10✔ Tanda-Tanda

86 27 48
                                    

"Sohyun kamu tidak apa-apa kan?"

Hannah datang mendekati sang teman karibnya setelah menyadari kedatangan sosoknya beberapa menit yang lalu. Sembari menatap penuh cemas tatkala mencoba kembali memerikan suhu tubuhnya berulangkali.

"Aku baik-baik saja Hannah," jawab Sohyun seraya menjauhkan tangan Hannah dengan pelan.

"Kemarin itu kamu kemana? Tiba-tiba saja sudah tidak ada di kamar rawat inap saat tengah berbincang dengan laki-laki asing itu."

Sohyun menghela napas pelan ketika kembali mengingat akan hari itu, ketika Taehyung datang dan membawanya pergi dari Rumah Sakit. Namun setelahnya ia kembali menggelengkan kepala, mencoba untuk menghiraukan semua masalah yang baru-baru ini sangat mengganggu pikirannya.

Dia melenggang menuju arah freezer yang sudah terdapat beberapa tumpukan daging yang telah dibekukan, "Jangan khawatirkan aku. Waktu itu aku memang ada keperluan mendesak dan mengharuskanku untuk cepat-cepat pergi dari Rumah Sakit.

Hannah memicingkan kedua matanya, "Apa jangan-jangan."

"Apa? Kenapa?" tanya Sohyun.

Ia lantas menggelengkan kepalanya, "Kamu tidak akan melakukan hal bodoh seperti menggugurkan kandunganmu ini bukan?"

Saat itu juga jemari Sohyun berhasil mematuk dahi Hannah yang sejak tadi terpampang jelas hingga membuat sang empunya menggerutu kesakitan disana.

"Pikirkan kembali kalimatmu sebelum mengucap kata," tandas Sohyun setelahnya berlalu menuju arah wastafel. Sembari menghidupkan kran air dan mulai merendam beberapa daging disana, masih dengan diikuti oleh langkah kaki Hannah.

"Apa tunanganmu sudah mengetahui hal ini?" tanyanya kembali.

"Aku tidak bisa memprediksinya," tukas Sohyun tanpa menatap wajah Hannah sekalipun disana.

"Lantas bagaimana kamu akan menghadapinya, Sohyun. Bukankah pernikahanmu sudah dua hari lagi?"

"Aku belum bisa memutuskan semuanya Hannah. Saat ini pikiranku sedang kacau, semalam aku hampir saja berdebat dengan Song Kang."

Hannah mulai mengatupkan bibirnya ketika melihat sorot risau yang kini mulai terpancar dari netra Sohyun. Ia setelahnya melangkah sedikit mendekat seraya menepuk pelan pundah wanita bersurai panjang tersebut.

"Maaf karena sudah mencemaskanmu terlalu berlebih," sesal Hannah.

Barulah Sohyun menggelengkan kepalanya menatap wajah sang lawan bicaranya itu, "Aku paham perasaan kamu Hannah. Terimakasih sudah mencemaskan aku."

"Kenapa kamu masih datang bekerja? Bukankah harusnya sudah mengambil izin cuti sejak sekarang?" tanya Hannah.

"Aku harus melakukan sesuatu saat menjelang hari pernikahanku Hannah. Aku ingin sedikit menyibukkan diriku dahulu ditempat ini," jawab Sohyun.

Hannah menatap punggung Sohyun yang kini sudah beralih tempat, "Apa karena kehamilanmu ini hingga membuatmu tidak bersemangat menyambut hari pernikahanmu?"

Tak ada jawaban sekalipun dari Sohyun, sejak tadi yang dia lakukan hanya bergelut dengan beberapa sayuran yang tadinya sudah ia cuci dengan bersih.

"Tolong fokus bekerja," ucap Sohyun berusaha mengalihkan pembicaraan disana.

"Chef Sohyun, tolong bantu aku antarkan pesanan ini ke beberapa meja? Aku harus pulang menjemput anakku di sekolah setelah itu akan langsung kembali kemari," ucap seorang wanita paruh baya yang kini sudah melepas apron putih dipadukan dengan biru yang menjadi ciri khas Restoran ini.

Sohyun menyetujuinya tanpa syarat, ia setelahnya menolehkan pandangan matanya menuju Hannah yang masih berdiri menatap ke arah mereka berdua secara bergantian.

Our Story Begin'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang