23

352 5 0
                                    

Mayumi duduk sambil menata baju di ruang laundry. Tidak ada siapa pun di sini karena pelayan lain sedang sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Ini sudah pukul lima, semua pelayan mulai menyiapkan menu untuk makan malam.
“Aku merindukan ibuku,” gumam Mayumi.
Sudah satu minggu Mayumi tidak bertemu dengan ibunya. Kalau sedang rindu, Mayumi hanya akan menelepon di jam malam sebelum tidur. Itu pun sangat singkat karena Mayumi tidak mau suaranya mengganggu yang lain.
“Bisa tolong carikan aku kemeja biru.” Seseorang bersuara dari arah belakang membuat Mayumi spontan menoleh.
Mayumi bergegas berdiri dan menundukkan kepala. “Tuan?”
“Mayumi? Kupikir Emely,” ucap Drako.
“Tuan butuh apa?” tanya Mayumi dengan sopan.
Drako menggaruk tengkuknya dan berdengung. “Aku sedang mencari kemeja biru laut. Aku mencarinya di kamarku, tapi tidak ada.”
“Oh.” Mayumi menoleh ke arah ketumpukan pakaian yang sudah disetrika.
Mayumi berdiri sambil mengetuk-ngetuk dagunya karena bingung harus mulai mencari dari posisi yang mana. Selama ini Mayumi belum pernah masuk ke ruang Laundry dan mengurus tentang pakaian penghuni rumah ini.
“Maaf, Tuan.” Mayumi menoleh dan membungkukkan badan lagi. “Aku belum paham pakaian-pakaian siapa saja di sini. Bisa Tuan pilih sendiri?”
Drako tersenyum lalu maju mendekati setumpuk pakaian yang ada di bagian tengah di antara tumpukan yang lainnya.
“Tidak usah khawatir, nanti kamu juga akan paham,” ucap Drako sambil menarik lipatan pada nomor ke empat.
Mayumi mengangguk lagi dan tersenyum. “Sekali lagi saya minta maaf, Tuan.”
“Tidak apa-apa.”
Diam-diam Drako mengamati Mayumi mulai dari atas kepala hingga kaki. Bagaimana tubuh Mayumi yang terlintas sintal, membuat manik pada leher Drako bergerak naik turun. Semua tampak sempurna dalam diri Mayumi. Kulitnya tidak terlalu putih, tapi sangat bersih pastinya.
Seperti apa bagian dalam?
Pikiran Drako mulai menjurus semakin jauh.
“Tuan Drako,” tegur Bibi Brown yang ikut masuk ke ruang tersebut. “Tuan sedang apa di sini?” bibi Brown sempat melirik ke arah Mayumi.
Mayumi yang merasa seperti sedang dicurigai spontan menjawab, “Tadi Tuan Drako mencari pakaiannya.”
Drako tersenyum kemudian ke luar. Di ruangan ini hanya ada Bibi Brown dan Mayumi. Sampai saat ini Mayumi masih belum terbiasa dengan sikap Bibi Brown yang dingin. Untuk mendekati saja, Mayumi harus berpikir ulang takutnya mengganggu.
“Sebaiknya kamu membantu Emely menyiapkan meja untuk makan malam,” perintah Mayumi.
Mayumi mengangguk lalu berjalan cepat meninggalkan ruangan tersebut. Sampai di luar, ternyata semuanya sudah beres. Emely dan yang lain sudah selesai menyiapkan makan malam.
“Aku harus apa sekarang?” tanya Mayumi sambil meringis menatap Emely.
Emely mendesah lalu membuang mata jengah. “Kamu bantu aku membawa pakaian yang sudah disetrika ke atas.”
Sambil tersenyum dan menggoyangkan lengan, Mayumi mengangguk. Mayumi akhirnya mengekor Emely menuju ruang laundry untuk mengambil pakaian yang sudah beres.
Sementara di ruang makan Sebagian sudah mulai makan malam, ada beberapa yang tidak terlihat. Sepertinya hanya ada Tuan Jeff, Nyonya Sarah, Nyonya Rachel dan sang suami. Ya, tampaknya hanya ada mereka berempat. Dan Ketika Mayumi dan Emely hendak naik ke lantai atas sambil membawa keranjang baju, terlihat Pete berlari menuruni anak tangga. Mungkin dia juga mau ikut makan malam bersama yang lain.
“Pelan-pelan saja Tuan Muda Pete,” celetuk Emely dengan nada menggoda.
Pete berhenti dan memasang wajah kesal. “Apa kamu tidak tahu kalau aku sudah sangat kelaparan?”
Emely terkekeh geli. “Maaf, Tuan. Kalau begitu silakan …”
Emely bergeser ke sudut, memberi jalan untuk tuan mudanya itu. Mayumi yang berdiri di belakang Emely juga ikut bergeser. Namun, Ketika langkah Pete sampai di samping Mayumi, ia menoleh dan menatap dengan kepala miring.
Mayumi merasa risi dengan tatapan itu. Emely yang semula Sudah melangkah bahkan kini sudah memutar pandangan seperti sedang menunggu apa yang akan dilakukan Pete saat ini.
Dengan cepat Pete majukan wajahnya, membuat Mayumi menarik dagu ke dalam. “Apa kamu kekasih Frans?”
Kini dua mata berlensa coklat itu membulat sempurna. Mayumi terkejut dengan kalimat yang Pete lontarkan, pun dengan Emely. Mayumi yang mendadak gugup, kini menelan ludah dan merengutkan wajah.
Pete kemudian mundur dan tertawa. “Jangan kaget begitu.” Dengan santainya Pete melenggak menuruni tangga tidak peduli kalau kalimatnya itu sudah membuat Mayumi tertegun seperti patung di sebuah toko.
Tidak lama setelah itu, Emely menepuk pundak Mayumi yang langsung membuat Mayumi berkedip.
“Tidak usah didengarkan, Tuan Pete memang suka usil. Hanya dia yang paling dekat dengan para pelayan.”
Mayumi bernapas lega saat ini. Ia hampir saja dibuat jantungan dengan kalimat Pete yang sangat tidak masuk akal.
Mereka berdua kembali berjalan menaiki tetangga beriringan.
“Berapa umur Tuan Pete? Sepertinya dia masih sangat muda?” tanya Mayumi.
“Delapan belas tahun. Dia baru lulus sekolah menengah dan sekarang sedang kuliah.”
Mayumi membulatkan bibir dan mengangguk-angguk paham.
Sampai di lantai atas mereka berpisah. Mayumi menuju kamar Frans, sementara Emely menuju kamar Drako. Belum sempat mereka berdua masuk, tiba-tiba Drako ke luar. Emely sempat terkejut dan mundur, tapi Drako langsung memberi jalan untuk masuk. Sedangkan Mayumi yang masih berdiri di depan pintu kamar Frans dia sempat menoleh dan tersenyum ke arah Drako. Emely kemudian masuk ke dalam kamar Frans.
Grep!
Mayumi menghela napas setelah pintu tertutup rapat. Ia membawa keranjang pakaian itu dan meletakkan di atas lantai, tepatnya di depan lemari besar dan Panjang itu.
“Tuan Drako sangat ramah, kenapa Tuan Frans tidak?” celetuk Mayumi. “Bahkan Tuan Frans sangat ramah senyum. Tck! Aku jadi tidak percaya dengan cerita Emely.”
Mayumi mendengkus sambil membuka pintu lebar-lebar. Ia memasukkan satu persatu pakaian itu dan menatanya supaya terlihat lebih rapi.
Ceklek!
Suara itu membuat Mayumi terjungkat kaget. Beberapa lembar pakaian yang harusnya ia masukan ke dalam lemari seketika jatuh tepat di atas kedua punggung telapak kakinya. Mayumi sempat mengaduh sebelum akhirnya menoleh dan tahu siapa yang sudah mengagetkannya.
“Apa aku sangat menakutkan?” cibir Frans sambil melonggarkan dasinya. “Bereskan kembali baju itu dan aku tidak mau ada yang kusut.”
Mayumi melipat bibir membentuk garis lurus lalu tersenyum penuh paksaan. Ia kemudian mengangguk dan mulai menata pakaian itu kembali.
“Aku bukan hantu, tidak seharusnya kamu selalu terkejut saat melihatku.”
Bibir Mayumi tampak bergerak-gerak tanpa suara seperti orang sedang mencemooh.
“Itu karena Tuan yang selalu mengagetkanku.”
Dengan cepat Tian melempar kemejanya yang sudah terlepas ke arah Mayumi. Kemeja itu terjatuh tepat mendarat di atas kepala Mayumi sampai menutupi wajahnya. Mayumi yang lagi-lagi dibuat kaget, hanya menarik napas dalam-dalam dan mengembuskan dengan perlahan. Aroma parfum dari kemeja itu ternyata menggoda penciuman Mayumi. Baunya sangat harum tapi tidak menusuk hidung.
“Segera buatkan aku coklat hangat!” perintah Frans sebelum menghilang masuk ke dalam kamar mandi.
***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pesona PelayankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang