"Aku tidak bisa, maaf Kang."
Song Kang, laki-laki itu menatap tidak percaya atas semua perkataan yang baru saja dilontarkan oleh sang kekasih. Yang dia lakukan sejak tadi hanya berdiri berdiam menatap kepergian Sohyun yang kini sudah menghilang diujung gang bersama laki-laki asing yang baru dikenalnya.
Sejak tadi saat setiap langkah mengiringi pergerakan kaki antara Taehyung dan juga Sohyun. Saat keheningan masih menjadi penguasa suasana yang ada, tak ada satupun kata yang mampu lagi diucapkan oleh wanita itu. Saat semuanya seakan terasa lenyap sirnah begitu saja, sembari menundukkan kepalanya sesekali menendang kerikil kecil disetiap arah yang dilaluinya.
"Masih memikirkan laki-laki tadi?" ucap Taehyung seakan menginterupsi disana.
"Huh?" Sohyun mengangkat kepalanya dan menoleh menatap ke arah samping, mencermati wajah laki-laki itu setelahnya kembali menatap lurus ke depan. "Aku hanya ingin memberitahumu akan batasan yang kita punya. Jangan karena saat ini aku sedang hamil anak kamu lantas membuatmu seakan berkuasa dalam hidupku, aku tidak suka itu. Perlu kamu tahu, anak ini masih aku pertimbangkan dan kamu tidak berhak mengaturku Taehyung."
Kalimat panjang Sohyun sontak menghentikan pergerakan kaki Taehyung, saat mendengar nada putus asa yang baru saja ia dengar dari bibir tipis milik Sohyun entah mengapa kali ini membuat hati dinginnya tergerak begitu saja. Saat ia tolehkan pandangan kepalanya dan menatap pada wajah Sohyun yang masih senantiasa menatap lurus ke depan.
"Maaf menempatkanmu dalam posisi tidak mengenakkan ini," tutur Taehyung pada akhirnya.
Sohyun berdengus pelan, "Aku kira orang sepertimu tidak tahu bagaimana cara meminta maaf."
Taehyung menarik ujung bibirnya sejenak dan kembali melanjutkan jalannya, "Terserah apa katamu."
"Hidup memang tidak adil, kenapa juga harus aku yang menanggung semua bebanmu? Kenapa kamu tiba-tiba datang dan menghancurkan semua impian yang telah aku susun selama ini? Bukankah tidak sopan orang sepertimu tiba-tiba hadir dan mengendalikan hidupku."
"Jangan banyak mengoceh, cepat masuk ke dalam."
Sohyun menatap sebal pada Taehyung yang entah sudah sejak kapan masuk ke dalam mobil mewah miliknya. Dengan cepat ia mengikuti arahan laki-laki itu dan dengan cekatan duduk disamping kemudi.
"Orang pemaksa sepertimu mana mungkin paham perasaan orang lain," gumam Sohyun setelah berhasil duduk disana.
Taehyung lantas menolehkan pandangannya dan mulai menatap tajam pada Sohyun setelahnya menyentil pelan dahi wanita itu.
"Pikiranmu bergerak terlalu jauh," ucapnya sembari menyalakan mesin mobil dan mulai melaju pergi dari pekarangan kawasan rumah Sohyun.
Tak ada kata lagi yang mampu terucap disana, Sohyun terlalu malas untuk kembali mengeluarkan suaranya saat Taehyung sedang fokus menyetir. Hari ini, harusnya menjadi hari terbahagianya namun malah kembali dipatahkan oleh keadaan.
"Jangan terlalu berlebihan mengomentari hidup, bukankah masih mampu berdiri sampai detik ini sudah lebih dari cukup?"
Ya, namun Sohyun tak bisa memasukkan hal ini dalam urusannya dengan Taehyung. Karena semua itu tak ada hubungannya dengan dirinya yang masih saja berhubungan dengan sosok laki-laki asing pemaksa seperti Taehyung.
"Taehyung,"
Sohyun menghentikan pergerakan kakinya saat sosok wanita tak asing lagi dimatanya kini ikut bergabung diantara mereka. Sembari menatap kedatangan sosoknya tanpa berucap kata lebih atau bahkan ketika kedua matanya mulai menangkap sosoknya yang sudah melangkah mendekat merangkul lengan Taehyung dengan begitu mesranya.
"Kapan kamu kemari?" tanya Taehyung dengan tatapan seperti biasanya.
Jisoo mengulas senyum manisnya dan semakin mengeratkan rangkulan tangannya, "Aku sengaja datang menemani kamu mengecek anak kita."
Saat itu juga Sohyun berdengus pelan mendengarnya, anak kita? Padahal disini masa depannya yang sedang menjadi korban, tapi kenapa wanita ini malah mengucapkan omong kosong yang justru membuatnya kesal.
Taehyung melirik pelan ke arah Sohyun, "Aku tunggu di dalam. Jangan coba-coba kabur dari hadapanku."
Tanpa berucap panjang lagi, Taehyung melenggang pergi dan menyisakan mereka berdua. Ketika Sohyun masih sibuk dalam pemikirannya sendiri, Jisoo lantas menatapnya dengan tatapan tidak sukanya.
"Sudah mulai berani pergi keluar dengan suami orang ya?" tanya Jisoo.
"Apa aku terlihat begitu murahan dimata kamu? Pikirkan baik-baik hidup macam apa yang saat ini sedang aku pertaruhkan hanya karena laki-lakimu itu huh!"
Jisoo mencebikkan bibirnya sembari bertolak pinggang dihadapan Sohyun, "Apa aku peduli dengan kehidupanmu itu? Tidak, aku hanya datang menyadarkanmu saja untuk tidak berpikir macam-macam akan semua perlakuan yang sudah diberikan oleh Taehyung padamu."
"Lihatlah caramu berbicara, apa setakut itu kamu kehilangan sosok Taehyung?"
Irisnya menyorot tajam pada Sohyun, "Kamu!"
Sohyun mengulas senyum tipisnya, "Kalau membantunya memberi seorang keturunan saja tidak bisa. Jadi tidak perlu repot-repot mengomentariku Jisoo."
Jisoo mengepalkan kedua tangannya saat ditinggal begitu saja oleh Sohyun. Merasa telah kalah telak dari wanita itu begitu saja tak lantas membuatnya menyerah begitu saja.
"Apa kamu sudah lupa jalan di Rumah Sakit?" tanya Taehyung agak menyindir begitu menyadari kedatangan Sohyun dibalik pintu ruangan yang sejak tadi sudah ditempatinya.
"Aku tidak cukup bodoh hingga melakukan semua yang telah kamu ucapkan beberapa menit yang lalu," sindir Sohyun.
Tanpa sepengetahuan Sohyun, Taehyung tersenyum kecil menanggapinya. Entahlah menurutnya selain keras kepala, sosok wanita yang sejak tadi sudah berdiri disampingnya cukup menarik juga. Namun hal tersebut malah kembali mengundang tatapan tidak suka dari Jisoo yang sudah sejak tadi berdiri diluar pintu ruangan sembari menatap gerak gerik Taehyung dari kaca pintu.
"Dengan pasien nomor 23 atas nama Nona Sohyun?" tanya seorang Dokter memecah keheningan yang sebelumnya sempat tercipta.
"Saya Dok," ucap Sohyun dengan kalimat lugasnya. Rupanya sudah diubah atas namanya.
"Tolong ikut saya masuk ke dalam, untuk pemeriksaan tahap pertama kondisi kandungan Anda bukan?"
Taehyung menganggukkan kepalanya, "Benar Dok."
Sohyun melirik pelan wajah Taehyung tanpa berucap lebih, saat ia akan melangkah mengikuti arahan sang Dokter saat itu juga Jisoo memasuki ruangan dan ikut berdiri tepat disamping Taehyung.
"Mau kemana? Tunggu disini saja bersamaku," cegah Jisoo dengan cepat saat menyadari pergerakan Taehyung.
Di balik tirai, Sohyun mulai berbaring masih dengan tatapan hampanya ia mempersilahkan Dokter wanita itu untuk memeriksa keadaan perutnya.
"Kenapa tidak tersenyum? Bukankah hal seperti ini adalah impian semua perempuan? Aku lihat suami kamu sangat tampan dan perhatian sekali padamu," ucap sang Dokter menyela keheningan.
"Apa ada cara untuk menggugurkan janin ini?" tanya Sohyun berucap begitu saja bahkan ucapannya kali ini sampai menghentikan pergerakan tangan sang Dokter.
Merasa akan suasana yang terasa semakin canggung saja, Dokter itu nampak terdiam dan kembali fokus pada pekerjaannya. Entah apa yang ada di dalam pikiran dua wanita itu saat ini namun yang jelas Sohyun sedang tak ingin berucap kata lebih yang hanya akan kembali memperumit seluruh isi pikirannya.
"Laki-laki diluar itu bukan suamiku, kami tidak pernah menikah. Parahnya lagi pernikahanku hancur dalam sekejap hanya karena janin ini," ucapnya kemudian.
TBC!!!
Halo semuanya selamat malam, jumpa lagi dengan cerita receh ini🤭
Jangan lupa tinggalin jejak kalian ya, hehe maap lupanya malah kebablasan
Happy read.. See you next🤍🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story Begin's
FanfictionMenjalani lika-liku hidup yang tidak biasa, Han Sohyun harus menghadapi begitu banyak rintangan dalam hidupnya. Punya masalah serius dalam sebuah insiden yang mengharuskannya untuk tetap tinggal di Castle Yum's. "Kalau begitu tak ada lagi yang bisa...