🐍8

7.3K 424 26
                                    

Happy Reading!

"Haha kak Nandini benar-benar lucu."ucap Nay yang terus saja tertawa walau ia sudah kembali ke kamarnya.

"Ada apa lagi, Nay?"tanya Naima geram. Tidak masalah jika adiknya itu selalu membuat masalah tapi sekarang justru terlihat seperti orang gila karena terus tertawa.

"Kau tidak melakukan sesuatu yang aneh kan?"tanya Alvard waspada.

"Sabar kakak-kakakku tersayang. Aku akan ceritakan pada kalian apa yang terjadi tapi sebelum itu biarkan putri yang cantik ini untuk mandi dulu."ucap Nay lembut lalu segera berlari menuju kamar mandi.

Naima dan Alvard hanya bisa menggeleng pelan.

"Apa dia benar adik kita?"tanya Naima serius membuat Alvard menghembuskan napas kecewa.

"Sepertinya bukan."

"Benarkan? Sudah kuduga ia pasti bukan adik kita."

"Apa yang sedang kalian bicarakan?"tanya Nay penuh selidik secara tiba-tiba.

"Tidak jadi mandi?"tanya Naima lalu menatap tubuh sang adik dari atas hingga bawah yang masih berpakaian secara utuh.

"Setelah dipikir-pikir sepertinya aku tidak akan bisa mandi dengan tenang  sebelum memberitahu kalian tentang reaksi kak Nandini tadi hahahahahaha.. "namun sebelum cerita, Nay justru kembali tertawa dengan keras membuat Naima dan Alvard menghembuskan napas lelah.

"Cepat cerita lalu pergi mandi!"titah Alvard tegas membuat tawa Nay langsung berhenti berganti dengusan kecil.

"Kak Alvard jahat sekali. Padahal aku kan sudah membantu."teriak Nay kesal di depan wajah sang kakak.

"Nay!" tegur Alvard dingin. Dia tak suka basa-basi.

"Sudahlah! cepat ceritakan saja, jangan membuat kami penasaran."tegur Naima walau sebenarnya dia sama sekali tidak penasaran.

"Tadi itu__ "

"Arghhhh!"

Tiba-tiba terdengar teriakan yang sangat keras dari arah luar membuat Nay berhenti bicara.

"Seperti suara teriakan kak Nandini."gumam Nay pelan. Sedang Alvard dan Naima sudah berlari keluar kamar untuk memeriksa teriakan tadi.

"Ck! Kenapa aku ditinggal?"teriak Nay kesal lalu segera menyusul kedua kakaknya.

Nay langsung mengernyit saat tiba di tempat kejadian.

"Apa yang terjadi?"tanya Nay heran saat ia melihat kakak iparnya sedang menangis histeris dipelukan sang suami.

"Cepat tanyakan apa yang terjadi!"titah Naima membuat Nay mengangguk lalu bergerak maju.


"Kak Nandini."panggil Nay membuat Nandini menoleh lalu segera beralih memeluk adik iparnya itu.


"Nay, kakak takut."isak Nandini membuat Nay mengernyit.

"Takut apa, kak?" tanya Nay pelan.

"Tadi ada__ "

"Iya kak, tadi ada apa?"tanya Nay masih berusaha sabar. Pasalnya jiwa keponya sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi.

"Ular. Ada ular kecil. Ada banyak sekali di depan pintu."beritahu Nandini membuat Nay dan yang lainnya terdiam kaku.

"Ular?"gumam Alvard. Kalau ada ular di sini, bukankah itu adalah hal yang wajar. Ini kan memang istana ular.

"Ya Ampun. Ada ular di sini. Ular!"teriak Nay seolah takut membuat Alvard dan Naima mendengus pelan. Kenapa ular harus takut dengan ular?

"Tapi kak Nandini tidak terluka kan?"tanya Naima ramah. Dia sudah bisa memahami situasi. Kakak iparnya itu kan lupa ingatan, tentu saja tidak akan ingat di mana saat ini ia berada.

"Tidak,"jawab Nandini lemah "Hanya saja tadi aku tidak sengaja menginjak ular-ular kecil itu."beritahu Nandini membuat semua orang yang ada di sana melotot tak percaya.

"Kau injak? Lalu di mana ular-ular itu sekarang?"bentak Alvard marah lalu berusaha mencari jejak ular yang terluka. Jika itu ular kecil maka bisa saja itu keponakannya yang memang sering bermain di depan pintu.

"Kak Alvard kenapa?"tanya Nandini ketakutan membuat Alvard menyadari kesalahannya. Tidaj seharusnya dia membentak istrinya meskipun begitu cemas pada nasib para keponakannya.

Tapi sebelum Alvard meminta maaf, Nay sudah terlebih dahulu menyela."Itu pasti karena kak Alvard khawatir. Untung saja ularnya tidak menggigit kakak. Tapi kenapa kakak berani sekali menginjak anak ular?" tanya Nay dengan nada suara tenang, seperti tidak ada masalah. Padahal dalam hati begitu ketar-ketir kalau tubuh keponakan kecilnya gepeng setelah kena pijak.

"Sebenarnya setelah menginjaknya tadi, kakak juga memukul kelima ular kecil itu sampai berdarah dengan kayu."ucap Nandini bangga karena sudah berani melawan lima ekor ular kecil.

"Apa? Dipukul? Berdarah?"teriak Nay keras. Terlalu terkejut dengan pernyataan yang baru saja dilontarkan oleh kakak iparnya itu.

Kalau cuma diinjak dengan kaki kakak iparnya yang kecil dan mulus itu, kelima ponakannya mungkin masih bisa selamat. Tapi jika sampai dipukul hingga berdarah, keponakannya bisa langsung masuk tanah.

"Pengawal, cari ponakanku eh maksudnya kelima ular kecil tadi sampai ketemu!"teriak Nay keras memerintah dua pengawal di depan pintu.

Bersambung

SNAKE PRINCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang