Dua Belas

17.1K 1.3K 33
                                    

Happy Reading!

Alzhe berdiri di depan pintu kamar Salsa, sudah terhitung 15 menit ia hanya berdiri. Setelah kejadian di kantin tadi siang, Alzhe berusaha untuk meminta maaf, namun Salsa seakan menghindari darinya.

Ceklek

"Loh Abang, ngapain?"

Saat pintu terbuka dari dalam, Salsa muncul dengan piyama tidurnya, memang hari sudah malam, dan Alzhe baru pulang terlihat dari seragam sekolah yang masih melekat padanya.

Alzhe diam memperhatikan ekspresi Salsa yang terlihat biasa saja, tidak ada tanda-tanda ia kecewa atau marah pada Alzhe.

"Maaf dek"

"Maksudnya?" Tanya Salsa.

"Maaf karena tadi siang abang bentak kamu" Alzhe menundukkan pandangannya, memilih menatap kakinya yang masih terbalut kaos kaki putih.

Salsa diam, tanpa Alzhe sadari Salsa mencengkram gagang pintu kamarnya.

Alzhe mendongak ketika tak mendapatkan jawaban.

"Maafin abang ya dek, Abang terlalu khawatir tanpa sadar marah-marah sama kamu, Abang ga sengaja" sesal Alzhe, ia benar-benar takut Salsa marah padanya.

"Gapapa, itu bukan salah abang kok, wajar kalo Abang se khawatir itu" kata Salsa, namun beda dengan suasana hatinya ketika mengingat perlakuan Alzhe.

Ingatkan Salsa pernah menjadi babu sekolah di kehidupan sebelumnya. Hal seperti yang Alzhe berikan padanya sudah menjadi makanan sehari-hari ia dulu. Namun entah kenapa rasanya lebih sakit daripada ketika ia diperlakukan buruk oleh anak-anak sekolahnya dulu.

"Kamu beneran ga marah kan?" Tanya Alzhe memastikan dan Salsa hanya mengangguk dengan senyum tipisnya.

"Makasih sayang" Alzhe pun memeluk tubuh adiknya, ia lega Salsa tak marah padanya.

"Abang kok baru pulang?" Tanya Salsa setelah pelukan mereka terlepas.

"Abang dari apartemennya Kevin"

"Oooh"

"Abang ke kamar dulu ya, mau mandi"

Setelah itu Alzhe pergi ke kamar yang ada di samping kamar Salsa. Salsa masuk kedalam kamarnya, tadinya ia ingin ke bawah mengambil minum, namun ia urungkan setelah pertemuannya dengan Alzhe tadi.

Salsa duduk di atas tempat tidurnya, ia diam menatap jendela kamarnya yang memperlihatkan langit malam.

"Aku ga boleh terlalu tenggelam pada rasa nyaman ini, karena mereka hanya tokoh fiksi" gumam Salsa.

"Lagipun mereka adalah keluarga Salsa bukan kamu Dinda" Salsa meyakinkan dirinya bahwa semua yang ia dapatkan tak selamanya akan ia rasakan, walaupun kasih sayang keluarga Alexandra berikan berhasil meluluhkan hatinya yang beku.

Terkadang Salsa ingin egois untuk mempertahankan semua yang ia dapat saat ini, tapi di sisi lain ia terus dihantui pada rasa bersalah, seharusnya semua perlakuan ini didapatkan oleh Salsa yang asli.

"Apa yang akan terjadi jika mereka tau aku bukan Salsa yang asli" lirih Salsa.

*****

Sebuah kamar yang hanya di terangi oleh lampu tidur terdapat seorang pemuda yang tengah memandang langit-langit kamarnya.

"Salsa"

Pemuda yang tak lain adalah Adrian memejamkan matanya seraya terus menggumamkan nama Salsa.

Di tangannya terdapat gelang kecil dengan hiasan permata. Adrian membuka matanya dan mengangkat tangan yang memperlihatkan gelang kecil yang sudah lama ia simpan.

FIGURAN NOVEL (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang