1 [Dunia Jaemin]

11.4K 496 4
                                    

Jam menunjukkan pukul 12 malam,namun Jaemin masih sibuk berkutat dengan rumus dan angka di meja belajarnya.Jari jarinya tak henti menggores tinta pena di lembar putih buku,sebelah tangannya yang bebas memijit kepalanya yang terasa pusing karena terus membaca deretan angka angka di buku.Suasana rumah berlantai tiga tersebut cukup sepi tanpa suara apapun selain dari kamar Jaemin yang begitu luas

"Gue belum makan ya?"monolognya kala tak sengaja menatap jam yang tergantung di dinding kamarnya,ia meletakkan asal pena di meja lantas meraih handphone nya

"Jeno dong solusinya"kekeh Jaemin seraya menekan kontak Jeno

"Halo?"

Dering kedua,suara Jeno terdengar

"Lo dimana Jen?udah selesai balapan?"seperti biasa,dunia para remaja tak jauh jauh dari kenakalan seperti balapan liar dan tawuran

"Udah,otw pulang nih"

"Titip ayam geprek dong Jen,sekalian aja nginap di sini"

"Miskin lo?"

Jaemin terkekeh pelan

"Gak pake lama ya,gue tunggu"Tanpa mendengar jawaban Jeno,Jaemin memutuskan sambungan telepon.Cukup percaya diri bahwa Jung Jeno --sahabatnya sedari kecil-- akan datang walau dengan wajah kesalnya

"Sepi"Gumam Jaemin kala tak mendengar suara apapun.Ayahnya yang seorang pengusaha sukses cukup sibuk dan memilih tinggal di apartemen yang dekat dengan kantornya,sementara sang ibu akan pulang sebulan sekali karena kesibukannya sebagai model terkenal.Jaemin menghela nafas

"Jangan malu maluin Keluarga Nakamoto Jaemin"

"Kamu keturunan Nakamoto,kamu harus bersyukur akan hal itu"

"Nilai kamu harus sempurna,kamu satu satunya pewaris perusahaan ayah"

"Jangan jadiin sakit sebagai alasan,mama gak mau punya anak bodoh"

Jaemin menghela nafas gusar sebelum kembali mengambil pena,berkutat dengan rumus rumus dan deretan angka.Mengabaikan rasa pusing yang datang

Tes

Jaemin mengernyit,mengusap cairan merah yang baru saja menetes ke bukunya.Sedetik kemudian segera menyambar tissue kala sadar ia mimisan

"Ini..udah 4 kali gue mimisan hari ini"Gumam Jaemin,kembali menarik tissue kala darah yang mengalir dari hidungnya tak mau berhenti

"Gue kenapa sih?"

Beberapa menit kemudian mimisan Jaemin berhenti,ia menatap banyaknya tissue berlumur darah di mejanya,ia mengerjap beberapa kali saat kepalanya terasa sedikit pusing,segera membuang tissue tissue tersebut ke tong sampah di dekat meja belajar

"Huftt,cuma dikit lagi kok"Ucap Jaemin sembari kembali meraih penanya,memilih kembali melanjutkan acara belajarnya walau waktu kian larut.Tak lama kemudian tanpa sadar ia terlelap dengan beralaskan buku buku,seperti biasanya.

.

.

.

.
Cklekk

"Kebiasaan"Gumam Jeno kala melihat Jaemin yang tertidur di meja belajar,ia meletakkan pesanan Jaemin di nakas dan mendekat,menggendong Jaemin ala koala dan menidurkannya ke kasur

Ia mulai merapikan buku buku Jaemin,namun gerakannya terhenti kala melihat noda darah di salah satu buku,ia berbalik,menatap Jaemin yang tertidur pulas

'Gak ada luka',batinnya

Ia kembali membereskan meja belajar Jaemin,membuang bungkus bungkus permen yang berserakan,namun lagi lagi terdiam kala melihat tissue berlumur darah di tong sampah,tanpa jijik Jeno mengambil tissue tersebut

"Darah?"Jeno mendekat pada Jaemin,menatap wajah sahabatnya seksama,kian mendekat kala sadar ada bercak darah di hidung Jaemin

"Lo kenapa sih Jaem?"Jeno duduk di pinggir kasur,meraup wajahnya kasar.awalnya ia pikir ini hanya cat,karena Jaemin belajar melukis pada Renjun beberapa waktu lalu,namun kini Jeno yakin ini darah,ia sering menemukan tissue berlumur darah kala datang ke kamar Jaemin,membuatnya benar benar khawatir pada keadaan sahabatnya itu

"Tetep baik baik aja Jaem,gue bakal bawa lo pergi dari mereka"Jeno tau ini salah,tapi..ia membenci kedua orang tua Jaemin.Mereka..benar benar orang tua yang buruk.
.

.

.

.

PLAKK

Kepala Jaemin tertoleh dengan sudut bibir berdarah,telinganya berdenging kencang dengan pipi memanas sekaligus perih akibat tamparan

"Benar benar memalukan"Desis Yuta dingin,Jaemin menunduk dengan tangan yang kian kencang mencengkram tali tas nya

"APA APAAN INI NAKAMOTO JAEMIN?"

Srakk

Jaemin meringis pelan kala lembaran lembaran nilai tersebut menghantam mukanya

"Apa yang kamu lakukan hah?kamu lihat nilai nilai kamu?apa nilai nilai ini pantas?jangan mempermalukan keluarga Nakamoto,Jaemin"

"Kamu lihat kelakuan kamu sekarang,persis seperti berandalan,balapan dan tawuran"

"Jaemin gak-"

"Sekarang bahkan kamu berani menjawab?"Sela Yuta,menatap putranya yang kembali menunduk dengan tajam

"Sekali lagi Ayah dapat telepon kalau nilai kamu turun,semua fasilitas kamu ayah sita"

"Maaf ayah"Hanya itu yang bisa Jaemin ucapkan,mau menjelaskan pun Yuta tak akan mendengarnya

"Masuk kamar dan belajar"Yuta memakai jas nya dan hendak berlalu

"Ayah lembur lagi?"Tanya Jaemin menatap sang Ayah

"Ya,dan mama sibuk jadi mungkin gak akan pulang sampe akhir tahun"Jaemin terkekeh hambar,berhasil menarik atensi Yuta untuk kembali menatap wajah sang anak yang memiliki beberapa luka

"Ayah sama mama selalu sibuk,sehari aja gak bisa kalian di rumah?"Tanya Jaemin pelan

"Kamu bukan lagi anak kecil Jaemin,jangan bersikap kekanak kanakan"

"Ayah pergi"Jaemin mendengus,menatap Yuta yang hilang di balik pintu utama.Meninggalkannya dalam kesunyian yang telah ia rasakan bertahun tahun lamanya

"Ya,kalian sibuk.Sibuk banget sampe ga ingat apapun soal Jaemin"

"Apa mungkin kalian juga lupa kalau ngurus Jaemin adalah kewajiban kalian sebagai orang tua?"

Jangan lupa vote dan komen,maaf kalau ada banyak kekurangan,cerita ini murni karya aku.

See you

Tentang Duka [Na Jaemin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang