9

202 10 0
                                    

Mayumi sudah tersenyum getir sedari tadi. Dia merasa tidak nyaman dalam situasi seperti ini. Tatapan Frans yang aneh, juga membuat Mayumi ingin segera angkat kaki saat ini juga. Namun, bukan itu tujuan Mayumi. Mayumi datang untuk menemui seseorang yang pastinya bukan Frans. Lalu, ada hubungan apa di antara Frans dan Nyonya Sarah? Kenapa bisa satu meja?
Berbagai macam pertanyaan mulai muncul.
“Kamu baru datang?” tanya Sarah.
Mayumi mengangguk. Ia masih mencoba untuk tersenyum mencoba bersikap biasa saja. Ketika matanya sempat melirik ke arah Frans, Mayumi sedikit membelalakkan mata lalu menunduk dengan cepat. Tatapan Frans dan senyumnya yang miring, membuat Mayumi bergidik ngeri.
“Apa kalian sudah saling mengenal?” tanya Sarah.
Mayumi mengangkat wajah, ia tatap lebih dulu Nyonya Sarah lalu perlahan menatap Frans. Ia kemudian menelan ludah, saat lagi-lagi Frans tersenyum padanya.
“Memang siapa dia? Wajahnya sangat aneh!” cibir Frans. Ia mendecih dan menjulingkan mata lalu meraih segelas jus yang baru saja di antar pelayan.
Dua pelayan yang belum sempat meletakkan makanan pesanan mereka bahkan sampai terkejut. Untungnya nampan yang ia pegang tidak sampai tumpah.
“Pelan-pelan, Frans. Kamu membuat mereka kaget,” tegur Sarah seraya menampar lengan Frans.
Dua pelayan itu hanya tersenyum lantas segera meletakkan semua pesanan mereka lalu kembali pergi ke belakang.
“Kamu ini sangat memalukan!” sembur Sarah lagi. “Mayumi, ayo silakan makan. Kamu pasti lapar kan?” tawar Sarah kemudian pada Mayumi.
Mayumi mengangguk gugup.
Mereka menyelesaikan makan siangnya lebih dulu sebelum kembali mengobrol. Frans yang sudah makan dengan lahap tentunya lebih dulu selesai dan kini diam-diam sedang menatap Mayumi yang sedang mengunyah daging steak. Mayumi tahu ada yang tidak beres, dan Ketika ia mengangkat wajah, benar saja kalau Frans sedang menatapnya dengan senyum miring. Dan sebelum Mayumi kembali menunduk, satu mata Frans berkedip.
Ukhuk!
Seketika Mayumi terbatuk karena ulah Frans. Dan si biang kerok pun kini membuang muka pura-pura tidak tahu sementara Sarah yang khawatir langsung mengulurkan minuman untuk Mayumi.
“Kamu tidak apa-apa?” tanyanya.
Mayumi menggeleng sambil mengatur napasnya yang sempat tersengal. Tenggorokannya juga terasa sakit usai terbatuk tadi.
Dasar sialan! Apa-apaan pria itu!
Mayumi mulai memaki dalam hati sambil mengelap bibirnya menggunakan tisu. Ia tentu merasa malu saat ini karena pertemuan dengan orang penting dan harapan terbesar dibuat kacau oleh Frans.
Kembali ke topik pembicaraan, Sarah mulai mengajak Mayumi ngobrol. Sementara Frans, dia hanya duduk diam sambil memainkan ponselnya. Meskipun acuh, tetap saja obrolan tidak akan nyaman selama Frans masih duduk di sini.
Apa aku boleh mengusirnya?
Huh! Mayumi benar-benar sudah sangat merasa kesal.
“Sekali lagi aku berterima kasih tentang waktu itu,” ucap Sarah. “Kalau tidak ada kamu, mungkin orang itu berhasil merampokku.”
Frans yang mulanya acuh, kini sedikit melebarkan telinga dan mulai menguping. Ia tetap menunduk dan menatap layar ponselnya, tapi pendengarannya mengarah pada obrolan mereka berdua.
“Itu hanya kebetulan, Tante,” sahut Mayumi.
“Oh iya, tentang yang kita bicarakan di ponsel, hal apa yang ingin kamu bicarakan? Aku akan membantu.”
Mayumi tidak langsung menjawab, melainkan lebih dulu menoleh ke arah Frans.
“Tidak usah pedulikan dia,” celetuk Sarah. “Dia tidak akan menggubris obrolan kita.”
Mayumi perlahan menoleh lagi ke arah semula. Di bawah meja—tepatnya di atas pangkuan—Mayumi sudah meremas-remas jemarinya yang berkeringat. Ia tidak enak hati untuk meminta tolong pada Nyonya Sarah.
“Bicaralah,” ucap Sarah dengan suara sangat lembut.
Mayumi melipat bibir membentuk garis lurus, ia tersenyum getir sebelum bicara. “Em, maaf kalau aku lancang, aku hanya ingin minta tolong.”
Sarah mengangguk dan menaikkan kedua alisnya, memberi kode supaya Mayumi terus bicara dengan tenang.
“Em … aku sedang membutuhkan pekerjaan.”
Bugh!
“Bukankah aku sudah menawarkan pekerjaan padamu, tapi kamu menolak?”
Dan kalimat Frans itu membuat sang ibu dan Mayumi seketika mendongak. Mayumi menelan ludah dan mengerutkan wajah dan berdecak lirih, sementara Sarah sudah menatap Frans penuh rasa penasaran.
“Kalian sudah saling mengenal?” tanya Sarah.
Dengan santainya Frans malah menggeleng seolah lupa dengan kalimat yang baru saja ia ucapkan.
Kini pandangan Sarah beralih ke arah Mayumi, tapi dengan cepat Mayumi juga menggeleng.
Sarah yang sebenarnya merasa heran, kini kembali ke topik pembicaraan.
“Sebelumnya di mana kamu bekerja?” tanya Sarah. Jujur saja Sarah tidak tahu harus menolong yang bagaimana karena ia sendiri tidak memiliki info tentang pekerjaan. Dan mengenai perusahaan suaminya, hal itu Sarah kurang tahu.
Pekerjaan Mayumi tidak ada yang istimewa selama ini. Pertama, ia pernah bekerja sebaik karyawan di sebuah restoran dan kedua atau yang terakhir, dia bekerja di kelab malam. Kalau begini apa yang harus Mayumi jelaskan pada Nyonya Sarah?
“Jadikan dia pelayanku,” ceplos Frans tiba-tiba.
Mayumi kembali dibuat tersentak dengan kalimat Frans yang sungguh konyol.
Dia itu sebenarnya siapa? Ada hubungan apa dengan Nyonya Sarah?
Mungkin itu ide bagus, tapi apa tidak menyinggung Mayumi? Wanita secantik Mayumi rasanya tidak cocok bekerja sebagian pelayan. Pikir Sarah mungkin hal itu bisa dikatakan menghina Mayumi.
“Jangan sembarangan kamu!” sembur Sarah sambil memelototi Frans. “Mayumi tidak pantas menjadi pelayan. Dan lagi kenapa kamu butuh pelayan? Di rumah sudah begitu banyak pelayan. Kamu bisa memilih satu.”
Frans membuang mata jengah. “Kan sudah aku katakana, aku tidak mau berbagi dengan mereka. Aku akan tinggal di rumah itu asalkan tidak bersentuhan dengan penghuni lain.”
Saat itu juga Sarah membuang napas kasar, ia mendesis dan menggaruk keningnya dengan perasaan jengkel. Dan Ketika ia hendak bicara ke arah Mayumi, Mayumi menyela lebih dulu.
“Saya mau jadi pelayan Nyonya.”
Sarah membulatkan mata. Dia tidak menyangka kalau Mayumi akan menerima tawaran itu.
“Tapi Mayumi, ini seorang pelayan. Apa kamu yakin?”
Mayumi mengangguk mantap. Mungkin ini pilihan bodoh, tapi untuk saat ini tidak ada pilihan lain selain menerima Tawaran itu. Dan mengenai risikonya, pikir saja belakangan.
“Apa kamu tidak masalah bekerja sebagai pelayan di rumah kami?” Sarah meyakinkan.
Mayumi mengangguk, “Setidaknya saya mendapatkan perkerjaan yang baik.”
Frans sedang tersenyum puas saat ini. Dalam otak dan hatinya, kini tengah bertepuk tangan karena merasa tebakannya benar. Tidak akan ada Wanita yang bisa menolak kemauannya. Semua Wanita penggila uang dan itu juga terbukti pada Mayumi.
Frans mungkin tahu kalau sebelumnya Mayumi bekerja di sebuah kelab, tapi Frans tidak tahu alasan apa Mayumi mau menerima pekerjaan ini.
“Kapan saya mulai bekerja?” tanya Mayumi.
“Besok biarkan sopir menjemputmu,” jawab Sarah.
Mayumi mengangguk.
Pikirannya benar-benar kacau sekarang. Ia tidak yakin apakah pilihan menerima pekerjaan ini jalan yang benar ataukah salah. Otaknya sungguh buntu untuk berpikir.
Tuhan, semoga ini pilihan yang tepat.
***

Pesona PelayankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang