13

178 7 0
                                    

Mayumi masih melongo beberapa detik sebelum kemudian Frans membuatnya terjungkat lagi. Frans menjentikkan dua jarinya tepat di depan wajah Mayumi hingga Mayumi mundur dan bergidik.
“Ka-kamu?”
“Ambil barang-barang di mobil!” perintahnya sambil melipat kedua tangan di depan dada.
Mayumi menaikkan satu bibirnya dan membuang mata jengah. Ia seolah enggan atau menolak perintah dari Frans.
“Kamu tuli?” Frans sedikit mencondongkan badan hingga wajahnya begitu dekat dengan wajah Mayumi.
Mayumi mengerutkan dahi lalu menarik wajah mundur hingga membuat badannya mencondong ke belakang. “A-aku, aku bekerja untuk Nyonya Sarah di sini. Kamu, ka-kamu tidak berhak memberi perintah.”
Tuk!
Frans mengetuk ujung kepala Mayumi menggunakan siku jarinya, membuat Mayumi mengaduh.
“Apa yang kamu lakukan?” hardik Mayumi dengan wajah merengut.
“Aku yang membayar kamu di sini. Sekarang ambilkan barang-barangku di dalam mobil.”
Frans tersenyum tipis, tapi wajahnya tampak kesal. Bukan kesal karena marah, tapi entah kenapa wajah Mayumi membuatnya merasa gemas dan ingin menggigit pipi chubby itu. Poninya yang menutupi bagian kening dan dua matanya yang buat dengan lensa coklat kehitaman sangat indah di pandang. Untuk saat ini Frans tidak belum terlalu memperhatikan bagian bawah, tapi Ketika Mayumi menghentak kaki dan melenggak, saat itulah kedua mata Frans mulai terpaku dengan lekuk tubuh berseragam pelayan itu.
Pundaknya pas dengan ukuran tinggi badan Mayumi yang kemungkinan sekitar 170 cm, lalu ke bawah, ada lekukan ramping yang pasti nyaman saat dipeluk kedua tangan. Semakin turun ke bawah, Frans mendapati dua bulatan yang lebih besar dari ukuran perempuan biasanya.
Oh, shit! Apa aku tergiur dengan Wanita itu?
Frans kini membuang pandangan jauh-jauh dari Mayumi. Dia berdecak lalu bergidik sambil mengetuk-ngetuk keningnya sendiri. Pikirannya saat ini sepertinya sedang kacau. Dai selalu ditemani banyak Wanita saat di kelab, tapi belum pernah sampai tergiur seperti saat memandangi Mayumi. Dan kulitnya yang tidak terlalu putih, seperti menjadi daya Tarik tersendiri.
“Tck! Jadi aku bekerja untuk dia sungguhan?” decak Mayumi. Bibirnya sudah manyun dan wajahnya merengut kesal.
Mayumi membuka mobil milik Frans lalu membungkuk, memasukkan Sebagian badannya ke dalam mobil untuk mengambil beberapa barang yang berada sudut sana. Harusnya Mayumi membuka pintu sebelah kanan, jadi tidak perlu kesusahan saat mengambil. Ia harus membungkuk, menaikkan satu kakinya yang menekuk. Posisi itu membuat roknya ikut naik hingga bagian paha belakang terlihat.
“Memang sialan!” decak lagi masih sambil meraih sat utas yang berada di paling ujung.
Dari ambang pintu, Mayumi tidak tahu kalau ada sepasang mata yang diam-diam sedang tersenyum menyeringai mengamati dirinya.
“Bagaimana bagian itu bisa terlihat besar? Seperti apa dalamnya.” Frans bergumam tidak jelas.
Oy, sialan! Frans kembali terkesiap saat menyadari otaknya benar-benar kacau saat ini. Mana mungkin sosok Pria seperti Frans tergiur dengan pelayan seperti Mayumi? Mungkin Frans hanya sedang lelah sampai pikirannya tidak jelas.
“Hei! Apa tidak bisa lebih cepat!” seru Frans dari ambang pintu.
Sinar mata hari yang menyilaukan, membuat Mayumi tidak terlalu jelas melihat wajah Frans.
Mayumi kembali berdecak. Ia menyampirkan selempang tas pada pundaknya, lalu kedua tangannya membopong sebuah kardus cukup besar yang entah apa isinya, Mayumi tidak mau peduli.
“Apa kamu tidak berniat u tuk membantu?” sungut Mayumi sesampainya di hadapan Frans. Wajah Mayumi tampak merah padam dan berkeringat.
“Aku bosmu, tugasku memberi perintah.”
Frans memutar tumit lalu melenggak lebih dulu. “Bawa ke kamarku?”
Mayumi mengekor di belakang ke mana Frans melangkah. Dia ikut menaiki tangga hingga napasnya mulai terengah-engah dan kedua kakinya pun terasa pegal.
Frans terus berjalan sambil menatap pintu ruang yang tertutup itu. Dia mengetuk-ngetuk dagu seperti sedang membuat keputusan untuk memilih. Di belakang Frans, Mayumi sudah mengumpat beberapa di dalam hati. Ia bahkan sempat memaki serasa menggerakkan bibir tanpa menghasilkan suara.
“Oh, tunggu dulu.” Celetuk Frans tiba-tiba. Ia berhenti melangkah, dan Mayumi refleks ikut berhenti.
Apa lagi ini?
Mayumi sudah menggemeretakkan giginya merasa gemas sendiri. Kedua tangannya yang masih membopong kardus kini juga sudah mulai kesemutan.
“Sepertinya kamarku di bawah. Aku lupa kalau kamar atas sudah terpakai semua.”
What!
Mayumi membulatkan mata dan bibirnya sedikit melompong usai mendengar perkataan Frans. Kalimat yang membuat Mayumi ingin sekali melempar barang-barang yang ia bawa sedari tadi ke bawah sana. Setelah itu Mayumi ingin mencabik-cabik wajah Frans yang menyebalkan itu. Oh, ya Tuhan!
Mayumi sungguh ingin memaki, tapi Tuannya itu sudah melenggak menuruni anak tangga. Yang Bisa Mayumi lakukan saat ini adalah mengeraskan rahang dan menggeram dengan  suara tertahan. Ia kemudian menghela napas dan kembali berjalan menyusul tuannya itu.
Sampai di bawah, Mayumi meletakkan barang bawaannya di atas lantai. Ia kembali berdiri sambil meregangkan tubuhnya yang pegal. Sementara  Frans dia berdiri di depan pintu satu kamar.
“Apa itu kamarnya?” tanya Mayumi dengan napas ngos-ngosan.
Frans mengangguk sambil meraih knop pintu. Dengan cepat Mayumi kembali mengangkat kardus itu dan membenarkan posisi tas hitam di punggungnya. Namun, saat ingin melangkah maju, tiba-tiba Frans kembali menutup pintu itu, lantas menoleh dengan kepala sedikit miring.
“Sepertinya kamarku bukan yang ini.”
Oh astaga! Come on!
Brak!
Mayumi yang sudah kelelahan membanting kardus itu dengan cepat hingga suaranya bergema.
“Suara apa itu?” dua pelayan yang sedang di ruang laundry seketika saling tatap dan tercengang.
Suaranya tidak terlalu terdengar jelas di ruangan ini karena cukup jauh dari depan, tapi samar-samar mereka mendengar sesuatu.
“Mungkin Mayumi. Dia sedang membersihkan taman. Mungkin menjatuhkan tong sampah.” Mereka berdua tertawa cekikikan.
Kembali ke ruang tengah, kedua mata Frans sudah melotot, melihat barangnya dibanting oleh Mayumi. Sementara Mayumi, dengan napas naik turun, ia menatap tajam ke arah Frans.
“Apa kamu sedang mempermainkanku, ha?”
Frans mengerutkan dahi dan menarik dagu ke dalam. “Tidak,” jawabnya santai. “Aku memang lupa dengan kamarku.”
Oh, ayolah! Aku kelelahan di sini! Ini baru sehari dan aku Sudah dikerjai habis-habisan.
Mayumi menahan amarahnya, lalu mengembuskan napas dengan perlahan. Ia tersenyum tipis kemudian mengangkat kembali kardus itu. “Kalau begitu, katakana dengan jelas di mana kamarmu berada sebelum aku pingsan di sini.”
“Eum, di atas sana.” Frans menjawab santai sambil mengacungkan jari telunjuk ke lantai atas.
Hwaaaaaa! Ya Tuhan, tolong aku! Apa dia ingin membunuhku!
Mayumi berteriak di dalam hati. Dia memejamkan mata sesaat sebelum kemudian menghentak kaki dan berjalan kembali ke lantai atas. Dia berjalan cepat tidak peduli kalau sudah mendahului  Frans yang masih di tengah anak tangga. Dan sampai di atas, di depan entah pintu yang mana yang benar, Mayumi meletakkan barang-barang yang ia bawa. Ia meletakkan dengan kasar lalu berjalan cepat lagi turun ke bawah. Saat berpapasan dengan Frans, Mayumi membuang muka dan berdecak kesa.
“Aku membencimu!” celetuk Mayumi.
***

Pesona PelayankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang