"Bagaikan senja yang tenggelam saat keindahannya sedang dinikmati banyak orang. Perasaanku tertinggal pada bola mata yang baru pertama kalinya menatapku, lalu pergi tanpa sempat aku mengambilnya kembali."
-Zulaikha Syauqia Dhiba-
•
•
•
•
•"Ndok," panggil Bude Fatma yang kedatangannya berhasil membuyarkan lamunan Zulaikha di bawah pohon beringin tempat singgah kesukaannya di kala siang.
"Masih suka ngeliatin keluarga yang ngejenguk santri lagi?" sambung bude Fatma kali ini dia duduk di samping Zulaikha sembari merangkul pundak gadis yang selama 17 tahun ia besarkan layaknya anak sendiri.
Zulaikha hanya mengangguk menatap bude Fatma seraya tersenyum manis.
"Sampai kapan, Ndok? Apa ndak cukup ada pakde dan bude?" pertanyaan yang baru saja Bude Fatma lontarkan membuat Zulaikha menunduk.
"Apa masih kurang kasih sayang Pakde, Bude, Kiai dan Nyai di pondok ini?"
Zulaikha menggelengkan kepalanya, "Tapikan beda, Bude."
"Beda?" tanya bude Fatma kembali dia ingin tahu apa yang selama ini Zulaikha pikirkan tentang dia dan suaminya.
Zulaikha terdiam beberapa detik, lalu menatap bude Fatma secara perlahan.
"Aku cuma pengen punya status sebagai anak. Pengen ngerasain punya ibu ... tapi gak tau caranya gimana nyari ibu? Huh!" ucap Zulaikha diiringi dengan helaan napas.
Bude Fatma tersenyum dia hanya diam, tak sanggup menyela perkataan Zulaikha.
Kemudian bola mata Zulaikha berlinang haru, "Makasih ya, Bude. Mungkin kalo aku gak diurus bude aku gak jadi anak yang hebat kayak sekarang. Aku cuma gak habis pikir, kenapa ibuku kok tega ngebuang aku disini."
Jemari Bude Fatma langsung mengusap air mata yang tidak sengaja menetes di pelupuk Zulaikha. "Ndok, apa kamu pernah denger kata-kata tentang sebelum kita dilahirkan?"
Zulaikha hanya menggeleng.
"Kiai selalu bilang pada anak-anak santri yang kekurangan disini, bahwa mereka adalah anak-anak yang kuat. Sebab sebelum manusia dilahirkan ke dunia malaikat sudah bertanya 'APAKAH KAMU YAKIN INGIN LAHIR KE DUNIA?' sebanyak 77 kali dan diperlihatkan gambaran saat kita di dunia nanti, hingga akhirnya kita memilih untuk dilahirkan ke dunia ini karna kita yakin, kita kuat!" Bude Fatma menasehati dengan sangat pelan.
"Ndok, pasti ada gambaran hidup yang bahagia nyampek kamu memutuskan untuk lahir ke dunia ini, Ndok. Tunggu aja yaa ...."
Zulaikha mengangguk, lalu bibirnya merekah menatap Bude Fatma.
"Nah gitu dong! Ini namanya ZULAIKHA, Eh ... aduh, Bude itu sampek lupa, Ndok! Nyai nyuruh kita masak, semua sayur dan bumbu sudah Nyai siapin di dapur umum. Ayok Ndok ... buruan! 30 menit lagi harus sudah siap untuk keluarga penjenguk santri."
Bude Fatma menarik lengan Zulaikha dengan buru-buru menuju dapur umum yang rupanya sudah ditunggu oleh Nyai di depan pintu dapur.
"Fatma, saya harap kamu dan Zulaikha bisa menyelesaikan masakan dalam waktu 30 menit. Maaf jika saya sudah merepotkan, ini mendadak catring yang biasanya kita pesan untuk para keluarga santri tiba-tiba membatalkan pesanan kita. Jadi saya harap kalian bisa menghandlenya yaa ... saya tinggal dulu, Assalamualaikum."
"Walaikumsalam," jawab keduanya secara bersamaan.
"Ayo Zulaikha cepet! Masak apa pun yang kamu bisa dengan bahan yang ada disini ya ...."
Zulaikha diam bola matanya mengedar memperhatikan sayuran itu satu persatu, dia kebingungan harus memulai dari mana.
"Ndok, Ayo! Jangan bingung ... langsung aja masak, angggep aja kita lagi di acara MASTER CHEF!" ujar Bude Fatma sambil terkekeh kecil.
Namun, dengan guyonan bude Fatma selucu apa pun itu Zulaikha hanya tetap tersenyum. Bude Fatma biasa meledek Zulaikha dengan kata-kata (ZULAIKHA ITU GAK AKAN PERNAH KETAWA KALO GAK DISURUH SAMA GUSTI ALLAH!)
Mereka mulai sibuk memasak, suasana dapur selalu hening tidak ada suara apa lagi candaan di setiap hari antara mereka berdua.
Zulaikha adalah orang yang pendiam dan serius, Bude Fatma selalu memahami itu. Jadi tidak sembarang kata jika dia ingin mengobrol pada Zulaikha.
☆☆☆☆30 MENIT☆☆☆☆
Bude Fatma sibuk mempersiapkan makanan yang sudah siap agar segera dihidangkan ke depan.
Sedangkan Zulaikha, dia diberi amanah agar terus mengaduk gulai kari ayam itu hingga tanak.
"Assalamualaikum."
"Walaikumsalam," jawab Zulaikha, bola matanya terpaku pada siapa yang datang.
Zulaikha membeku secara mendadak, ini pertama kalinya dia melihat Gus Yusuf sedekat ini. Paras Gus Yusuf membuat pandangan Zulaikha tidak bisa berpaling darinya, bahkan aroma wangi dari tubuh Gus Yusuf pun sangatlah santun untuk dihirup.
"Maaf, Zulaikha ... saya ditugaskan umi untuk mengecek apa semuanya sudah matang?" tanya Gus Yusuf pada Zulaikha yang tidak menjawab apa-apa atas pertaannya.
Merasa diabaikan, akhirnya Gus Yusuf meninggalkan dapur dengan Zulaikha yang masih diam membeku memandangi Gus Yusuf hingga bayangannya pun hilang.
Cressss ... Cresss, (Bunyi bumbu kari yang mulai mengering.)
"Astaghfirullah," Zulaikha mengusap wajahnya dan langsung mematikan kompor.
Kemudian dia tersipu, mengatur ritme napasnya sembari memegang dadanya yang berdetak tidak karuan.
------------------
Zulaikha berjalan mengantar sebuah nampan yang di atasnya mangkuk kari ayam besar untuk dihidangkan di ruangan aula pertemuan.
"Assalamualaikum, Nyai. Kari ayamnya sudah siap."
"Walaikumsalam, terima kasih Zulaikha."
Zulaikha kembali bertemu Gus Yusuf disana, mereka berpapasan lalu Gus Yusuf tersenyum.
Namun, alih-alih membalas senyuman Gus Yusuf. Zulaikha malah menunduk dan mempercepat laju langkahnya keluar dari ruangan aula.
Hal itu membuat Gus Yusuf mengerutkan dahinya bingung. Dia merasa apa ada yang salah saat pertemuan mereka tadi?
Gus Yusuf memperhatikan Zulaikha dari kejauhan, memandang gadis itu penuh tanda tanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta Zulaikha
Teen FictionZulaikha Syauqia Dhiba dibesarkan oleh salah satu seorang pengurus pondok pesantren tempat dimana dia dibuang. Dirinya hidup dikelilingi kebahagiaan, meski setiap harinya ia selalu berdoa agar bisa dipertemukan pada kedua orang tua kandungnya. dia...