١

7 1 0
                                    


ولا تقرب الزنى....

"Janganlah Engkau mendekati Zina,,,, "

Air menitik di ujung sajadah merah. Meninggalkan jejak basah di sana. Lalu rintikan air menyusul satu demi satu sehingga menjadi deraian.

Terlihat di ujung sajadah berubah warna lebih mendalam karena deraian air mata. Suara sesenggukan mengiringi tiap tetes.

Kedua tangannya menengadah, sedangkan wajahnya sudah menunduk dalam di atas sajadah merah.

Ya Tuhan, Hambamu bersujud di hadapan Mu dengan derai air mata berharap ampunan Mu dan ridlo Mu.

Ya Allah yang maha pengampun, apakah pantas Hamba bersujud di hadapanMu hanya meminta ampunan atas dosa yang telah Hamba perbuat itupun banyak yang dilakukan secara kesengajaan.

Ya Rahman Ya Rohim. Hamba Mu selalu meminta bahkan bagai pengemis kala duka melanda hati, lantas abai kala suka menyerbu kalbu.

Ya Rozak Ya Fatah, sungguh damainya hati ini setiap menghadapMu Ya Robb. Bukalah pintu rezeki Hamba untuk selalu istiqomah dalam beribadah kepada Mu.

Ya muqolibal Qulub. Engkau yang Mampu membolak balikkan hati makhluk Mu. Hamba berharap hati Hamba selalu bersemayam dalam jalan kebaikan tanpa adanya lika liku yang membuat Hamba jauh dari Mu.

Ya sami'u Ya Bashir. Harapan Hamba kepada Mu Ya Robb, berjuta-juta kata yang Hamba ungkapkan dan tentunya berharap Engkau tak bosan dengan apa yang Hamba selalu pinta, terkabul dan tersampai hingga ArsyMu.

Kasihanilah HambaMu yang penuh lumpuran dosa ini Ya Robb, Hamba-Mu yang berjuang untuk selalu menanamkan jiwa ketakwaannya dalam hati, meski godaan selalu menyergap.

Hasbunallah wani'mal wakiil. Ni'mal maula wani'mal An-Nashir.

Robbanaa Aatinaa Fiddunyaa Hasanah
Wafil aakhiroti Khasanah waqinaa 'adzabannar.

Amiin.

Tes

Air mata  terakhir menitik mengakhiri do'a. Namun, Jejak-jejak lelehan membekas di pipinya.

Tasbih tak lepas dari genggaman tangannya, terus berputar entah mana ujungnya. Yang jelas, dia tak bosan.

Sajadah merah telah menjadi saksi penghambaannya kepada sang Ilahi Robbi.

Dia berharap berbagai benda yang dia gunakan sebagai media ibadahnya akan menjadi saksi di akhirat kelak.

Setelah dzikir dan doa dia panjatkan. Sang pemuda tersebut mengubah duduknya yang awalnya tahiyat akhir menjadi duduk bersila.

Tangannya dia gunakan untuk meraih kitab suci Al-Quran di atas nakas yang kebetulan tidak terlalu tinggi.

Dia buka lembaran terakhir kali dirinya baca. Rutinitas yang selalu ia jalankan setelah melakukan sholat dzikir dan doa.

Maulana Malik Ibrahim. Namanya. Kerap di sapa Lana atau Malik. Namun, kebanyakan menyapanya dengan nama 'Malik'.

Tak masalah dengan nama panggilan. Yang terpenting masih enak dan nyaman di dengar olehnya.

Karena dalam al-quran pun terdapat ayat yang menjelaskan bahwa kita harus memanggil nama teman, keluarga, kerabat atau sesama manusia dengan sebutan yang enak di dengar. Yang tidak membuat si empu tidak nyaman.

Setelah usai membaca alquran. Malik membereskan sajadahnya. Serta melepas peci yang ia gunakan tanpa melepas sarung yang terlihat sangat rapih melilit pinggangnya hingga atas mata kakinya.

PELITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang