20

171 5 0
                                    

Drako membawa kekasihnya ke dalam kamar. Sementara Drako sedang memeriksa laporan yang dikirim bawahannya melalui email, Jessy memilih duduk sambil menyilang kaki. Ia bersandar santai, tapi hatinya tampak sedikit dongkol.
“Mau sampai kapan kamu mengacuhkanku?”
Drako mematikan ponselnya dan meletakannya di atas nakas. Ia kemudian menghampiri Jessy. “Maaf, bukan begitu, kamu kan tahu saat ini aku benar-benar sibuk. Bahkan aku kadang sampai lupa mengurus diriku.”
Jessy merengut, tapi tetap menjatuhkan diri dalam pelukan Drako. “Kamu juga harus mengerti kalau aku merindukanmu.”
Satu kecupan mendarat di bibir Jessy. “Baiklah aku minta maaf. Malam ini kita bisa bersama sampai pagi.”
Senyum Jessy melebar kemudian bergelayut semakin dalam.
Seperempat jam berlalu, Drako memakai pakaiannya kembali. Meski singkat, tampaknya membuat Jessy terkapar di atas ranjang. Wanita itu sepertinya sudah terlelap.
“Aku bahkan hanya melakukan dengan waktu sangat singkat, tapi kenapa dia bisa sampai  lemas begitu?”
Drako tersenyum tipis lalu mengancing kemejanya yang tersisa di bagian atas. Ia kemudian memakai celananya sambil melenggak ke luar saat hendak mengancing bagian resletingnya.
“Oh, maaf, Tuan.” Mayumi spontan berbalik badan saat tidak sengaja melihat Drako yang berdiri di depan pintu sambil mengancing celanya yang belum beres.
Drako bergerak lebih cepat lalu mendongak. “Mayumi,” celetuknya.
Mayumi hanya mengangguk tanpa menoleh. Ia tidak mau melihat hal yang memang tak seharusnya ia lihat.
“Tidak apa-apa. berbalik saja,” ucap Drako.
Mayumi berbalik badan dan sekali lagi dia menundukkan kepala. Di tangannya ia membawa nampan berisi cangkir putih dengan kopi panas di dalamnya.
“Mau ke mana?’ tanya Drako.
Mayumi tersenyum. “Mengantar minuman untuk Tuan Frans.”
“Bolehkah buatkan satu untukku?”
“Tentu sa—”
“Siapa kamu!” pintu kamar terbuka dan suara itu langsung menyalak membuat Mayumi yang berdiri di depan pintu sempat terjungkat.
Frans menarik Mayumi ke dalam kamarnya lalu ia berdiri menatap tajam ke arah Drako. “Kamu punya dua kaki dan dua tangan, sebaiknya buatlah sendiri!”
Brak!
Frans membanting pintu dan sekali lagi membuat Mayumi terjungkat sampai membuat kopi di dalam cangkir bergoyang. Jantung Mayumi mendadak berdegup begitu cepat saat ini. Ia melihat wajah Tuannya itu sudah datar dan pasi.  Lalu saat tiba-tiba Frans mengumpat dengan keras, saat itulah Mayumi menjatuhkan nampan yang semual ia genggam erat. Cangkir ikut terjatuh dan kopi sudah berceceran di atas lantai.
Ada apa ini? Kenapa dia sangat marah?
Mayumi gemetaran hebat. Sambil menahan tubuhnya yang gemetaran, Mayumi perlahan berjongkok untuk mengambil nampan dan cangkir yang pecah itu. Namun, belum sampai tangan Mayumi berhasil meraih nampan itu, Frans sudah lebih dulu menarik tangan Mayumi. Frans kemudian mencengkeram bagian kerah baju dan mencengkeram satu tangan Mayumi. Mayumi yang panik beberapa saat hanya melongo melihat tatapan Frans yang tampak seperti pembunuh.
Bugh!
Dengan cepat Frans mendorong tubuh Mayumi hingga terpelanting jatuh ke atas ranjang. Mayumi yang mulai ketakutan sudah merasakan napasnya tersengal-sengal. Mayumi mencoba untuk bangkit dan turun dari atas ranjang, tapi dengan cepat Frans menguncinya dengan cara bertumpu di atasnya. Frans bertumpu pada kedua lututnya sambil membekap kedua kaki Mayumi yang berontak, sementara dua satu tangannya mencengkeram kedua pergelangan tangan Mayumi di atas kepala Mayumi sendiri.
“Tuan, lepaskan aku! Tuan!” Mayumi bisa saja berteriak, tapi entah kenapa dia malah hanya focus berontak tanpa bisa mengeluarkan suara. “Apa yang Tuan Frans lakukan?”
