6

11 3 1
                                    


Happy Reading📖

.
.
.
.
.
.

Ulin Angelina Firdaus, gadis periang kalau sudah akrab. Karena Ulin adalah tipe gadis yang masa bodoh dengan omongan orang lain, masa bodoh dengan orang lain yang menganggapnya gadis jutek, cupu, kudet. Padahal lain dengan Wati. Teman kostannya.

Dulu saat Ulin dengan Wati baru kenal, memang benar Ulin adalah gadis pendiam, tapi tak lama setelahnya Ulin sebenarnya adalah orang yang periang, murah senyum, dan kocak. Mungkin hanya butuh waktu buat beradaptasi. Semua itu butuh proses dan penyesuaian dalam lingkungan baru. Tidak mesti semuanya langsung akrab, care, ataupun suka sama suka. Paham kan para netizen??

Wati mengenakan celana kulot berbahan crinkel, warna coklat susu. Dengan atasan rajut putih telur dan rambut kecokelatan yang sedikit bergelombang ia gerai menjuntai hingga punggung.

Malam ini adalah malam minggu. So, kebiasaan para remaja, ataupun pemuda/pemudi yang selalu mengisi malam ini dengan hangout bersama teman-teman ataupun kekasihnya.

Kalau Wati sudah siap dengan style nya. Berbeda dengan Ulin. Ulin masih santai dengan baju santainya. Baju lengan pendek dengan bawahan jeans di atas lutut. Karena cuaca yang panas, sekalipun itu malam-malam. Ulin entah Itu Wati jikalau santai menggunakan baju yang pendek.

“Lin??” panggil Wati.

Ulin Berdehem.

“Kamu beneran, enggak mau ikut, ini?” tanya Ulin kesekian kalinya.

Ulin berdecak "Mau sampai 1000 kali, Lo bertanya pun, Gue tetap enggak mau ikut. Your Understand?”

“Iya, deh, iya. Kalau begitu, Gue berangkat, ya? Kamu enggak apa-apa ‘kan Gue tinggal?" Tanya Ulin sedikit khawatir.

Ulin mengangguk seraya tersenyum. "It's okay, Gue enggak apa-apa, Lo tinggal, " jawabnya meyakinkan.

Wati menghela napasnya, pasrah. Begini lah Ulin. Si paling bosan di luar rumah. Apalagi di keramaian. Dan si paling anak rebahan. Dan malas untuk hangout. Padahal dirinya sangat ingin berjalan berdua, belanja berdua, makan berdua bersama Ulin, sahabatnya ini. Yah, begitulah, Ulin Angelina Firdaus. Wati tidak bisa memaksa. Sekalipun ia mengajaknya sampai 1000 kali, seperti yang Ulin katakan. Ulin tetaplah Ulin.

Mungkin selama Wati dan Ulin bersama_selama menjadi sahabat_hanya bisa di hitung jari mereka jalan bareng, hangout bareng.

Tin Tin...

Suara klakson terdengar di telinga keduanya. Mereka saling melempar pandangan ke arah luar jendela ruang tamu, tepatnya di teras kost an. Dia  kekasih Wati.

"Tuh, pangeran kodok sudah datang untuk menjemput putri kodok, " goda Ulin.

Wati melotot tidak terima dirinya di samakan dengan kodok. "Enggak terima, Gue, Lo katain Gue kodok, " pangkasnya.

Ulin terbahak. "Sorry. Udah, gih. Kasihan pangeran nungguin lama. "

Wati mengangguk dan berpamitan sekali lagi kepada Ulin untuk pergi.

Setelah kepergian Wati. Ulin menghempas kan tubuhnya di atas sofa.

Gini amat nasib jomblo.

PELITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang