! Dia anakku! Sampai kapan pun dia anakku! Sudah kuperingati berulang kali! Malah secara diam-diam kau menunjukkan foto itu pada Zulaikha!"
"Aku sudah banyak mengalah denganmu, Fat! Dari tidak boleh menyebut dengan sebutan ayah ibu dan tidak boleh menjadikan aku sebagai ayah walinya." Suara pakde Arif mereda, nada bicaranya kali ini begitu pelan.
"Aku hanya ingin menunjukkan, apa yang seharusnya Zulaikha tau, Mas. Aku ndak tega ngeliat dia terus-terusan berdoa tentang kedua orang tuanya."
Terdengar helaan napas panjang dari pakde, "Aku tau, tapi aku ndak akan pernah rela kalo kamu terus-terussan ngomong kalo dia anak sahabatmu!"
Zulaikha akhirnya tahu apa yang dimaksud pakde Arif dia bukan tidak menyayangi Zulaikha, tetapi lebih mengkhawatirkan bagaimana diri Zulaikha hanya satu yang saat ini mengganjal di hati Zulaikha.
Mengapa Pakde Arif membenci wanita itu?
Gadis berperawakan kecil itu menarik napasnya sesak, memilih menjauh dari pintu itu sebelum Pakde dan Bude keluar.
Akan tetapi, di saat Zulaikha ingin melangkah Bude Fatma sudah membuka pintunya lebih dulu.
"Ndok ...," ujarnya tak kalah terkejut dari Zulaikha. Bude Fatma buru-buru menarik tangan Zulaikha menjauh.
"Kamu mendengar semuanya?" tanya Bude Fatma dengan meletakkan tangannya ke atas pundak Zulaikha.
Gadis manis itu lagi-lagi hanya diam, kepalanya saja yang mengangguk.
"Maapin bude ya, Ndok ... bukannya bude gak bisa nerima kamu sebagai anak. Tapi saat kamu ditemukan di depan halaman, Bude yakin kamu anak sahabat bude! Bude yakin dia cuma nitipin kamu ke bude! Terlebih kalo misalkan omongan bude ini jadi kenyataan. Kamu harus tau ibumu wanita hebat, Ndok."
Zulaikha tidak menjawab, gadis itu malah menatap kosong ke arah lain.
Bude Fatma memeluk Zulaikha, lalu pergi meninggalkan gadis yang pikirannya semakin penuh.
Tanpa Zulaikha sadari, batinnya semakin luka ... batinnya penuh dengan rasa sakit dan trauma..
Langkah kakinya berjalan sambil terus menatap kosong, terduduk di bawah pohon beringin tempat dimana menjadi tempat ternyaman untuk bersandar.
Pikirannya melayang kesana kesini, matanya menatap kosong ke depan selama beberapa saat. Hingga akhirnya Zulaikha merasa kepalanya sangat berat, pelupuk matanya memaksa untuk terpejam! Dan Trassh!!!! Zulaikha pinsan.
Dia tidak sadarkan diri hingga larut malam, Bude Fatma dan Pakde Arif panik kelimpungan mencari keberadaan gadis kesayangan mereka, tidak seperti biasanya Zulaikha pergi selalut ini ... biasanya sebelum magrib gadis itu sudah di rumah, mengaji dari magrib sampai Isya.
Seluruh pondok sudah mereka cari kepanikan semakin bertambah, hingga mereka tersadar mereka melewatkan tempat yang padahal sering Zulaikha kunjungi! Yah pohon beringin!
Pakde Arif dan istrinya melangkah cepat ke arah pohon beringin dan benar saja terlihat dari kejauhan Zulaikha sudah tergeletak di bawah pohon tidak sadarkan diri.
Lelaki dengan perawakan besar menggunakan peci putih itu langsung membopong tubuh gadis yang ia sayangi sebagai anak sendiri.
Kemudian Zulaikha dibaringkan di atas ranjang, dibangunkan berkali-kali tidak juga sadar! Semua doa-doa dan usapan air putih di wajah Zulaikha pun tidak juga memberi respon. Gadis itu tetap saja tidak sadarkan diri.
Pakde Arif dan istrinya semakin panik, mereka akhirnya menghubungi Gus Yusuf memberi tahu jika Zulaikha pingsan. Berharap Gus Yusuf bisa memberi pertolongan pada Zulaikha.
Gus Yusuf yang menerima kabar gadis aneh baginya itu pingsan, segera mengakhiri kelas materi belajar untuk santri wanita. Dia bergegas menuju rumah pengurus.
"Assalamualaikum," salam Gus Yusuf.
"Walaikumsalam," jawab pakde Arif dan istrinya secara bersamaan.
Gus Yusuf melihat gadis yang begitu aneh baginya, tergeletak di atas ranjang dan entah mengapa hatinya tidak tenang melihat Zulaikha tergeletak tidak berdaya.
Kemudian Gus Yusuf meminta izin untuk ditemani selama dia membangunkan Zulaikha.
"Zulaikha?" suara Gus Yusuf sangat pelan, pertama kalinya dia menyentuh wajah Zulaikha sedekat ini.
Wajah gadis itu dia pandangi begitu dekat, sangat cantik alami wajahnya terpancar cahaya yang kuat lagi-lagi jantung Gus Yusuf berpacu tidak karuan.
"Gus ...," panggil pakde Arif membuyarkan pikiran Gus Yusuf.
"Astaghfirullah!" ujar Gus Yusuf menyadarkan dirinya.
Sontak Gus Yusuf merapalkan doa-doa sambil menekan dahi Zulaikha. Hal itu rupanya berhasil, Zulaikha sadar memandang wajah Gus Yusuf beberapa detik lalu tubuhnya berhambur memeluk Gus Yusuf.
Bukan main terkejutnya, Bola mata Gus Yusuf sampai membulat dipeluk untuk pertama kalinya dengan perempuan dan anehnya lagi tubuhnya sama sekali tidak memberi penolakan dia malah membalas pelukan Zulaikha secara konstan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta Zulaikha
Teen FictionZulaikha Syauqia Dhiba dibesarkan oleh salah satu seorang pengurus pondok pesantren tempat dimana dia dibuang. Dirinya hidup dikelilingi kebahagiaan, meski setiap harinya ia selalu berdoa agar bisa dipertemukan pada kedua orang tua kandungnya. dia...