Tidak tahu lagi harus apa, Mayumi mulai kehabisan tenaga. Ia tak bisa berteriak apalagi saat Frans dengan senonoh mulai meraih bibir Mayumi dengan ganas. Namun, Ketika air mata Mayumi menetes, saat itulah Frans bangkit. Ia mundur dengan cepat lalu melompat turun dari atas ranjang. Frans mengelap bibirnya yang basah, sementara kedua matanya menatap ke arah Mayumi yang sedang menangis sambil menarik bajunya yang tersingkap. Mayumi duduk dengan kedua kakinya tertekuk ke belakang membentuk huruf W, Sedangkan kedua tangannya sudah memeluk tubuhnya sendiri.
“Maafkan aku,” ucap Frans dengan nada penuh penyesalan. “Aku tidak bermaksud. Aku hanya … hanya, aku hanya sedang kesal!” kalimat terakhir diucapkan dengan nada tinggi membuat Mayumi mengangkat wajah.
Mayumi mengelap wajahnya yang basah dengan kedua tangannya. Dia perlahan bergeser dan turun dari atas ranjang. Frans cukup bingung kenapa Mayumi tidak berteriak atau berontak Ketika sudah terlepas. Wanita itu tampak tenang, tapi terlihat sekali wajahnya sedang menahan ketakutan yang luar biasa.
Frans menghela napas usai menyugar rambutnya. Ia kemudian mendekati Mayumi yang baru saja menapakkan kaki di atas lantai.
“Aku minta maaf,” ucap Frans. Saat ia ingin meraih kedua pundak Mayumi, dengan cepat Mayumi menyingkir.
Mayumi tidak menggubris Frans melainkan ia berjalan lambat menghampiri cangkir pecah dan kopi yang berserakan itu. Mayumi perlahan jongkok, lalu melepas celemek pendek yang melingkar di pinggangnya kemudian mulai mengelap lantai basah itu.
“Apa yang kamu lakukan!” salak Frans yang langsung kembali menarik Mayumi. “Kamu bisa terluka karena beling itu. Biarkan pelayan lain yang membereskannya.”
Mayumi menggeleng. “Tapi aku yang memecahkannya.”
Frans berdecak dan menggeram frustrasi melihat tingkah Mayumi yang polos atau justru bodoh.
“Oh, astaga! Kenapa kamu tenang sekali? Tidakkah kamu ingin teriak atau menendangku? Atau misal coba melawan?”
Mayumi meremas tangannya sendiri, kemudian menatap Frans. “Aku sudah melindungi diriku dengan cara diam. Aku butuh pekerjaan ini, Tuan.”
“Shit!” umpat Frans saat itu juga hingga Mayumi yang kaget sempat mengatupkan kedua matanya. “Apa kamu selalu seperti ini jika dilecehkan? Apa dilecehkan memang pekerjaanmu?”
Plak!
Satu tamparan melayang begitu saja tepat di pipi Frans.
Frans merasakan telinganya berdengung sat tamparan itu usai mengenai pipinya. Dua mata berlensa biru itu kini menatap Mayumi dengan tajam dan napasnya tampak mulai memburu.
“Kenapa kamu menamparku, ha!” salak Frans. Suaranya yang keras seperti angin yang menyambar wajah Mayumi. “Siapa kamu berani menamparku?”
Mayumi kembali menitikkan air mata. Kali ini tubuhnya bahkan mulai terguncang dan kedua pundaknya sudah naik turun bersamaan dengan isak tangis.
Dalam situasi seperti ini, Frans seperti kehilangan amarahnya. Dia berdiri seperti orang kebingungan dan tidak tahu harus berbuat apa. apa yang sudah Mayumi lakukan sampai membuat Frans tidak bisa berkutik?
“Dasar sialan!” Frans mengumpat lagi, dan kali ini dia menendang nampan di atas lantai hingga terpental menabrak kaki meja.
“Tinggalkan kamarku sekarang juga sebelum aku memakanmu!” perintah Frans sambil mengacungkan jari telunjuk ke arah pintu.
Dengan cepat, Mayumi mengusap wajahnya lalu berjalan meninggalkan kamar Frans. Mayumi berjalan menunduk menuruni anak tangga.
“Oh, maaf,” celetukannya tanpa menoleh.
Mayumi kembali berjalan tanpa peduli siapa yang baru saja ia tabrak.
“Ada apa dengannya?” gumam Drako.
***

Pesona PelayankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang