20

7 2 7
                                    

HAPPY READING ^^

--------

Air mata terus saja mengalir di atas pipi gadis itu, tangannya kini penuh dengan tisu.

"Kamu belum mau cerita?"

Pertanyaan itu membuat ia menoleh dan kembali mengeluarkan isakan yang membuat laki laki disampingnya mengerutkan kening tanda bingung.

"Yaudah kalau belum mau cerita gapapa, aku tungguin" ucapnya kembali menenangkan si gadis

Naya dan Bentala kini terduduk di kafetaria Perpustakaan taman yang selalu mereka kunjungi, sejak pagi tadi Bentala sudah berada di perpustakaan ini.

Namun tiba tiba gadis itu malah datang membawa serta isakan dan air mata bersamanya, hal itu membuat Bentala kebingungan, ia tak pernah berada di situasi seperti sekarang ini.

"Aku kan cuma mau main, masa dia bentak bentak aku"

Akhirnya setelah sekian lama, Naya mengeluarkan kata kata dari mulutnya selain isakan tangis tentunya.

"Siapa?" Tanya Bentala kembali menyodorkan tisu untuk gadis itu

"Bumantara, dia jahat banget" jawab Naya membuat Bentala mengangguk angguk

"Mungkin Bumantara lagi kesel sama sesuatu, tapi kebetulan ada kamu jadinya dia marah ke kamu" ucap Bentala berusaha memberi gadia itu pengertian

"Dia nyalahin kamu, padahal itu semua salah dia" ucap Naya disela mengatur Nafas

"Udah gausah di dengerin, Bumantaranya lagi emosi itu" ucap Bentala lagi

"Kamu kenapa baik sih, harusnya kamu datengin tuh Bumantara abis tu kamu tonjok" ucap Naya memperagakan gerakan menonjok pada Bentala

Bentala tersenyum melihat tingkah gadis yang beberapa hari ini menghabiskan waktu bersamanya.

"Gak boleh gitu, aku gak suka pukul pukul, gak baik" ucapan Bentala membuat Naya tersenyum

"Nah gitu senyum, ngapain sih nangis nangis" ucap Bentala

"Emang aku jelek kalau nangis?" Tanya Naya

"Gak ada yang bilang gitu, kamu cantik kapan aja" ucapan Bentala kembali membuat Naya tersenyum namun kali ini dengan sembraut merah di pipinya.

"Senyuman kamu yang kayak gini yang buat aku lupa sama luka yang Papa aku buat"

--------

Minggu pagi ini Bumantara sudah siap dengan pakaian rapi kasualnya, pagi ini ia akan menemani Aurel untuk memeriksa lokasi acara sekolah.

Jangan tanya mengapa kemarin tidak jadi, sudah pasti karena Bumantara masih tak bisa menenangkan hatinya, takut takut malah ia akan menunjukan ekspresi yang yang wajar pada Aurel.

Sejak kejadian kemarin, bukan hanya Naya yang mendiaminya namun adik kecilnya, Nika juga mendiaminya.

Kini ia berjalan menuruni anak tangga, didepan TV terduduk Nika dan Mamanya.

"Mama, aku mau keluar ya" ucap Bumantara bergerak hendak menyalami sang Mama

Melihat sang kakak mendekat, Nika membuang muka enggan menatap sang Abang kesayangannya itu. Hal itu tentu tak luput dari pandangan Luna yang memandang bingung kedua anaknya.

"Abang ada masalah sama adik?" Tanya Luna enggan menerima tangan Bumantara yang terulur

"Gak ada Ma, itu cuma salah paham" ucap Bumantara

"Dih aku gak salah paham tuh" ucap Nika ketus masih tak melihat ke arah Bumantara

"Noh adeknya aja bilang gitu, ayo cerita sama Mama, dari kemarin loh" ucap Luna mengisyaratkan Bumantara untuk duduk

NISKALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang