🐍6

8.9K 526 30
                                    

Happy Reading!

"Apa yang kakak lakukan di sini?"tanya Nay mendekat lalu ikut duduk di samping kolam.

"Putri Swara."jawab Nai cepat.

"Kenapa dengan putri Swara?"tanya Nay berubah panik.

"Entahlah, kakak hanya merasa akan ada hal besar yang akan terjadi nanti."sahut Nai tanpa ekspresi.

"Maksud kakak?"tanya Nay tak mengerti.

"Kita bertindak terlalu jauh, Nay. Dan suatu hari nanti kita harus membayar atas apa yang telah kita lakukan."ucap Nai tak jelas.

"Memang kakak berhutang di mana sampai kita harus bayar?"tanya Nay heboh membuat Nai menghela napas.

Nay langsung tersenyum lalu menepuk pundak sang kakak."Sudahlah, kenapa memikirkan tentang putri Swara. Kitakan harusnya bahagia karena kak Alvard sudah menikah dan sekarang aku harus menyiapkan pesta besar yang akan diadakan 3 hari lagi."ucap Nay antusias.

"Kamu tidak takut Putri Swara membalas perbuatan kita?"tanya Nai membuat senyum Nay menghilang seketika.

"Kan ada kakak."tunjuk Nay tenang membuat Nai mengernyit.

"Ada apa dengan ku?"tanya Nai bingung.

"Dekati Putri Swara dan jadikan ia istrimu."bisik Nay membuat Nai langsung terdiam.

"Hm, ide yang bagus."ucap Nai lalu mengelus lembut kepala adik kesayangannya itu.

"Apa kita harus bersandiwara lagi untuk itu?"tanya Nay cepat.

"Tentu. Susun rencananya adik ku,  sayang."sahut Nai dengan senyum licik.

"Baiklah. Tapi sebelum itu, aku harus menyiapkan makanan dulu untuk kak Alvard. Pengantin baru kita tidak boleh kehabisan tenaga untuk 3 hari ke depan."ucap Nay dengan kedipan manja membuat Naima tertawa keras.

"Kamu memang adik yang nakal, tapi kakak rasa itu tidak perlu. Kak Alvard punya tenaga lebih untuk itu."terang Naima membuat mereka tertawa bersama.

***

Di sebuah kamar terlihat seorang pria sedang mengayunkan pinggangnya dan terus memompa wanita di bawahnya yang masih menutup mata.

Goyangannya kadang lambat, cepat bahkan sangat cepat. Namun sekasar apapun dia bergerak wanita di bawahnya tak memberi respon sekalipun.

Sama seperti saat ini, Alvard yang sudah bercucuran keringat terus menaikkan tempo hujamannya saat senjatanya kembali mengembang. Rasanya tetap saja nikmat meski istri yang dia tiduri tak mengeluarkan desahan sedikitpun.

Pompaannya semakin keras dan dalam, hingga.

"Ahhhhhhh" Alvard mendesah panjang lalu segera menarik miliknya setelah puas menumpahkan benihnya di rahim sang istri. Entah berapa kali dia pelepasan selama tiga hari ini namun yang jelas tadi akan menjadi yang terakhir.

Alvard segera turun dari tempat tidur lalu memandang ke arah tubuh Nandini. Sepertinya racun di tubuh istrinya sudah hilang mengingat warna kulit Nandini sudah kembali normal.

"Walaupun tidak sadar tetap saja rasanya nikmat."gumam Alvard lalu bergegas menyelimuti tubuh istrinya kemudian melangkah menuju ointu yang tiga hari ini tak pernah terbuka.

Alvard memanggil Nay yang sedang sibuk memerintah beberapa pelayan untuk mengatur pesta pernikahannya dengan Nandini.

"Wah, sudah selesai ya?"tanya Nay dengan senyum tipis membuat Alvard memicing.

"Ikut kakak!"titah Alvard datar membuat Nay dengan cepat mengangguk.

"Ada apa kak?"tanya Nay dengan pelan setelah ia dan sang kakak memasuki kamar yang pernah terkunci selama tiga hari tiga malam itu.

"Bersihkan badan Nandini dan gantikan bajunya!" titah Alvard tegas.

"Pakaikan bukan gantikan."sela Nay cepat membuat Alvard menatap tajam.

"Terserah, cepat lakukan!"titah Alvard lalu melangkah memasuki kamar mandi.

"Kak Alvard!"jerit Nay tiba-tiba membuat Alvard yang baru saja ingin  mandi dengan cepat berlari keluar.

"Ada apa?"tanya Alvard panik.

"Kak Alvard sepertinya membutuhkan tiga hari lagi atau tujuh hari lagi, tujuh hari lagi kak."ucap Nay menggebu-gebu membuat Alvard langsung melotot.

"Apa racunnya masih belum sepenuhnya hilang?"tanya Alvard khawatir. Dia sudah bersiap ingin keluar memanggil tabib istana.

"Lihat, kak! Kemarin tubuh kak Nandini warnanya biru sekarang warnanya merah. Tubuh kak Nandini berubah merah, apalagi bagian lehernya."ucap Nay sok panik membuat Alvard menggeram marah.

"Nay!" tegur Alvard dingin.

"Bukan racun ya?"tanya Nay polos lalu terkekeh. Kak Alvard ganas juga, batinnya. Sedang Alvard melanjutkan rencananya untuk mandi.

Setelah mandi dan berpakaian, Alvard segera mendekati tubuh istrinya yang sudah memakai gaun dan perhiasan mewah. Nay benar-benar melakukan tugasnya dengan baik.

Alvard dengan pelan mendekat lalu menyentuh pipi istrinya dengan lembut.

"Engghh"lenguhan kecil dari Nandini membuat Alvard segera mundur dan langsung memasang wajah dingin.

Mata Nandini secara perlahan mulai terbuka dan hal pertama yang ia lihat adalah wajah dingin seorang pria tampan.

Tumbal warga desa, ular besar, ayahnya yang hampir mati, lalu pernikahan.

Nandini langsung melotot begitu mengingat segalanya. Ia langsung berpikir untuk lari namun saat mencoba bergerak, tubuhnya mati rasa. Nandini bergetar panik, ia bahkan tak mampu walau sekedar hanya untuk menggerakkan lengannya.

"Hiks" Akhirnya hanya sebuah isakan yang bisa ia keluarkan, itupun tak begitu jelas.

"Kenapa menangis?"tanya Alvard datar.

"Tubuh ku tidak bisa bergerak."adu Nandini panik.

Bersambung

SNAKE PRINCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang