🐍9

5.4K 369 41
                                    

Happy Reading!

Alvard langsung menarik lengan Nandini menuju kamar kemudian mendorong tubuh wanita itu ke atas tempat tidur.

"Kenapa kamu melakukan hal seperti itu kepada para ular?"tanya Alvard marah.

"A_aku takut."jawab Nandini serak karena menahan tangis.

"Takut, takut kenapa? ular-ular itu bahkan tidak menyakitimu."ucap Alvard dingin membuat Nandini semakin ketakutan.

"Kamu benar. Aku seharusnya takut padamu bukan dengan ular-ular kecil."ucap Nandini terisak membuat Alvard sadar telah membuat istrinya ketakutan.

"Maaf, sayang. Tapi lain kali jangan bertindak seperti itu lagi. Ular-ular itu pasti ingin hidup sama seperti kita." jelas Alvard dengan nada lembut lalu menghujani wajah Nandini dengan kecupan-kecupan singkat. Biarlah sekarang ia menenangkan istrinya dulu baru nanti mengurus kelima ponakannya yang terluka atau bahkan mungkin sudah tiada.

"Ular-ular tadi tidak mati. Aku hanya memukul kayu ke lantai agar mereka menjauh."ucap Nandini jujur. Sepertinya suaminya sangat menyayangi binatang hingga marah disaat tau ia memukul ular.

"Lalu apa maksudmu sampai berdarah tadi?"tanya Alvard bingung.

"Oh itu maksudnya, aku menggunakan kayu hingga tanganku berdarah."jawab Nandini sambil menunjukkan telapak tangannya yang memang terdapat luka lecet serta noda darah yang mulai mengering. Nandini tadi hanya bersikap sombong bahwa ia berani. Namun nyatanya ia bahkan langsung bergerak mundur begitu melihat ular.

Alvard mengusap luka istrinya lalu  berdiri."Tunggu di sini!"ucap Alvard. Dia akan mencari tanaman herbal yang bisa digunakan untuk mengobati luka.

"Kak Alvard."panggil Nay. Ia sudah menunggu di luar untuk menyampaikan kabar penting.

"Ada apa lagi, putri Nay?"tanya Alvard malas.

"Aku cuma mau beritahu kalau keponakan kita baik-baik saja. Jadi kakak jangan cemas dan yang paling penting jangan memarahi kakak ipar."

"Iya."sahut Alvard lalu melanjutkan langkahnya.

"Ih kak Alvard jahat."teriak Nay kesal lalu segera menjauh dari sana. Lain kali jika kakaknya minta tolong, ia tidak akan mau.

Setelah menemukan tanaman obat, Alvard segera kembali ke kamar dan langsung mengambil posisi di samping istrinya.

"Ulurkan tanganmu!" titah Alvard dingin membuat Nandini bingung. Suaminya ini cepat sekali berubah. Tadi marah lalu berubah baik dan sekarang malah dingin.

"Ular-ular tadi sudah ketemu?"tanya Nandini polos mengira bahwa ular tadi adalah peliharaan suaminya.

"Sudah. Mereka sudah kembali bersama dengan orang tuanya."beritahu Alvard jujur membuat Nandini melotot. Suaminya ini mau melawak tapi tidak lucu sama sekali. Namun Nandini tetap menghargai usaha suaminya untuk membuatnya tertawa.

"Hahahaha"

"Kenapa tertawa?"tanya Alvard bingung saat istrinya tiba-tiba saja tertawa.

"Em__tidak ada."jawab Nandini gugup. Jadi sedang tidak melawak atau mungkin suaminya juga memelihara induk ular. Iya, itu bisa saja.

"Sudah selesai."ucap Alvard datar.

"Yaa.. terima kasih."ucap Nandini pelan lalu menarik tangannya yang masih digenggam meski katanya sudah selesai diobati.

"Besok malam adalah resepsi pernikahan kita, jadi kamu harus beristirahat."ucap Alvard lembut membuat Nandini lagi-lagi terpaku atas perubahan sikap suaminya.

"Kak Alvard mau ke mana? Kenapa tidak ikut istirahat."tanya Nandini cepat.

"Menengok ponakanku yang tadi kamu injak."jawab Alvard santai.

"Kakak bicara apa? Aku tadi nginjak ular bukan keponakan kakak."

"Iya. Ular itu adalah keponakanku."sahut Alvard santai membuat Nandini melotot.

"Jangan-jangan kakak adalah___"

"Iya. Aku adalah ular." ucap Alvard cepat membuat tubuh Nandini menegang. Padahal ia pikir suaminya adalah pawang ular. Tapi malah mengaku ular.

"Ular?"tanya Nandini memastikan.

"Iya. Apa kamu tidak percaya?"tanya Alvard sedikit kesal karena merasa jika Nandini sedang meragukan identitas aslinya.

"Percaya. Sangat percaya."ucap Nandini cepat lalu tertawa pelan.

"Mau bukti?"tawar Alvard. Dia yakin jika Nandini pasti menganggap ucapannya tadi hanyalah sebuah candaan saja.

"Boleh. Kak Alvard mau apa? mendesis atau melata di dinding?" tanya Nandini dengan ekspresi biasa seperti tak takut pada apapun.

"Baiklah akan kakak buktikan."ucap Alvard dengan suara berat membuat Nandini menelan ludah kasar.

"Buktikan apa? Arghhhh_"jerit Nandini kencang saat melihat suaminya berubah menjadi ular hitam yang sangat besar.

"Ular arghhh tolongggg!"teriak Nandini lalu melempar semua benda yang bisa ia raih ke arah ular besar di depannya.

Mendengar teriakan Nandini dan juga isak tangisnya membuat Alvard tersadar dari kebodohannya. Saat ini dia harus melawan egonya, lagipula bukankah lebih baik jika Nandini tidak tau bahwa dia adalah ular.

Dan bodohnya sekarang dia malah tunjukkan identitas aslinya sebagai seekor ular.

Lalu bagaimana jika Nandini justru berakhir takut pada dirinya?

Bersambung

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SNAKE PRINCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang