Memikirkannya 💗

10 2 0
                                    


"Mungkin ... aku memang tidak berani menyapamu atau sekedar memandang wajahmu lagi, tetapi ... namamu bisa dengan tegas kusebut di hadapan sang pencipta."

-Zulaikha Syauqia Dhiba-

Bude Fatma menyusul Zulaikha ke dapur dengan jalan yang tergopoh-gopoh.

"Ndok ... kamu jangan gak sopan kayak tadi ya!" ujar Bude Fatma sedikit menaikkan nada bicaranya, teruntuk pertama kalinya Bude Fatma bicara sedikit keras pada Zulaikha.

"Bude liat sendiri Gus Yusuf senyum sama kamu, Ndok! Kamu malah ngeloyor pergi begitu saja nyampek ngebuat wajah Gus Yusuf kebingungan merhatiin kamu dari dalam aula." Bude Fatma menghela napas panjangnya lalu memandang Zulaikha yang sedari tadi menunduk tidak tega.

"Maaf, Ndok ... Bude cuma mau kita sadar diri kita siapa, Gus Yusuf itu orang yang sangat dihargai dan dihormati di pondok ini. Jadi Bude mohon jaga sikapmu dengan Gus Yusuf."

"Paham?"

Zulaikha mengangguk lalu dia keluar, duduk kembali di bawah pohon beringin Memperhatikan semuanya dari atas bukit yang langsung menyajikan pemandangan lapangan pondok dari sana sangat terlihat jelas, walau pun Zulaikha tidak akan nampak dari bawah sana sebab ditutupi oleh ilalang yang panjang.

pikirannya kembali memikirkan Gus Yusuf, jantungnya seketika memacu lebih cepat saat Zulaikha mengingat moment pertemuan tadi, baginya itu sangat berkesan.

Bahkan saat Bude Fatma mengatakan jika Gus Yusuf memandanginya, dirinya merasa tersipu senang sekaligus geli seperti ada yang menggelitik di dalam perut

"Assalamualaikum Zulaikha ...," panggil Gus Yusuf, suara lembut hangat, tetapi asing terdengar membuat Zulaikha menoleh dan bangkit lalu seketika menunduk salah tingkah. "Walaikumsalam."

Gus Yusuf berhenti sekitar satu meter dari tempat duduk Zulaikha.

"Syukurlah kamu disini, saya diberi tahu Bude Fatma tadi ...."

"Eeeee ...," Gus Yusuf menjeda pela suaranya lalu melanjutkannya kembali. "Zulaikha saya mau nanya, apa saat tadi saya ke dapur umum ... saya ada berbuat salah?"

Zulaikha menggeleng sembari menunduk, tidak sanggup untuk menatap wajah Gus Yusuf apa lagi menjawab pertanyaannya.

"Syukurlah, terima kasih Zulaikha ... saya lega jadinya. Jujur tadi saya rada sedikit cemas, takut membuat kesalahan saat tadi saya ke dapur." Gus Yusuf merekahkan kembali bibirnya, tetapi sayang sekali Zulaikha tidak bisa melihat senyuman itu.

"Oh ... iya kebetulan saya mengajar materi kelas didik suci hari ini, kamu boleh ikut gabung nanti datang saja langsung ke keas santri wanita pukul tiga siang."

"Kamu mau?"

"Zulaikha?"

"Zulaikha ...," panggil Gus Yusuf sembari memperhatikan Zulaikha kembali yang sedang berdiri menghadapnya dan menunduk dengan sangat khikmat.

Sedikit terlihat bibir Zulaikha berkomat-kamit seperti sedang merapalkan doa.

Hal itu membuat Gus Yusuf semakin bingung, jika bukan karena kesalahannya? Lalu kenapa? Apa Zulaikha takut pada dirinya? Sehingga bertemu dengan dirinya pun Zulaikha terlihat menunduk sambil merapalkan doa, seperti bertemu hantu dan ingin mengusirnya.

"Zulaikha ...," panggil Gus Yusuf sekali lagi.

Namun, Zulaikha tetap bergeming.

Dan sepertinya Gus Yusuf sekarang semakin penasaran dibuat oleh gadis di hadapannya ini, jadi Gus Yusuf meningkatkan nada suaranya lebih tinggi saat memanggilnya.

"ZULAIKHA!!!"

"Allohumma solli 'alaa muhammad, wa 'alaa aali muhammad, kamaa sollaita 'alaa aali ibroohim, wa baarik 'alaa muhammad, wa 'alaa aali muhammad, kamaa baarokta 'alaa aali ibroohim, fil 'aalamiina innaka hamiidummajiid," suara shalawat Zulaikha tiba-tiba terdengar lantang sebab terkejut oleh panggilan Gus Yusuf.

Gus Yusuf akhirnya diam, sesekali menatap Zulaikha ... gadis itu aneh baginya, tidak pernah ia bertemu gadis seperti Zulaikha. Dia benar-benar menghargai kesuciannya, bahkan saat bertemu dengan Gus Yusuf pun Zulaikha masih bershalawat.

"Maaf, Zulaikha ... jika saya mengganggu. Saya pergi dulu. Assalamualaikum."

"Walaikumsalam," suara jawaban kecil itu tertangkap di telinga Gus Yusuf dan entah mengapa setelah mendengar jawabannya salamnya. Hati Gus Yusuf begitu senang ....

Setelah dirasa langkah kaki Gus Yusuf menghilang, Zulaikha baru berani mengadahkan kepalanya. Dia menatap ke depan sudah tidak ada lagi bayangan Gus Yusuf.

Kemudian dia tersenyum dalam mata terpejam, "Aku tau sekarang, aku mencintai Gus Yusuf ya Allah. Maaf ata perasaan ini." Zulaikha memegang dadanya.

--------------
Adzan Zuhur Berkumandang
---------------

Zulaikha lari buru-buru pulang ke rumah yang telah disediakan oleh pihak pondok pesantren untuk para pengurus pondok.
tidak ingin menunda waktu sholat, dia mengambil wudhu dan sholat Zuhur.

"Ya Rabb, maaf atas perasaanku pada Gus Yusuf ... hilangkan perasaan ini jika memang salah ya Allah, Amin." Zulaikha meraup wajahnya.

Doa kali ini agak berbeda dengan hari sebelumnya, biasanya hanya doa untuk kedua orang tua Zulaikha saja. Tetapi ... kali ini ada nama Gus Yusuf terselip disana.

"Sudah selesai sholat, Ndok?" tanya Bude Fatma yang baru datang menemui Zulaikha di kamar.

"Duduk sini," ujarnya sambil menepuk kasur di samping kirinya.

Zulaikha pun menururi Bude lalu duduk di sampingnya tanpa membuka mukenah terlebih dulu.

"Ndok ... kamu lihat foto ini," Bude Fatma menunjukkan satu kertas foto pada Zulaikha.

"Ini sahabat Bude, dia dulu pengurus pondok juga disini. Tetapi nahas nasipnya ndak baik, dia diusir dari sini saat dirinya ketahuan hamil!" perkataan bude Fatma tercekat, dia hening beberapa detik lalu melanjutkan perkataannya kembali.

"Padahal itu bukan kesalahannya, dia hanyalah korban dari orang-orang terkutuk!!!"

Zulaikha menatap wajah Bude Fatma yang tiba-tiba berubah menjadi merah padam.

"Semenjak kepergiannya, Bude mencatat bulan kehamilannya dan kamu tau, Ndok?" tanya Bude Fatma pada Zulaikha yang masih bergeming.

"Bulan dimana kamu ditemukan adalah bulan yang sama dengan catatan bulan kelahirannya."

Bude Fatma menatap wajah Zulaikha dengan air mata yang tertahan di pelupuk matanya.

"Bude gak tau pasti ibumu siapa, tapi yang jelas wajahmu mengingatkan Bude padanya."

Bude Fatma membandingkan foto itu pada wajah Zulaikha dengan mensejajarkan foto itu dengan wajahnya.

"Betulkan ... kalian sangat mirip." Setetes air mata Bude Fatma lolos tidak tertahan lagi.


Takdir Cinta ZulaikhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang